Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kehidupan Pesantren yang Berkesan
17 Maret 2018 11:42 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Ahmad Amri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pesantren merupakan tempat yang sangat berkesan. Pesantren juga merupakan tempat dimana banyak santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul. Pada umumnya, para santri masuk pesantren pada saat memulai pendidikan SMP Kelas 1 atau SMA Kelas 1.
ADVERTISEMENT
Adapula yang memulainya ditengah pendidikan SMP atau SMA, namun untuk para santri tersebut, disyaratkan untuk mengikuti ujian masuk dan sudah memenuhi kriteria-kriteria khusus seperti lancar dalam membaca Al-Quran dan mampu berbahasa Arab dan Inggris dasar.
Syarat tersebut dimintakan agar santri mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan memiliki kemampuan dasar sesuai dengan kelasnya.
Pesantren ibaratkan sebuah negara kecil, sudah lengkap dengan berbagai fasilitas sehari-hari. Selain asrama, ruang kelas dan masjid, di dalam pesantren terdapat pula Wartel (warung telpon) bagi santri yang hendak menelpon keluarganya.
Terdapat pula ruang makan layaknya sebuah restoran bagi para santri. Pada saat makan santri mengantri untuk mendapatkan jatah makannya. Seperti makan di rumah, pesantren menyediakan makan tiga kali sehari. Hal yang unik di pesantren adalah menu makanan sehari-hari dipajang, sehingga kita sudah bisa membayangkan apa yang akan dimakan pada malam hari, besok pagi hingga lusa siang.
ADVERTISEMENT
Para santri tidak jarang untuk makan bersama dengan menggunakan satu piring. Setelah satu santri mengambil jatahnya dan dimakan bersama oleh enam rekannya, lalu santri yang lain secara bergantian akan mengambil bagiannya hingga para santri merasa kenyang.
Pada sore hari, para santri sebelum solat maghrib akan mengelilingi area pesantren mulai dari lapangan bola hingga area sekolah untuk melakukan muhadatsah atau percakapan. Pada saat itu para santri SMP dan sebagian santri SMA diharuskan untuk melakukan percakapan sambil jalan santai di sekiling pesantren menggunakan bahasa Inggris dan Arab.
Biasanya santri kelas 2-3 SMA akan menjadi pemandu dan akan memastikan bahwa setiap santri mengikuti muhadatsah. Para pemandu juga memastikan agar setiap santri memahami dan menghapal kosa kata baru setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Sumber: darunnajah.com
Percakapan sehari-hari di pesantren mengguakan bahasa Arab dan Inggris. Syarat itu strictly applied untuk santri-santri SMP dan sebagian santri SMA, sehingga ketika kedapatan santri yang menggunakan bahasa Indonesia maka para jasus (mata-mata) yang sudah dipilih akan melaporkannya kepada para senior.
Lalu para senior akan mengingatkan kembali para santri untuk tetap menggunakan bahasa Arab dan Inggris, jika dilanggar beberapa kali maka akan ada pekerjaan tambahan yang harus dilakukan oleh para santri.
Di pesantren para santri dituntut untuk melakukan solat jamaah lima waktu di masjid. Sebelum dan setelah solat terdapat beberapa bacaan salawat yang dibacakan secara bersamaan. Hal ini membuat kesan para santri kompak dan handal dalam berbahasa arab.
ADVERTISEMENT
Setelah solat, merupakan pemandangan yang wajar bila kita melihat santri masih duduk di masjid untuk melakukan murajaah (pengulangan hafalan). Santri berdasarkan kelasnya dituntut untuk menghafal Al-Quran mulai dari satu hingga tiga puluh juz, tergantung persyaratan yang dibebankan oleh pesantren masing-masing.
Kehidupan akademis di pesantren amatlah padat. Selain mempelajari pelajaran umum yang didapati pada sekolah negeri, di pesantren, para santri juga mempelajari sekitar sepuluh mata pelajaran agama tambahan seperti nahu, sorof, fiqih dan tarikh. Pelajaran-pelajaran tersebut di luar kelas bahasa dan muhadatsah, sehingga dapat dibayangkan seberapa padat jadwal para santri setiap harinya.
Pada waktu luang di hari libur, para santri tidak juga lupa untuk berolahraga. Sepak bola, sepak takraw, bulu tangkis dan voli adalah sebagian dari kegiatan olahraga yang dilakukan para santri. Selain berolahraga, para santri juga menggunakan hari libur untuk mencuci, menjemur dan menggosok pakaian.
ADVERTISEMENT
Ada juga yang menggunakannya untuk menjumpai keluarga baik di dalam maupun di luar pesantren. Pesantren biasanya memberikan izin dua hari dalam waktu tiga bulan untuk para santri melakukan berbagai kepentingan di luar pesantren.