Pergeseran Makna Bahasa pada Kata 'Garing'

Dwi Agustin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Konten dari Pengguna
18 Desember 2020 13:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi Agustin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi Foto: Pixabay (dari akun stevepb).
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Foto: Pixabay (dari akun stevepb).
ADVERTISEMENT
Bahasa memiliki sifat yang dinamis, dari waktu ke waktu akan terus bergerak menyesuaikan pemakai dan keadaan kultur masyarakat tempat bahasa tersebut digunakan, yang perlu digaris bawahi adalah kosakata sebuah bahasa selalu bertambah dan berkembang (Parera, 2004). Ilmu yang mempelajari bahasa yakni linguistik, dalam kajian linguistik mencakup pula bahasan mengenai semantik. Secara terminologis, semantik dapat didefinisikan sebagai bidang linguistik yang mengkaji arti bahasa (Subuki, 2011).
ADVERTISEMENT
Bahasa merupakan suatu lambang yang dapat digunakan seseorang untuk menjalin kerja sama ataupun untuk berkomunikasi. Bahasa dari waktu ke waktu akan terus mengalami pembaharuan, karena bahasa pada hakikatnya bersifat dinamis. Bahasa memiliki beberapa variasi, salah satunya yakni bahasa gaul seperti pada kata 'garing'.
Pengertian Kata 'Garing'
“Garing banget jokes lu, Sob!”
Kata ‘garing’ tentu kini sudah sangat akrab digunakan dalam masyarakat khususnya pada bahasa gaul, kata ini dipopulerkan umumnya di ranah pertunjukkan Stand up Comedy. Biasanya, kata ini sering dipakai seseorang untuk berkomentar atas candaan atau sikap yang tidak lucu dan sudah bisa ditebak sebelumnya atau sudah terlalu basi untuk diperdengarkan atau dilihat.
Tahukah, kawan? Mulanya makna kata ‘garing’ digunakan untuk mengungkapkan sebuah masakan yang memiliki kerenyahan tingkat tinggi, masakan yang ketika dimakan memiliki kesan 'krenyes-krenyes' atau 'kriuk, kriuk'. Dalam KBBI V kata 'garing' memiliki pengertian, (1) keras dan kering (seperti roti biskuit); kering. (2) ikan air tawar yang badannya bulat panjang dan sisiknya besar-besar; ikan semah. (3) keranjang (terbuat dari rotan).
ADVERTISEMENT
Kata 'garing' berasal dari Bahasa Sunda, kemudian karena banyak yang menggunakan kata ini di tingkat nasional, maka diadaptasi dan tergabung ke dalam Bahasa Indonesia. Makna atau arti pada Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia sama, yaitu 'kering'.
Bahasa Gaul: ‘Garing’
Penggunaan kata 'garing' tersebar luas di kalangan remaja, yang kemudian kata ini tergolong ke dalam bahasa gaul. Bahasa gaul merupakan bahasa yang biasanya digunakan oleh kalangan remaja pada kurun waktu tertentu, penggunaanya dimaksudkan untuk mengujarkan suatu ungkapan secara tertutup dimaksudkan untuk kelompok tertentu.
Atas penelitian yang dilakukan oleh Nurul Wijiasih pada skripsinya tahun 2016, terungkap bahwa kata gaul setidaknya memiliki beberapa ragam, menurut karakteristiknya dibagi menjadi 5, di antaranya yakni: (1) berbentuk kata tunggal (2) berbentuk kata majemuk (3) pemendekkan kata (singkatan atau akronim) (4) penciptaan makna baru pada kata lama (5) penciptaan kata gaul dari (bahasa asing).
ADVERTISEMENT
Kata ‘garing’ sendiri masuk ke dalam karakteristik penciptaan makna baru pada kata lama, karena sebelum kata ‘garing’ (yang bermakna tidak lucu) kata ini telah memiliki arti 'keras' atau 'kering'.
Tinjauan Semantik: Pergeseran Makna Kata ‘Garing’
Pertanyaan yang muncul kemudian, mengapa makna kata ‘garing’ dapat ditujukan dan digunakan untuk menjadi sebuah ungkapan atau komentar atas candaan seseorang yang tidak lucu? Atas hal tersebut, sebenarnya kata ‘garing’ telah mengalami yang namanya perluasan makna pada suatu kata.
