Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten dari Pengguna
Berbagi Kebaikan Berawal dari Dua Puluh Lima Ribu Rupiah
18 September 2021 11:29 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Agus Siswanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalau saya kagum dengan salah seorang teman ini, tentu saja bukan tanpa alasan. Secara materi tidak ada yang perlu disangsikan. Keberadaannya sebagai pegawai negeri, sudah memberikan jaminan penghasilan yang rutin. Sedangkan sang istri menjadi dosen di salah satu akademi di kota itu. Statusnya pun sebagai pegawai negeri dan mempunyai kedudukan cukup penting di akademi tersebut.
ADVERTISEMENT
Sementara itu dia hanya dikaruniai seorang anak saja. Secara materi, sang anak pun tidak memberikan beban keuangan bagi dirinya. Artinya dengan otak cemerlang yang dimilikinya, sang anak mendapat beasiswa sejak SMP hingga perguruan tinggi. Kabar terakhir mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di salah satu negara di Benua Biru.
Dengan situasi seperti ini, tak heran jika secara materi teman tersebut terpenuhi, bahkan boleh dibilang di atas rata-rata. Dia sama sekali tidak pernah dipusingkan dengan masalah keuangan. Dalam salah satu guyonan kadang teman mengatakannya sebagai bapak yang tidak bertanggung jawab, karena tidak pernah membiayai sekolah anaknya.
Di atas semua itu, satu sisi luar biasa dari sang teman adalah jiwa berbaginya yang sangat luar biasa. Menyisihkan sebagian rezekinya bagi orang yang kurang beruntung dalam hidupnya sudah menjadi napas hidupnya. Prinsip yang dipakai sangat sederhana. Dari satu juta rupiah uang yang didapat, disisihkannya dua puluh lima ribu. Prinsip yang terkesan sederhana, tapi sesuai syariat dalam agama Islam terkait zakat profesi 2,5%.
ADVERTISEMENT
Semangat berbagi tersebut ternyata tidak hanya berhenti pada dirinya. Dengan perlahan dia mulai ’mempengaruhi’ teman-teman sekitar untuk mengikuti langkahnya. Dan hebatnya lagi uang tersebut dikelolanya dengan beberapa orang teman. Setelah terkumpul cukup banyak, lalu disalurkan pada orang-orang yang membutuhkan.
Beberapa saat kemudian, ternyata jumlah dana yang terkumpul bertambah besar. Hal ini disebabkan semakin banyak orang yang ikut di dalamnya ditambah pula dengan semakin besar pula setiap orang menyisihkan sebagian rezekinya. Dengan dana ini kegiatan yang tadinya hanya memberikan sedikit uang pada orang yang membutuhkan, kini lebih luas lagi.
Beberapa langkah yang mulai dilakukan di antaranya dengan menyiapkan keperluan sekolah bagi anak-anak usia sekolah di RW itu. Mulai dari tas, buku-buku, sepatu, dan sebagian uang sekolah. Selain itu juga digunakan untuk menebus jatah raskin (beras untuk orang miskin) yang disalurkan pemerintah. Dengan penebusan ini, maka bagi mereka yang berhak mendapat raskin tersebut tinggal mengambil, tanpa perlu mengeluarkan uang seperser pun.
ADVERTISEMENT
Langkah-langkah yang dilakukan sang teman ini sangat luar biasa. Semangat berbagi yang dimilikinya, ternyata mampu ditularkan pada teman-teman yang lain. Bentuk kepedulian semacam ini seakan menjadi oase di kehidupan yang semakin keras seperti saat ini. Bahkan selama pandemi berlangsung gerakan ini semakin meluas. Dia berhasil mengumpulkan lebih banyak lagi dana dari teman-teman yang berada di ibu kota.
Dengan dana tersebut aksi yang dilakukan pun semakin membuat saya terperangah. Mereka mampu memberikan bantuan sosial pada ratusan warga desanya yang terdampak Covid-19. Dengan bekerja sama dengan salah satu rekannya yang mempunyai toko sembako, bantuan mereka merambah hampir di setiap sudut desa selama beberapa bulan.
Teman, memang semua itu harus seperti itu. kelebihan harta yang kita miliki seharusnya membuka mata kita pada beberapa orang yang kurang beruntung dalam kehidupan. Pesan saya teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular. Saya yakin apa yang kamu lakukan akan menginspirasi banyak orang. Salut!
ADVERTISEMENT