Radikalisme dan Homeschooling

Agus Setiyono
Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jambi
Konten dari Pengguna
17 September 2023 9:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Setiyono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak belajar di rumah Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak belajar di rumah Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Homeschooling atau pendidikan di rumah, adalah praktik di mana orang tua atau wali murid menjadi guru bagi anak-anak mereka di lingkungan rumah daripada mengirim mereka ke sekolah formal.
ADVERTISEMENT
Sementara homeschooling telah menjadi pilihan pendidikan yang semakin populer bagi beberapa orang, ada beberapa pertanyaan dan keprihatinan yang timbul terkait dengan potensi keterisoliran sosial dan dampaknya pada perkembangan anak-anak. Salah satu aspek yang menarik perhatian adalah bagaimana homeschooling dapat memengaruhi risiko radikalisme.
Radikalisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pemikiran atau tindakan ekstrem yang bertentangan dengan nilai-nilai atau norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat. Ini dapat mencakup ideologi politik, agama, atau bahkan keyakinan sehari-hari yang ekstrem.
Peran homeschooling dalam konteks ini adalah bahwa anak-anak yang diajar di rumah mungkin memiliki akses terbatas terhadap pandangan beragam dan pemahaman tentang nilai-nilai sosial yang berlaku.
Salah satu kekhawatiran yang sering muncul adalah bahwa anak-anak yang diajar di rumah mungkin memiliki keterbatasan dalam interaksi sosial dengan teman sebaya mereka. Ketika seseorang tidak memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain di luar keluarga mereka, hal ini dapat menciptakan kesempatan bagi pandangan atau ideologi ekstrem untuk mengambil akar.
ADVERTISEMENT
Dalam homeschooling, orang tua adalah guru utama anak-anak mereka. Ini berarti bahwa pengawasan eksternal yang biasanya ada di sekolah, seperti guru dan rekan sebaya, dapat kurang ada. Ini memberi anak-anak lebih banyak otonomi dalam memilih apa yang mereka pelajari dan dari sumber apa mereka mendapatkan informasi.
Di sekolah tradisional, anak-anak secara alami akan terpapar pada beragam budaya, agama, dan latar belakang sosial. Di rumah, pengalaman ini dapat terbatas, yang berpotensi memicu ketidaktoleransi terhadap orang lain yang berbeda dari mereka.
Orang tua yang memilih homeschooling perlu memastikan mereka tetap terbuka terhadap beragam pandangan dan nilai-nilai. Melibatkan anak-anak dalam kegiatan sosial, klub, atau kursus tambahan dapat membantu memperluas wawasan mereka.
Selama proses homeschooling, penting bagi orang tua untuk tetap mengawasi materi yang diajarkan dan dicerna oleh anak-anak mereka. Memastikan bahwa pendidikan yang diberikan seimbang dan tidak memicu radikalisme adalah tanggung jawab yang penting.
ADVERTISEMENT
Melibatkan anak-anak dalam diskusi terbuka tentang berbagai isu sosial, agama, dan politik dapat membantu mereka mengembangkan pemahaman yang seimbang tentang dunia di sekitar mereka.
Penting untuk diingat bahwa homeschooling dapat menjadi pilihan pendidikan yang valid dengan banyak manfaat, tetapi seperti halnya dengan pendidikan formal, harus dijalankan dengan tanggung jawab dan perhatian terhadap potensi dampak negatif seperti radikalisme. Mengutamakan pendidikan yang seimbang dan terbuka adalah kunci untuk membantu anak-anak berkembang menjadi individu yang berpikiran kritis dan toleran terhadap perbedaan.