Konten dari Pengguna

Strategi Komunikasi Dalam Menciptakan Kesetaraan Gender

Ahmad Abi Dzar Al Gifari
Mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan Prodi Komunikasi Dan Penyiaran Islam
15 Desember 2024 18:26 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Abi Dzar Al Gifari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kesetaraan gender Pria dan wanita, sumber: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Kesetaraan gender Pria dan wanita, sumber: shutterstock
ADVERTISEMENT
Belakang ini isu mengenai kesenjangan gender menjadi perhatian tersendiri bagi beberapa masyarakat Indonesia, orang-orang sudah mulai mengerti dan peka terhadap fenomena kesenjangan gender ini. banyak sekali bentuk-bentuk kesenjangan gender yang sering terjadi dalam ruang lingkup masyarakat baik itu perkotaan sampai dengan pedesaan, di Indonesia sendiri angka kesenjangan gender berada pada angka 0,047% menurut Indeks Ketimpangan Gender (IKG) tahun 2023, walaupun mengalami penurunan tetapi angka tersebut masih cukup tinggi, tentunya kesenjangan gender ini tentunya muncul karena adanya beberapa faktor yang melatarbelakangi fenomena tersebut seperti halnya budaya, adat istiadat, stereotip, dan juga norma gender. Adanya pengetahuan terkait dengan beberapa faktor tersebut tentunya menjadi langkah awal kita dalam upaya menciptakan kesetaraan gender di lingkungan masyarakat, upaya-upaya tersebut tentunya harus saling membantu antar berbagai pihak, dari pihak yang secara tidak langsung berada dalam fenomena tersebut seperti halnya pemerintah dan juga pihak-pihak yang ada didalam fenomena tersebut seperti halnya masyarakat yang menjadi korban kesenjangan gender dalam lingkungan kecil, seperti lingkungan RT/RW dan juga lingkungan keluarga. seluruh aktifitas sehari-hari yang ada di lingkup sektor masyarakat RT/RW dan keluarga menjadi peran penting dalam mencipta kesetaraan gender sejak dini. Melalui organisasi terkecil seperti keluarga lah menjadi salah satu upaya awal dalam menciptakan kesetaraan gender, tentunya hal tersebut tidak serta-merta bisa berubah begitu saja dalam konteks kesetaraan gender di keluarga, tentunya upaya-upaya tersebut nantinya akan menemui berbagai bentuk kendala, seperti halnya keluarga-keluarga yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai patriarki, dan adat istiadat lain yang masih dalam konteks pendominasian pria sebagai kasta tertinggi didalam keluarga. Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan dalam sebuah keluarga guna menciptakan situasi kesetaraan gender, tentunya untuk menciptakan situasi tersebut tentunya setiap anggota keluarga haris mempunyai kesadaran akan hal tersebut, sehingga nantinya bisa saling mengerti dan memahami apa yang ingin dilakukan untuk menciptakan kesetaraan gender didalam lingkungan keluarga, salah satu upaya tersebut adalah melalui strategi komunikasi antar anggota keluarga, hal ini penting karena melalui sebuah komunikasi dapat memperkuat hubungan antar anggota keluarga, menumbuhkan sikap empati, dan yang terpenting adalah memahami persamaan dan perbedaan yang ada didalam keluarga. Harapannya ketika kesetaraan gender telah tertanam di lingkungan keluarga, ketika salah satu anggota keluarga tersebut masuk kedalam lingkungan yang lebih luas mereka bisa lebih menghargai akan kesetaraan gender. Jika kita telisik kembali secara lebih dalam, ada berbagai macam permasalahan yang nantinya akan ataupun bisa jadi muncul karena seseorang tersebut tidak memerhatikan kesetaraan gender, oleh sebab itu perlu adanya upaya awal sejak dini dalam hal ini yang diteliti adalah upaya yang diawali melalui ruang lingkup keluarga yang dilakukan melalui strategi komunikasi yang dilakukan didalam berinteraksi didalam lingkungan keluarga. Oleh sebab itu, maka argumen awal yang dibangun pada studi ini adalah bahwa adanya peran keluarga dalam menciptakan sikap dan perilaku anggotanya yang dalam konteks ini adalah peran komunikasi keluarga dalam menumbuhkan sikap dan perilaku terkait dengan kesetaraan gender. Membentuk kesetaraan gender melalui strategi komunikasi didalam keluarga Seringkali kita temukan berbagai problematika kehidupan yang ada di ruang lingkup masyarakat terjadi karena berangkat dari apa yang sebelumnya terjadi di dalam keluarga, problematik ini menjadi sangat serius karena secara tidak langsung masalah