Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
23 Ramadhan 1446 HMinggu, 23 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Kesetaraan Perempuan di Media Massa
9 Maret 2025 13:07 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Agus Budiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan jaman yang terus berubah dari waktu ke waktu membawa dampak perubahan pada berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal ini dunia perempuan. perempuan adalah salah satu mahluk ciptaan Tuhan YME, yang ditakdirkan menjadi pendamping seorang pria dalam suatu kehidupan. Apabila kita tarik mundur kebelakang perempuan sudah ada sejak jaman nabi Adam yaitu siti Hawa.
ADVERTISEMENT
Ternyata seorang perempuan adalah mahluk lemah lembut yang penuh perasaan dunia di sekelilingnya selalu dilihat, dimaknai dan disikapi dengan penuh perasaan. Kondisi apapun selalu diciptakan dalam suasana tenang, damai dan penuh kelembutan. Karenanya perempuan diciptakan sebagai penyeimbang pria yang selalu berorientasi dengan rasionalitas ketika memandang realitas dunia kehidupan.
Beberapa hal yang dapat kita akui pada seorang perempuan adalah, mampu menciptakan karakter seorang anak yang mempunya sifat kasih sayang pada sesama. Selain itu seorang perempuan mampu menjadi penyejuk emosi seorang pria ketika sedang marah karena suatu persoalan, suaranya yang lembut menandakan bahwa seorang perempuan lebih terbiasa dengan hal-hal yang sifafnya ketenangan. Sebab itu posisi perempuan lebih sering ditempatkan di belakang pria, artinya menjadi hal-hal yang sifatnya umum posisi perempuan tidak pernah terlihat.
ADVERTISEMENT
Kita sering melihat posisi perempuan lebih banyak mengatur urusan rumah tangga, karena baginya mengurus suami dan anak-anaknya adalah merupakan asset berharga yang harus dijaga, dirawat dengan penuh kasih sayang dengan penuh kedamaian. Hal ini berdampak pada konsekuensi logis ketika berbicara ruang publik terutama ruang publik yang dimediasi oleh media massa, jarang terlihat perempuan berada di ruang media massa untuk sekedar tampil dan terlihat. Sebaliknya di media massa yang lebih sering terlihat adalah dominan para pria.
Apabila kita telisik lebih jauh, para perempuan ini tidak kalah menterengnya dalam hal potensi, kapasitas, keahlian dalam bidangnya masing-masing. Tentunya hal ini merupakan telahaan kita bersama untuk dijadikan agenda-agenda penting mengenai keberadaan perempuan diruang publik melalui media massa.
Begitu pula media massa sebagai media informasi dan sebagai salah satu agen pembaharu dalam sistem informasi nasional tentunya bisa memberikan ruang lebih pada perempuan untuk diberikan ruang tampil dan berkiprah dengan segala potensinya, sehinga ruang-ruang komunikasi media massa tidak hanya milik pria, namun perempuan pun hadir memberikan sudut pandang-sudut pandang baru bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Apabila kita pahami fungsi media massa yang meliputi : informasi, edukasi, persuasi, dan pengawasan. Kita yakin didalam fungsi-fungsi itu perempuan hadir menjadi bagian dari objek informasi berita suatu media massa. Namun porsi hadirnya secara positif masih kurang Media massa masih menempatkan perempuan dalam stereotip sempit, sebagai ibu rumah tangga, objek kekerasan, objek kecantikan.
Mengapa Perempuan jarang terpublikasi
Sebagian pandangan masyarakat masih dan dipertegas oleh media massa melihat perempuan dari sudut pandang gender domestik, berada dalam ruang-ruang yang memang harus tidak terlihat di ranah publik, hal inipun masih diperkuat dengan pandangan para perempuan itu sendiri. Mereka lebih nyaman berkiprah pada ruang yang menurut mereka nyaman untuk dilakukan dan tidak harus selalu dilihat secara umum. Mereka puas ketika mampu memberikan kewajibannya pada suami dan anak-anaknya dirumah sebagai ibu rumah tangga. Tentunya Hal ini akan memunculkan kesan bias gender, bagi lingkungan yang ada diluar dunia perempuan termasuk dalam hal ini adalah media massa.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut di perkuat dengan pendapat Rahim, Siswoyo dan Abdul Jalil Hermawan ( 2022) Keberadaaan Citra perempuan dalam media massa seolah hanya berkisar diurusan rumah tangga, seperti merawat anak, membersihkan rumah,dan memasak. Dalam media lain seperti iklan pun kerap kali perempuan hanya membintangi iklan yan menampilkan dirinya mengerjakan berbagai hal dalam sektor domestik seperti produk keperluan rumah tangga, iklan alat rumah tangga dan lainnya yang termasuk dalam ruang lingkup domestik.
Sedangkan menurut Arika (2020) Masih banyak media massa yang belum adil memberlakukan perempuan dan kelompok rentan dalam pemberitaan. Alih-alih memberikan suara kepada mereka, media sering kali justru menjadikan mereka sebagai obyek. Kurangnya pemahaman dan orientasi media pada kepentingan pasar membuat banyak media belum berperspektif gender.
ADVERTISEMENT
Bias gender salah satu faktor media massa tidak menampilkan perempuan di media massa, hal tersebut menyebabkan kurang minatnya media massa untuk menampilkan perempuan dalam peran publik yang menonjol. Bias gender ini pula yang menyebabkan jurnalis dan editor dalam memilih nara sumber dan topik berita perempuan mungkin dianggap kurang ahli dan menarik untuk diliput.
Re-orientasi jurnalis, editor dalam bias gender
Apapun itu perempuan dengan segala potensinya mampunyai hak yang sama untuk dapat tampil di media massa. Justru perempuan mempunyai makna unik dalam kehidupan, selain mampu berperan sebagai aktor domestik mampu pula berperan di ranah publik, apabila kita dorong mereka untuk mau tampil di ruang publik.
Untuk mensikapi hal tersebut tentunya penting bagi media massa untuk memberikan pelatihan berupa diskusi, seminar, membaca referensi maupun jurnal-jurnal hasil riset bagi para jurnalis untuk memberikan pemahaman mengenai pentingnya konsep bias gender. Selain itu dibuat suatu pedoman peliputan mengenai sensitif gender untuk mengembangkan dan menerapkan pedoman peliputan yang sensitif gender. Pedoman dibuat meliputi penggunaan bahasa yang inklusif menghindari bahasa seksis dan diskriminatif. Representasi posisi perempuan secara adil. Menampilkan representasi perempuan secara seimbang baik dalam berita, artikel atau dan rubrik-rubrik lainnya, mencakup sebagai pakar, narasumber dan pemimpin dalam berbagai bidang.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah menghindari stereotip, adanya penggambaran untuk menghindari peran perempuan secara stereotip. Tampilkan perempuan dalam peran yang beragam dan kompleks, yang menggambarkan realitas kehidupan mereka. Tampilkan pula liputan mendalam tentang isu-isu yang mempengaruhi perempuan, seperti kekerasan gender, kesenjangan upah dan hak-hak reproduksi mereka. Dengan tampilnya para perempuan ini di media massa, diharapkan media massa dapat berkontribusi terciptanya masyarakat yang lebih adil dan setara bagi perempuan.
Selamat hari perempuan internasional 8 Maret 2025..