K-Pop dan Jiwa Nasionalisme

SA'AN NADILLAH
Mahasiswa Universitas Airlangga S1 Sosiologi
Konten dari Pengguna
20 April 2023 13:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SA'AN NADILLAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi fans KPop. Foto: ED JONES / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi fans KPop. Foto: ED JONES / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia merupakan salah satu dari delapan negara yang mempunyai penggemar K-Pop terbanyak di dunia. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi dengan arus globalisasi menjadi salah satu penyebab masuknya K-Pop secara cepat di Indonesia. Mulai dari milenial, gen Z, artis-artis dan juga orang tua tidak ada yang tidak mengenal K-Pop.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya di negara kita, negara lain juga terkena gempuran K-Pop yang semakin hari semakin meluas. Jika dilihat sekilas, memang tidak ada yang salah mengidolakan sesuatu yang bisa membuat mereka senang dan bahagia. Tetapi dalam waktu yang bersamaan, kita sebagai bagian dari generasi penerus bangsa harus bisa memilah apa yang salah dan apa yang benar. Kita juga harus meningkatkan karya anak bangsa agar bisa menjadi warisan untuk Indonesia.
Musik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia, khususnya adalah pemuda-pemudi. Musik merupakan penyemangat, pembangkit gairah dalam melakukan berbagai hal. Di tengah masuknya berbagai musik korea ke Indonesia, tidak banyak yang hafal musik nasional dan lebih banyak hafal musik korea.
Musik nasional terabaikan begitu saja oleh masyarakat Indonesia. Padahal musik nasional juga memiliki keunikan tersendiri dan maknanya yang tersirat maupun tersurat seperti nasihat. Musik yang dimiliki Indonesia tidak kalah bagusnya dengan musik K-Pop.
ADVERTISEMENT
Namun, sangat disayangkan masyarakat Indonesia terutama pemuda mengabaikan lagu-lagu Indonesia. Saat ini, musik dangdut dan keroncong tidak bisa bersaing dengan lagu K-Pop. Musik dangdut dan keroncong dianggap musik kuno yang tidak menarik di mata pemuda.
Di sini kita perlu menekankan bahwa jiwa nasionalisme yang dimiliki oleh generasi penerus bangsa semakin lama semakin memudar. Ini disebabkan banyaknya berbagai budaya yang masuk sehingga menghilangkan daya tarik terhadap karya negara sendiri. Jika diabaikan begitu saja, maka lama kelamaan karya anak bangsa akan semakin memudar dan bisa jadi sepuluh tahun kedepan sudah hilang.
Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus mendorong pemuda-pemudi termasuk milenial, Gen-Z dan lainnya agar ikut serta dalam melestarikan karya anak bangsa di tengah gempuran berbagai budaya yang masuk.
ADVERTISEMENT