Konten dari Pengguna

Maulid Nabi Muhammad SAW: Sebuah Tradisi Agama dan Budaya yang Kaya Makna

Ahd Gozali
Guru - Instruktur & Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak - Pelatih Daerah GPAI - Trainner Google WFE - Doktor Pendidikan Islam UIN Imam Bonjol Padang
28 September 2023 6:30 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahd Gozali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Ibadah Umrah. Foto: AP Photo/Dar Yasin
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ibadah Umrah. Foto: AP Photo/Dar Yasin
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Maulid Nabi Muhammad SAW adalah sebuah tradisi budaya yang telah berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, untuk memperingati hari kelahiran Nabi terakhir umat Islam, yang dianggap sebagai rahmat bagi seluruh alam.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini memiliki nilai-nilai yang kaya dan bermakna bagi umat Muslim, yaitu untuk menghormati dan meniru kehidupan dan ajaran Rasulullah SAW. Dalam artikel ini, kita akan melihat sejarah, makna, dan keutamaan Maulid Nabi Muhammad SAW dari perspektif cultural studies.

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW

Ilustrasi Umat Muslim. Foto: Pexels
Maulid Nabi Muhammad SAW adalah peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awwal dalam kalender Hijriyah. Kata maulid berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat atau waktu kelahiran.
Menurut sejarah, tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW tidak terdapat dalam sumber-sumber Islam awal, dan juga diyakini bahwa Nabi Muhammad SAW sendiri tidak memerintahkan para pengikutnya untuk merayakan kelahirannya.
Namun, pada abad-abad awal Islam, mengadakan acara khusus untuk menghormati Muhammad SAW adalah hal yang umum dan sering kali melibatkan pembacaan puisi. Hal inilah yang kemungkinan besar menjadi cikal bakal tradisi Maulid.
ADVERTISEMENT
Sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW secara resmi diperkirakan dimulai pada abad ke-10 Masehi oleh Dinasti Fatimiyah, sebuah kerajaan Syiah Ismailiyah yang berkuasa di Mesir dan sebagian Timur Tengah. Raja pertama yang merayakan Maulid Nabi adalah al-Muiz Li Dinillah, yang merupakan keturunan langsung Nabi Muhammad SAW dari garis Fatimah.
Peringatan Maulid Nabi dilakukan dengan cara mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu, dan rakyat untuk berkumpul di istana dan mendengarkan cerita tentang kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Selain itu, raja juga memberikan bantuan kepada fakir miskin, anak yatim, dan tawanan perang.
Sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kemudian menyebar ke berbagai wilayah Islam, terutama setelah Dinasti Ayyubiyah menggantikan Dinasti Fatimiyah pada abad ke-12 Masehi. Salah satu tokoh yang terkenal merayakan
ADVERTISEMENT
Maulid Nabi adalah Sultan Salahuddin al-Ayyubi, yang memerangi tentara salib dan merebut kembali Yerusalem. Ia merayakan Maulid Nabi dengan cara menghias kota dengan lampu-lampu dan bendera-bendera, serta mengadakan pawai dan doa bersama.
Di Indonesia, sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW diperkenalkan oleh Wali Songo pada abad ke-14 Masehi sebagai salah satu cara untuk menarik hati masyarakat memeluk Islam. Peringatan Maulid Nabi di Indonesia juga dikenal dengan nama Syahadatain atau Gerebeg Maulud.
Ada dua pendapat yang berbeda tentang asal-usul tradisi Maulid secara resmi. Pendapat pertama menyatakan bahwa tradisi Maulid pertama kali diadakan oleh khalifah Mu’iz li Dinillah, salah seorang khalifah dinasti Fathimiyyah di Mesir yang hidup pada tahun 341 Hijriyah.
ADVERTISEMENT
Khalifah ini mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu, dan rakyat untuk berkumpul di istana dan mendengarkan cerita tentang kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Pendapat kedua menyatakan bahwa Maulid pertama kali diadakan oleh khalifah Mudhaffar Abu Said pada tahun 630 H yang mengadakan acara Maulid besar-besaran untuk memperlihatkan kebesaran Islam dan negara yang dipimpinnya.
Khalifah ini berkuasa di bawah bendera dinasti Fathimiyyah di wilayah Afrika Utara, Mesir, dan Suriah. Perayaan ini dilakukan tujuh hari tujuh malam dengan hidangan berasal dari ribuan ekor kambing, ayam, dan keju.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, Maulid Nabi secara khusus diperingati sebagai hari libur nasional. Dasar hukumnya adalah Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres RI) Nomor 251 Tahun 1967 tentang Hari-Hari Libur, yang ditanda tangani oleh Presiden Soeharto pada 16 Desember 1967.
Keputusan ini menetapkan bahwa Maulid Nabi adalah salah satu dari sebelas hari raya yang ditetapkan sebagai hari libur, selain Tahun Baru, dua hari Idulfitri, Iduladha, Natal, Tahun Baru Hijriah, Hari Kemerdekaan, Hari Buruh, Isra Mikraj, dll. Peringatan Maulid Nabi di Indonesia biasanya dilakukan dengan cara mengadakan pengajian, ceramah, pawai, dan doa bersama.

