news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ginting Andalan Bulu tangkis Indonesia

Agus Siswanto
Guru Sejarah SMAN 5 Magelang.
Konten dari Pengguna
16 September 2021 10:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agus Siswanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam dunia perbulutangkisan Indonesia, setiap zaman pasti mempunyai jagoan masing-masing. Baik itu mulai zaman kejayaan Indonesia di era 80 – 90an, hingga kini, saat kita harus banyak berhadapan dengan lawan-lawan tangguh dari segenap negara. Karena tidak dapat dimungkiri, saat ini bulu tangkis sudah mendunia. Bahkan Guatelama pun mempunyai jagoan yang sempat masuk ke babak semifinal Olimpiade Tokyo 2020.
ADVERTISEMENT
Dari sekian banyak idola pebulutangkis yang ada, saat ini saya tempatkan Anthony Shinisuka Ginting sebagai idola. Dibandingkan dengan Jonathan Christi atau Jojo, permainan Ginting jauh lebih “ngeri”. Maka tidak mengherankan dalam setiap aksinya di lapangan, pasti akan mengaduk-aduk emosi penonton. Seakan penonton hanyut dalam permainan Ginting di lapangan, termasuk saya yang juga mempunyai hobi bermain bulu tangkis.
Keuletan dan kengototan Ginting dalam bertanding diakui oleh semua lawannya. Kita dapat membaca komentar Kento Momota, Axelsen, maupun Ceng Long. Pengakuan mereka didasarkan pada sulitnya mengalahkan Ginting saat harus berhadapan. Kemenangan yang mereka dapatkan pun bukan dengan cara yang mudah.
Dari sekian lawan Ginting, mungkin Axelsen dan Chen Longlah yang paling menarik. Sebab, kalau Kento Momota walaupun sama sengitnya, namun dari segi postur tubuh tidak jauh berbeda. Namun ketika menghadapi Axelsen dan Chen Long, nampak pemandangan yang menarik. Kedua lawan Ginting yang tingginya 190 cm jauh sekali dibandingkan dengan Ginting. Bahkan saat mereka harus berdampingan, postur Ginting hanya setinggi Pundak mereka.
ADVERTISEMENT
Di mana segi menariknya? Ternyata postur Ginting yang lebih pendek, tidak mengurangi kehebatannya. Dengan kegesitannya, Ginting mampu membuat Axelsen dan Cheng Long pontang-panting mengikuti irama permainan Ginting. Sehingga meskipun Ginting harus kalah, kekalahan itu didapat dengan cara yang luar biasa.
Satu hal lagi yang membuat saya mengidolakan Ginting, yaitu para sikapnya. Sebagai atlet, Ginting sangat low profile. Sikapnya jauh dari kesan sombong. Bahkan ekspresi wajahnya saat bertanding pun terkesan datar. Teriakan yang sering dikeluarkan tidak sekeras atlet-atlet lain. Namun hal itu bukan berarti aksinya juga datar, justru sebaliknya.
Makanya kalau muncul pertanyaan pada saya siapa atlet Indonesia yang jadi idolamu, saya tempatkan Ginting berdampingan dengan The Daddies. Sikap rendah hati dan kesungguhan dalam bermain menjadi dasar pertimbangan. Ayo, Ginting Piala Sudirman menantimu. Selamat berjuang dengan tim!
sumber gambar: www.pixabay.com