Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Mengembalikan Esensi Demokrasi Dalam Pilkada
4 November 2024 15:43 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ahimsa Muhammad Noor tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pilkada merupakan momen penting bagi masyarakat untuk menentukan masa depan daerah mereka. Setiap kali pilkada dilaksanakan, masyarakat memiliki harapan yang tinggi kepada setiap kandidat. Bagi masyarakat, pilkada bukan hanya soal memilih pemimpin, melainkan juga kesempatan untuk memperjuangkan aspirasi, keresahan, dan berbagai masalah yang hanya bisa ditangani oleh otoritas.
ADVERTISEMENT
Pilkada menjadi gerbang atau akses yang perlu ditempuh untuk mencapai posisi sebagai kepala daerah baik itu bupati, walikota, gubernur, pilkada bukan hanya sebagai akses menuju posisi tersebut pilkada menjadi akses bagi aspirasi masyarakat. Harapan masyarakat inilah yang seharusnya menjadi perhatian besar oleh para yang terlibat baik itu kandidat, partai politik, akademisi, pengamat, dan tentu dari warganya sendiri.
Terkadang dalam mengarungi kontestasi ini kita memberikan perhatian, dan berfokus pada siapa calonnya, apa latar belakangnya, partai apa yang mengusungnya, atau siapa yang menjadi penyokongnya. Pertanyaan pertanyaan tersebut secara implisit terbesit dalam pikiran kita ketika ada kontestasi pilkada dan kemudian muncul nama nama sebagai kandidat. Hal demikian bukan suatu hal yang salah justru memiliki porsi tersendiri dalam dinamika pilkada.
ADVERTISEMENT
Namun satu hal yang terlupakan ialah apa harapan warga atas permasalahan yang ada di daerahnya dapat terakomodasi dalam dinamika pilkada yang kemudian berujung pada penyelesaian masalah di pemerintahan selanjutnya. Terkadang yang terlibat dalam dinamika pilkada secara langsung maupun tidak langsung menomor sekiankan bahkan melupakan hal yang sangat beresensi dalam kontestasi pilkada.
Hal hal yang substansial dan esensial yang seharusnya menjadi esensi dari dinamika kontestasi pilkada cenderung terabaikan. Seperti pertarungan gagasan, saling memunculkan ide ide, membedah visi misi dari masing masing kandidat atas aspirasi dari masyarakat dan tentu bertarung dalam akal sehat, dan masih pada koridor aturan yang berlaku. Akan tetapi yang kita lihat sekarang ini adalah saling serang di antara para kandidat, menjatuhkan golongan tertentu yang berujung pada black campaign bahkan negative campaign. Apalagi pada daerah dengan heterogenitas yang tinggi dan juga tingkat fanatisme terhadap politik yang tinggi pula
ADVERTISEMENT
Contohnya sudah banyak terjadi di berbagai daerah semisal di Sleman terdapat kandidat yang memasang baliho berisi ajakan untuk memilih dirinya namun dengan mensubordinasi gender atau masuk pada perilaku misoginis. Kemudian di Jawa Tengah ada isu yang ramai di media sosial dilontarkan oleh salah satu kandidat pada kandidat lain tentang perilaku seksualitas yang menyimpang. Atau seperti di Jakarta dimana para kandidat menjatuhkan satu sama lain
Dari beberapa contoh ini kita bisa melihat kemana fokus dan perhatian dari para warga dalam kontestasi pilkada. Warga atau pemilih cenderung intens pada isu isu personal yang menyangkut kandidat, mereka lebih menyukai hdi berbagai daerah al hal demikian dibanding dengan perhatian pada gagasan, visi misi, program yang akan dilaksanakan, dan cenderung menjauh dari wacana intelektual demi kehidupan yang lebih baik. Apabila pilkada sebagai kontestasi adu program, gagasan, visi misi dan wacana intelektual lainnya alhasil aspirasi warga, keluh kesah terhadap permasalahan di daerahnya akan terangkat dan dapat direalisasikan pada pemerintah selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Kondisi yang dihadapi perlu kita urai lebih dalam dan perlu perhatian dari berbagai peran untuk terlibat demi suatu proses demokrasi yang lebih baik, memiliki esensi berbobot, dan berdampak pada semua aspek kehidupan tanpa terkecuali. Proses demokrasi memang tidak bisa sempurna selalu ada kecacatan kecacatan namun alangkah baiknya kita selalu memiliki komitmen terhadap proses yang lebih baik terhadap sistem demokrasi yang mengikat hajat hidup banyak orang.
Referensi
Com, P. J. (2024, September 26). Sleman Daerah Paling Rawan di Pilkada se-DIY, Bawaslu Petakan Potensi Kerawanan. Kumparan. https://kumparan.com/pandangan-jogja/sleman-daerah-paling-rawan-di-pilkada-se-diy-bawaslu-petakan-potensi-kerawanan-23bDhmJeSlX
Kurniawan, D. (2024, October 31). Dinilai Menyudutkan Perempuan, Baliho Salah Satu Paslon Pilkada Sleman Dilaporkan ke Bawaslu. Harianjogja.com.