Konten dari Pengguna

Generasi Gen Z dan Milenial Terlilit PayLater Demi Memenuhi Gaya Hidup

Ahda Amalia
Mahasiswa ilmu komunikasi universitas pamulang
13 November 2024 17:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahda Amalia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kenyamanan dan fleaksibilitas paylater menjadi salah satu pilihan populer dikalangan banyak orang, terutama kaum milenial dan gen z yang terbiasa dengan budaya konsumsi instan.
ADVERTISEMENT
Terlibat dengan paylater karena alasan gaya hidup seiring dengan meningkatnya penggunaan layanan paylater, beberapa tren cukup mengkhawatirkan pun muncul.
Awalnya layanan ini di gunakan hanya untuk kebutuhan mendesak atau dana darurat tetapi karena faktor lingkungan sekitar mulai tergoda menggunakan lebih untuk membeli barang - barang dan pengalaman yang tidak penting, seperti gadget baru, barang mewah, makanan mewah atau restoran-restoran terkenal dan liburan ke luar negri.
Seperti kata Haryo Setyo Wibowo dalam bukunya Milenialnomics Mengatur Keuangan dengan Bahagia, uang menjadi berhala yang menuntun manusia untuk selalu bimbang memilih antara kebutuhan dan keinginan.
ilustrasi PayLater (https://pngtree.com/freepng/black-stick-line-drawing-e-commerce-mobile-phone-online-shoppin)
Di media sosial orang sering kali membagikan tentang kehidupan pribadinya yang mewah dan wah dalam hidupnya yang terkadang menimbulkan perasaan “FOMO (takut ketinggalan)”. Gaya hidup yang di tampilkan di berbagai media sosial belum tentu mencerminkan kenyataan, namun membuat banyak orang yang menirunya meskipun harus berhutang.
ADVERTISEMENT
Dilihatnya banyaknya konsumen yang terlilit paylater demi memenuhi gaya hidup, ada beberapa langkah untuk menghindarinya sebagai berikut;
Adanya paylater memang sangat membantu bagi kita yang menggunakannya dengan bijak , namun dapat menjadi masalah keuangan yang serius jika kita tidak menanganinya dengan bijak. Pentingnya untuk mengevaluasi apakah benar-benar membutuhkan pembelian tersebut dan apakah bisa anda membayar cicilannya tepat waktu. Ingat gaya hidup yang sehat dan Bahagia tidak harus di ukur dari jumlah barang yang di miliki oleh karna itu hiduplah sesuai kemampuan dan menyiapkan masa depan yang lebih cerah dari pada pusing memikirkan hutang.
ADVERTISEMENT
Ahda Amalia, Mahasiswa Ilmu komunikasi Universitas Pamulang