Makna Maulid Nabi Muhammad SAW

Ilustrasi Umat Muslim di Masjid. Foto: Pexels
Maulid Nabi Muhammad SAW memiliki makna yang dalam bagi umat Muslim. Tradisi ini merupakan kesempatan bagi umat Muslim untuk menghormati dan meniru kehidupan Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai teladan sempurna dalam segala aspek kehidupan, termasuk agama, sosial, dan moral. Oleh karena itu, tradisi Maulid ini menjadi momen untuk mengingat dan mengapresiasi ajaran dan perbuatan Rasulullah SAW.
ADVERTISEMENT
Salah satu makna Maulid Nabi Muhammad SAW adalah sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan-Nya kepada umat manusia dengan mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi alam semesta. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Anbiya ayat 107: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” Dengan merayakan Maulid Nabi, umat Muslim menunjukkan rasa terima kasih mereka kepada Allah SWT atas karunia-Nya yang luar biasa ini.
Makna lain dari Maulid Nabi Muhammad SAW adalah sebagai sarana untuk meningkatkan cinta dan kasih sayang kepada Rasulullah SAW. Umat Muslim percaya bahwa mencintai Rasulullah SAW adalah bagian dari iman mereka. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis: “Tidak sempurna iman seseorang hingga aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, anaknya, orang tuanya dan manusia seluruhnya.” Dengan merayakan Maulid Nabi, umat Muslim mengekspresikan cinta mereka kepada Rasulullah SAW dengan cara membaca shalawat, membaca sirah (biografi), dan mendengarkan ceramah tentang keutamaan-keutamaan beliau.
ADVERTISEMENT
Makna selanjutnya dari Maulid Nabi Muhammad SAW adalah sebagai motivasi untuk mengikuti sunnah (tuntunan) Rasulullah SAW dalam segala hal. Umat Muslim meyakini bahwa Rasulullah SAW adalah uswah hasanah (contoh yang baik) yang harus diteladani oleh setiap Muslim. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswah hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Dengan merayakan Maulid Nabi, umat Muslim berusaha untuk meneliti dan mempelajari sunnah-sunnah Rasulullah SAW serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari perspektif cultural studies, tradisi Maulid juga dapat dipandang sebagai sebuah bentuk ekspresi budaya yang mencerminkan identitas dan nilai-nilai umat Islam. Tradisi ini menunjukkan bagaimana umat Islam menginterpretasikan dan merepresentasikan ajaran Islam dalam konteks sosial dan budaya mereka. Tradisi ini juga menunjukkan bagaimana umat Islam berinteraksi dan bersilaturahmi dengan sesama umat Islam maupun non-Muslim dalam suasana penuh kasih sayang dan toleransi.
Ilustrasi Peringatan hari Besar Islam. Foto: Pexels
Tradisi Maulid memiliki variasi yang beragam di berbagai negara dan daerah. Misalnya, di Indonesia, tradisi Maulid dikenal dengan nama Syahadatain atau Gerebeg Mulud, yang melibatkan pawai, pengajian, ceramah, doa bersama, dan pembagian bingkisan. Di Turki, tradisi Maulid dikenal dengan nama Mevlid Kandili, yang melibatkan pembacaan puisi-puisi tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW yang disebut Mevlid. Di Mesir, tradisi Maulid dikenal dengan nama Mawlid al-Nabi al-Sharif, yang melibatkan permainan musik, tarian, dan karnaval.
ADVERTISEMENT
Variasi-variasi tradisi Maulid ini menunjukkan bahwa umat Islam memiliki kreativitas dan fleksibilitas dalam mengadaptasi ajaran Islam sesuai dengan kondisi sosial dan budaya mereka. Tradisi Maulid juga menunjukkan bahwa umat Islam memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan zaman dengan cara yang positif dan konstruktif. Tradisi Maulid juga menunjukkan bahwa umat Islam memiliki semangat untuk menyebarkan pesan Islam kepada masyarakat luas dengan cara yang menarik dan menyenangkan.
Ilustrasi Umat Muslim. Foto: Pexels

Keutamaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW juga memiliki keutamaan dan manfaat yang besar bagi umat Islam. Beberapa keutamaan dan manfaat tersebut antara lain:

1. Mendapatkan pahala dari Allah SWT atas niat baik untuk menghormati Rasulullah SAW

Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu bentuk penghormatan dan pengagungan terhadap Rasulullah SAW sebagai utusan Allah SWT yang membawa risalah Islam. Dengan mengikuti tradisi ini, umat Islam menunjukkan rasa cinta, hormat, dan syukur kepada Rasulullah SAW atas jasa-jasanya dalam menyebarkan Islam. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56). Dari ayat ini, kita dapat memahami bahwa Allah SWT dan malaikat-malaikat-Nya senantiasa memberikan pujian dan penghormatan kepada Rasulullah SAW, sehingga kita sebagai umatnya juga wajib mengikuti perintah Allah SWT untuk bershalawat dan memberi salam kepada Rasulullah SAW. Dengan demikian, kita akan mendapatkan pahala dari Allah SWT atas niat baik kita untuk menghormati Rasulullah SAW.
ADVERTISEMENT

2. Mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW di akhirat nanti

Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW juga merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Rasulullah SAW dan memohon syafaatnya di akhirat nanti. Syafaat adalah perantaraan atau bantuan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki kedudukan tinggi kepada seseorang yang lebih rendah kedudukannya di hadapan Allah SWT. Rasulullah SAW adalah orang yang paling berhak untuk memberikan syafaat kepada umatnya di akhirat nanti, karena beliau adalah orang yang paling dicintai oleh Allah SWT dan paling taat kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda: “Aku adalah orang yang pertama kali memberi syafa’at pada hari kiamat.” (HR. Bukhari no. 4712 dan Muslim no. 193). Dengan mengikuti tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW, kita dapat menunjukkan rasa cinta dan penghormatan kita kepada Rasulullah SAW, sehingga beliau akan melihat kebaikan kita dan memberikan syafaatnya kepada kita di akhirat nanti.
ADVERTISEMENT

3. Mendapatkan cinta dari Allah SWT dan Rasulullah SAW

Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW juga merupakan salah satu cara untuk mendapatkan cinta dari Allah SWT dan Rasulullah SAW. Cinta adalah perasaan kasih sayang yang mendalam dan tulus yang timbul dari hati seseorang terhadap sesuatu atau seseorang yang dicintainya. Cinta adalah anugerah terbesar yang diberikan oleh Allah SWT kepada makhluk-Nya, karena dengan cinta, kita dapat merasakan keindahan hidup dan kebahagiaan hati. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran: “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31). Dari ayat ini, kita dapat memahami bahwa salah satu cara untuk mencintai Allah SWT adalah dengan mengikuti ajaran dan sunnah Rasulullah SAW, karena beliau adalah orang yang paling mencintai Allah SWT dan paling dicintai oleh-Nya. Dengan mengikuti tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW, kita dapat meneladani akhlak dan perilaku Rasulullah SAW, sehingga kita akan mendapatkan cinta dari Allah SWT dan Rasulullah SAW.
ADVERTISEMENT