Pergeseran makna kata adalah, bergesernya suatu makna kata ke makna kata yang lain. Ranah mengenai perubahan arti sebuah kata, sempat menjadi topik hangat yang dibahas oleh Breal dan Reisig pada tahun 1950-an. Menurut Pateda, pergeseran makna rujukan awal tidak boleh dihilangkan ataupun diubah, pergeseran makna kata menjadi fenomena yang sangat lumrah terjadi. Selama manusia hidup, bahasa akan terus berkembang dan berubah.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa hal yang menjadikan bahasa mengalami pergeseran dan perubahan makna, dalam (Subuki, 2011) setidaknya terdapat dua faktor yang melatarbelakangi hal ini. (1) Pertama yaitu faktor kebahasaan, di mana dianggap terlalu tingginya kata tersebut untuk disandingkan dengan kata penunjang lain (2) kedua adalah faktor non-kebahasaan yang melingkupi perkembangan teknologi, perluasan sosial, kebutuhan sebuah istilah baru dan kata tersebut terbilang sangat tabu untuk digunakan.
Faktor pergeseran makna yang dialami oleh kata ‘garing’ sendiri disebabkan beberapa faktor non-kebahasaan (1) perluasan sosial, di mana sebuah kata yang awalnya dipakai untuk bidang tertentu kemudian dipakai untuk penggunaan kata umum. Kata ‘garing’ awalnya dipakai dalam bidang makanan (kuliner) kini makna katanya sudah berkembang dan dapat dipakai untuk penggunaan makna kata umum. Fenomena ini dapat dikategorikan sebagai fenomena umum (generalisasi) atau biasa disebut meluas. (2) kebutuhan akan istilah baru, suatu kata yang memiliki makna ‘tidak lucu’ dirasa belum ada oleh masyarakat, maka kata ‘garing’ diadopsi mewakili makna (tidak lucu) tersebut.
ADVERTISEMENT
Tentu saja sebenarnya selalu ada hubungan keterkaitan antara arti lama dengan arti baru, seperti yang disampaikan oleh Makyun Subuki dalam bukunya Pengantar Memahami makna Bahasa: Semantik. Kaitan kata ‘garing’ (renyah, keras) dengan ‘garing’ (tidak lucu) yaitu, jika seseorang sedang mengunyah makanan yang ‘garing’ makanan tersebut lebih susah untuk dihaluskan dalam mulut, karena memiliki tekstur yang cenderung kasar atau keras, tentu hal ini akan sedikit merepotkan untuk beberapa orang yang memiliki kondisi tertentu, makanan yang awalnya untuk memberi asupan tubuh berbalik menjadi cenderung merepotkan. Kata ‘garing’ yang bermakna ‘tidak lucu’ pun demikian, suatu kalimat atau ujaran yang awalnya mungkin untuk mencairkan suasana, bertujuan untuk membuat hati orang lain senang dan sebagainya, cenderung berbalik membuat orang lain sedikit kesal dan mungkin merasa terganggu atas apa yang dituturkannya tersebut.
ADVERTISEMENT
Atas uraian singkat di atas hal ini dapat menunjukkan bahwasannya kata ‘garing’ telah mengalami pergeseran makna. Berikut adalah contoh percakapan yang merujuk pada pengungkapan kata 'garing' (tidak lucu).
A : “Eh, Bro! udah sarapan belom lu? Nih, gue bawa nasi goreng, makan bareng yuk. Nanti jam pelajaran kedua kan ulangan Fisika, kemarin Bu Siska udah ingetin juga tuh di grup kelas. Lu udah belajar belom sih? Kenapa dah lu, pagi-pagi udah cemberut aja?”
B : “Oh iyaya, untung gue udah belajar kemarin.”
A : “Lu kenapa sih?”
B : “Gua ini lagi sedih tau, kucing gua si Komeng ngga pulang-pulang ke rumah udah dua hari. Gua khawatir banget, asli. Biasannya, kalau abis main-main di taman komplek, sore langsung pulang. Ini kok udah dua hari nggak pulang-pulang.”
ADVERTISEMENT
A : “Abis silaturahmi sama temen-temennya di taman komplek, kucinglu lupa jalan pulang kali. Oh, atau, kucinglu “Komeng” nyari majikan yang lain kali, Bro! Biasa, rumput tetangga kan emang selalu keliatan lebih hijau.”
B : “Apaansih, garing lu!”
Referensi
KBBI V daring kata 'garing', diakses pada 15 Desember 2020. pukul 10.20.
Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Subuki, Makyun. 2011. Semantik: Pengantar Memahami Ilmu Bahasa. Jakarta: Transpustaka.
Wijiasih, Nurul. 2016. Skripsi: Penggunaan Kata Gaul pada Mahasiswa Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Unnes. Semarang: Universitas Negeri Semarang.