Antara Argumen dan Debat Kusir

Agus Setiyono
Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jambi
Konten dari Pengguna
2 Oktober 2023 6:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Setiyono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi berdebat. Foto: Kmpzzz/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berdebat. Foto: Kmpzzz/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada situasi yang mengharuskan kita untuk mempertahankan argumen kita. Misalnya, ketika kita sedang berdebat dengan teman, rekan kerja, atau bahkan orang asing.
ADVERTISEMENT
Namun, seringkali kita terjebak dalam debat kusir yang justru tidak menghasilkan apa-apa. Debat kusir adalah perdebatan yang tidak produktif dan hanya berfokus pada siapa yang paling benar. Dalam debat kusir, masing-masing pihak hanya berusaha untuk mempertahankan pendapatnya, tanpa mau mendengarkan pendapat pihak lain.
Jika seseorang menyampaikan opini yang tidak jelas, sebaiknya kita tidak meresponsnya. Hal ini karena akan sia-sia saja jika kita berdebat dengan seseorang yang tidak memiliki argumen yang jelas.
Debat yang berujung pada perdebatan kusir biasanya disebabkan oleh emosi yang tidak terkendali. Oleh karena itu, kita harus bisa mengendalikan emosi kita agar tidak terpancing untuk terlibat dalam perdebatan yang tidak produktif.
Jika kita ingin mempertahankan argumen kita, sebaiknya kita menggunakan data atau fakta yang mendukung argumen kita. Hal ini akan membuat argumen kita lebih kuat dan meyakinkan.
ADVERTISEMENT
Dalam debat, kita harus bisa menghargai pendapat orang lain. Kita tidak boleh merasa paling benar dan menghakimi pendapat orang lain.
Jika perdebatan sudah mulai keluar topik, sebaiknya kita meninggalkannya. Hal ini karena perdebatan yang sudah keluar topik akan semakin tidak produktif.