atau problem yang sebenarnya terjadi di dalam keluarga tetapi bisa berujung terbawa ke ruang lingkup yang lebih luas seperti lingkungan masyarakat, banyak orang yang seakan akan menganggap remeh dari sistem komunikasi yang ada didalam sebuah keluarga. Padahal seperti yang sudah di jelaskan bahwa banyak bermunculan problematik sosial kemasyarakatan yang sumbernya datang dari problematik keluarga yang melebar, tentunya disini peneliti melihat pentingnya komunikasi yang tepat didalam berinteraksi didalam keluarga dapat.msnentukan jati diri seseorang ketima mereka berbaur kedalam ruang lingkup lingkungan yang lebih luas, dalam hal ini konteks yang dibahas adalah mengenai problematik kesenjangan gender yang sering terjadi di ruang lingkup masyarakat. Salah satu contoh kasus yang bisa kita lihat adalah adanya budaya otorite dan atau patriarki dalam sebuah kepemimpinan, tentunya kita tidak bisa secara pasti menerka hal tersebut terjadi karena datang dari budaya komunikasi yang ada di dalam keluarganya sehingga terbawa dalam kepemimpinan sosial, hal ini bisa terjadi karena banyak faktor yang melatarbelakangi, baik itu secara pengalaman, kependidikan, ataupun sistem kepercayaan yang dianut. Tetapi perlu diketahui ketika seseorang tersebut mempunyai sikap patriarki dan otoriter karena metode komunikasi yang kurang tepat didalam keluarga, maka itu akan memperbesar kemungkinan hal tersebut terbawa kedalam ruang lingkup yang lebih luas seperti lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu peneliti berpendapat bahwa jika suatu keluarga memang masih memegang erat budaya budaya yang bertolakbelakang dengan kesetaraan gender seperti halnya patriarki, setidaknya dengan upaya dan kesadaran dari masing-masing anggota keluarga melalui strategi komunikasi yang ada bisa meminimalisir budaya tersebut terbawa kedalam ruang lingkup yang lebih luas seperti lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu disini peneliti menemukan teori strategi komunikasi yang tepat dengan keadaan atau problematik seperti ini, yaitu teori strategi komunikasi persuasif miliknya Melvin L. DeFleur dan Sandra J. Ball Rokeach yang menyatakan bahwa dalam sebuah komunikasi ada tiga poin teknik penting yang bisa digunakan, yaitu ada psikodinamika, sosiokultural, dan the meaning construction. dimana yang menjadi tepat terhadap problematik ini adalah dengan teknik strategi komunikasi psikodinamika. dimana teknik strategi psikodinamika ini merupakan sebuah teknik komunikasi yang lebih memfokuskan diri kepada merangsang emosional. Oleh karenanya uraian diatas menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara peran komunikasi keluarga secara umum peran keluarga dalam menciptakan perilaku yang peka terhadap kesetaraan gender, seperti yang sudah di paparkan sebelumnya bahwa ini menjadi salah satu solusi yang bisa diimpelementasikam untuk menciptakan sebuah kesetaraan gender yang dimulai dari komunitas keluarga yang baik, tentunya dengan teknik strategi yang ditawarkan oleh peneliti yaitu melalui komunikasi dengan pendekatan psikodinamika. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa peneliti melihat realita di lapangan bahwasanya banyak keluarga keluarga yanga di Desa Kalijambe masih memiliki budaa patriarki didalamnya walaupun hal tersebut tidak terlalu menonjol, dan tentunya peneliti juga menemukan temuan yang sangat menarik perihal hubungan antara sistem komunikasi yang ada dalam sebuah keluarga dalam menciptakan perilaku kesetaraan gender, peneliti dapat menyimpulkan bahwa keluarga yang menggunakan strategi komunikasi persuasif Melvin L. DeFleur dan Sandra J. Ball Rokeach dengan pendekatan teknik pendekatannya psikodinamika budaya patriarki dan atau otoriter tersebut tidak sampai memengaruhi sikap anggota keluarga lain didalam bersosialisasi di lingkungan masyarakat. Tentunya hal ini menjadi temuan yang sangat berguna bagi keluarga-keluarga lain baik itu yang masih memiliki budaya patriarki ataupun tidak, agar untuk bisa menerapkan strategi komunikasi persuasif dengan pendekatan psikodinamika ini dalam berkomunikasi yang bersinggungan dengan fenomena kesenjangan gender di ruang lingkup masyarakat, selain itu pemerintah desa juga berperan penting untuk mensosialisasikan terkait dengan buruknya kesenjangan gender di suatu lingkungan masyarakat kepada keluarga sejak dini.
ADVERTISEMENT