Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Korsa TNI dan Wartawan
2 Maret 2025 11:36 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Agus Budiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ramainya pemberitaan ancaman salah satu oknum tentara pengawal panglima TNI, pada salah satu wartawan Kompas.com banyak menuai kritikan oleh masyarakat. Hal tersebut terkait dengan peristiwa penyerangan oleh tentara pada Mapolres Tarakan. Tulisan ini tidak mengulas penyerangan tentara ke mapolres Tarakan namun lebih menyorot pada ancaman salah satu oknum tentara pengawal pada wartawan.

Dilansir dari detiknew, pengawal ancam wartawan usai tanya soal Tarakan Panglima TNI Minta Maaf. Wartawan melakukan wawancara saat panglima TNI hendak meninggalkan lokasi acara. Saat itu sejumlah wartawan bertanya ke Panglima TNI terkait penyerangan Polres Tarakan oleh oknum TNI. Panglima menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh wartawan. Setelah itu, Panglima TNI masuk ke mobil dan meninggalkan lokasi. Sesaat kemudian, seorang anggota TNI mengenakan kemeja tactical berwarna kelabu menyampaikan intimidasi kepada salah satu wartawan “Kutandai muka kau, ku sikat kau ya, “ kata prajurit TNI tersebut kepada wartawan. (detiknews 27/2/2025, diakses 1/3/2025).
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu aparatur negara yang mempunyai kewenangan dalam bidang pertahanan negara, seharusnya tentara lebih mampu melihat suatu persoalan secara jernih dan proporsional. Saat sekarang ini bukan waktunya lagi profil tentara itu adalah profil kaku, seram karena doktrin yang menjadi acuannya yaitu jiwa korps, jiwa korsa. Dalam konteks pertahanan negara sudah sewajibnya doktrin tersebut menjadi kitab sucinya tentara. Namun tidak serta merta diberlakukan untuk semua, tanpa selektifitas yang tepat.
Persoalan-persoalan tentara tidak jarang terjadi persoalan biasanya terkait dengan hal-hal kecil namun selalu dikaitkan dengan kesetiaan, tenggang rasa kebersamaan kaku, yang ada dalam doktrin jiwa korsa yang menjadi pegangan seluruh tentara dalam pelaksanaan tugas termasuk dalam menjalani kehidupannya. Kita menyadari bahwa tentara adalah merupakan salah satu elemen penting dalam negara yang menjadi penjaga kedaulatan negara dengan segala kelengkapan militernya. Semua rakyat Indonesia berlindung dibelakang tentara ketika berbicara pertahanan negara.
ADVERTISEMENT
Ketika terjadi gesekan dengan masyarakat atau antar kesatuan bahkan dengan kepolisian, informasi yang sering kita dapatkan akan selalu terjadi penyerangan secara berkelompok tanpa atribut baju seragam, dan selalu banyak korban dan kerusakan-kerusakan sarana fasilitas. Padahal dalam setiap kesatuan tentara masing-masing ada komandan perwiranya dalam TNI AD mulai dari komando rayon militer (koramil) dipimpin oleh seorang komandan berpangkat mayor, komando distrik militer (kodim) komandan berpangkat letnan kolonel, komando resort milter (korem) komandan berpangkat Brigadir Jenderal dan komando daerah militer (kodam) komandan berpangkat Mayor jenderal.
Para perwira ini dianggap sebagai pengatur dan pengarah prajuritnya, selain itu para perwira komandan ini mempunyai cara berpikir dan sikap sebagai seorang panutan dan tauladan yang baik. Seharusnya fungsi dari para komandan ini yang selalu mengarahkan anak buahnya untuk melaksanakan tugas dengan baik dan professional, termasuk menghadapi persoalan-persoalan dengan masyarakat ataupun dengan kesatuan lainnya.
