Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Beasiswa atau Gaya Hidup? KIP-K dan iPhone di Tangan Mahasiswa
6 Mei 2025 20:12 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Agustina Simbolon tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam bayangan saya sebagai mahasiswa, beasiswa adalah jembatan menuju masa depan, bukan pintu masuk ke gaya hidup konsumtif. Namun, di tengah realitas kampus hari ini, program Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) justru sedang menghadapi benturan: antara niat baik negara dan pilihan gaya hidup sebagian penerimanya.
ADVERTISEMENT
KIP-K hadir sebagai bentuk kepedulian negara terhadap akses pendidikan. Pemerintah tidak hanya menanggung biaya kuliah, tetapi juga memberikan bantuan tunjangan hidup kepada mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Program ini seharusnya menjadi penyelamat dan pendukung perjuangan akademik. Namun, sayangnya ada kecenderungan penyimpangan uang beasiswa digunakan untuk membeli barang mewah seperti iPhone.
Fenomena ini bukan sekadar soal gadget. Ini tentang bagaimana beasiswa yang seharusnya membiayai pendidikan, justru dipakai untuk membiayai pencitraan. iPhone di tangan mahasiswa penerima KIP-K memang terlihat keren di media sosial, tapi di balik itu, ada pertanyaan etis: apakah ini wajar? Apakah itu bagian dari semangat beasiswa?
Banyak mahasiswa lain yang tidak seberuntung penerima KIP-K harus bekerja sambilan, berhemat ketat, bahkan berjuang mencari Wi-Fi gratis untuk mengerjakan tugas. Di sisi lain, ada mahasiswa yang mendapat bantuan negara, tetapi menggunakannya untuk memenuhi gengsi. Ini menciptakan ketimpangan moral yang merusak semangat keadilan dalam dunia pendidikan.
ADVERTISEMENT
Saya tidak bermaksud menggeneralisasi seluruh penerima KIP-K. Banyak dari mereka yang benar-benar memanfaatkannya untuk belajar dan berkembang. Tapi ketika sebagian lainnya menyalahgunakannya, maka citra keseluruhan program pun ikut tercoreng.
Sudah saatnya ada pembenahan. Pengawasan terhadap dana tunjangan KIP-K perlu ditingkatkan. Kampus juga bisa menambahkan program pembinaan keuangan dan etika bagi para penerima. Mahasiswa sebagai penerima beasiswa harus sadar bahwa uang itu adalah amanah—bukan cuma dari negara, tapi dari rakyat pembayar pajak yang mempercayai masa depan ada di tangan generasi terdidik.
Sebagai mahasiswa, saya percaya bahwa pendidikan bukan tentang apa yang kita pakai, tapi apa yang kita perjuangkan. Jika KIP-K dijalankan dengan niat baik dan digunakan sebagaimana mestinya, maka ia akan tetap menjadi tonggak penting bagi kemajuan bangsa—bukan sekadar ajang pamer gengsi di layar kaca.
ADVERTISEMENT
Agustina Simbolon, Mahasiswi Jurusan Teknik Informatika, Universitas Katolik Santo Thomas Medan.