ADVERTISEMENT
Relasi TNI dan wartawan
Hubungan yang dibangun antara tentara dan wartawan sudah seharusnya hubungan yang aktif, seimbang dan saling bermanfaat bagi masyarakat. Tentara mampunyai kekuatan dalam menjalankan tupoksinya pada ranah keamanan negara, begitu pula wartawan mempunyai kekuatan dalam hal informasi. Hubungan kedua lembaga ini sudah saatnya dipahami sebagai hubungan atas dasar kebutuhan mendasar untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Kedua lembaga ini pula mempunyai peran penting dan strategis bagi masyarakat, terutama dalam perlindungan keamanan negara dan mendapat askses informasi yang benar yang selalu memberikan penguatan dan pencerahan bagi masyarakat.
Hal tersebut selaras dengan pendapat kadispenad TNI AD Brigjen TNI Candra Wijaya (tni.id.mil.id 2019 diakses 1/3/2025) Peran media sangat krusial, bahkan saat ini telah menjadi pilar ke-empat setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif dalam tatanan kenegaraan. Dalam tubuh, media layaknya panca indra,” “Informasi dari media juga tidak hanya sebagai pertanggungjawaban transparansi kinerja dan pengggunaan anggaran kepada pemerintah dan publik, namun juga menjadi sumber inspirasi bagi komponen bangsa lainnya dalam turut berpartisipasi membangun negeri dan mensejahterakan rakyat,”
ADVERTISEMENT
Hal-hal yang harus dipahami dalam hubungan antara TNI dan wartawan, tentara harus memahami dan menghormati tugas wartawan dalam menyebarluaskan informasi penting pada publik. Wartawan mempunyai prinsip yang sama dalam memahami dan menghormati tugas TNI dalam keamanan negara dan menjaga kerahasiaan informasi yang sensitif. Tentara proaktif memberikan informasi pada wartawan melalui konferensi pers, rilis berita dan kunjungan silaturahim, wartawan secara etika menerima informasi dari TNI yang akan disebarkan ke publik dengan mempertimbangkan dampak terhadap keamanan nasional.
TNI memberikan akses informasi pada wartawan tanpa diskriminasi, wartawan menggunakan akses yang diberikan oleh TNI untuk di reportase berita secara objektif, netral dan berimbang tanpa bias berdasarkan prinsip kode etik jurnalistik.
Telaah kembali doktrin jiwa korsa bagi masyarakat
ADVERTISEMENT
Dalam doktrin jiwa korsa ditanamkan rasa nasionalisme, kesetiaan, rasa memiliki tinggi pada kesatuan, kekompakan, persaudaraan dalam satu komando rasa. Apabila jiwa korsa ini dipahami secara sempit oleh tentara dan dijadikan dalih sebagai bentuk rasa setia kawan untuk melakukan kekerasan apabila terjadi perselisihan dengan warga sipil, tentunya tidak tepat dan salah dalam penempatan praktiknya. Jiwa korsa ini pula apabila dipahami secara sempit pula oleh tentara, maka akan menumbuhkan arogansi kebanggaan golongan sebagai tentara sebagai warga terpilih yang mempunyai kekuatan resmi.
Sudah selayaknya doktrin TNI untuk ditelaah kembali, khususnya bagi masyarakat. Doktrin jiwa korsa dibuat lebih humanis terutama pada masyarakat sipil dan selalu mengedepankan penghormatan pada hak asasi manusia. Sehingga kesan dan keberadaan tentara dilingkungan masyarakat akan memperoleh simpati dan dukungan dengan sepenuh hati. Namun ketika menghadapi para pengganggu kedaulatan negara dari luar negara, TNI harus tegas tanpa kompromi dan doktrin tersebut tepat untuk dijadikan sebagai pegangan utama oleh semua tentara. Dari semuanya itu satu hal utama yang patut kita sadari bahwa, tentara itu adalah bagian dari rakyat (termasuk didalamnya wartawan) dan representasi rakyat Indonesia yang tergabung dalam TNI secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT