Konten dari Pengguna

Keluh Kesah Seorang Desainer Grafis

Ahmad Ardanil
saya adalah seorang desainer grafis freelancer, juga sesekali membuat illutrasi yang beragam, selain itu saya juga saat ini menempuh pendidikikan di perguruan ITB AD dengan study Desain Komunikasi Visual
28 Desember 2021 21:09 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Ardanil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Illustrasi keluh kesah desainer grafis dibuat oleh ahmad ardanil
zoom-in-whitePerbesar
Illustrasi keluh kesah desainer grafis dibuat oleh ahmad ardanil
ADVERTISEMENT
Seperti yang anda ketahui bahwa desainer grafis belakangan ini menjadi profesi yang sedang naik daun, profesi yang digandrungi oleh sebagian besar anak muda ini menjadi profesi yang kian hari makin banyak membutuhkan jasanya. Mengingat keberadaan desain sangat banyak membantu kebutuhan pemasaran produk, iklan, dan kampanye serta berbagai pemasaran lainnya, jadi jangan heran yah teman-teman mengapa banyak yang sedang mencari jasanya.
ADVERTISEMENT
Desainer grafis menjadi profesi yang menarik karena berbagai hal, misalnya dapat mengerjakan proyeknya dari kantor, warkop, kafe, dan sejenisnya, serta anda bisa mengerjakan banyak project pula dari perusahan yang berbeda-beda. Tapi profesi yang bergerak dibidang kreatif ini juga terkadang menyimpan banyak keresahan dari para desainernya, nah berikut ini beberapa hal yang kerap dialami oleh teman-teman desainer saat mengerjakan berbagai project, dan mungkin saat ini sedang anda alami.

1. Bersahabat dengan revisi.

Seringkali kita mendengar "kamu belum tidurkan, ini ada revisi dikit lagi, setelah itu pasti fix kok." Nah teman-teman terkadang desainer grafis harus terbiasa bersahabat baik dengan istilah revisi seperti potongan percakapan di atas, mulai dari menunggu komentar yang kiranya perlu untuk direvisi menurut kliennya, dan hal tersebut terkadang bisa sampai seharian menunggu balasan dari kliennya, padahal desainernya ini belum tidur, belum makan, dan sebagainya karena menunggu balasan dari klienya. Untuk menyiasati hal ini, maka kita bisa melakukan beberapa hal, seperti menegaskan secara detail brief desain yang ada, agar desain yang kita kerjakan bisa lebih terperinci sesuai dengan permintaan klien, serta baiknya melakukan komunikasi awal terkait batasan revisi yang ada sehingga hal ini tidak membebani kita sekalian dan tak membuat mati mood kita yang paling berharga, kalau moodnya kita sudah rusak, kacau, dan sebagainya pasti susah banget pastinya kita untuk mengerjakan sesuatu apa pun itu.
ADVERTISEMENT

2. Kembali desain yang pertama

Pasti ada kejadian seperti ini "Desainnya udah bagus, tapi kayaknya bagusan yang desain pertama. Bisa nggak kembali desain awal?"
Yah teman-teman! terkadang hal ini kerap dialami teman-teman desainer, kadang berkali-kali mereka mengotak-atik desain yang sudah dibuat sesuai permintaan klien, hingga beberapa variasi namun pada akhirnya yang dipilih adalah desain yang pertama dibuat. Dan terkadang teman-teman lupa untuk membackup desain paling awal tadi, dan hal ini kadang menjadi petaka bagi desainer grafis. Nah, untuk mengatasi hal-hal seperti ini teman-teman baiknya ketika mengerjakan sebuah project desainnya kita kerjakan, baiknya melakukan backup ke tiap desain yang kita buat, serta ketika mengerjakan sebuah project baiknya membuat alternatif desain sehingga klien bisa memilih dari salah satu desain dari variasi desain yang ada.
ADVERTISEMENT

3. Dianggap serba bisa

"Kamu desainer grafis kan? bisa buat video juga kan? Bisalah, kan desainer grafis jadi pasti bisa dong."
Terkadang desainer grafis juga kerap dianggap sebagai orang serba bisa, atau multitalent, kerap kali teman-teman desainer diberikan jobdesc diluar dari basic ilmunya, seperti mengedit video, mengambil gambar, mengelola website dan sejenisnya. Meski ada beberapa desainer grafis juga punya skill diluar profesinya tersebut, tapi terkadang masyarakat kita meratakan semua persepsi bahwa desainer grafis ini serba bisa. Dan hal ini terkadang bisa memberi dampak negatif ke desainer grafis, karena bukan tidak mungkin akan memberikan jobdecs diluar bidangnya, apalagi jika diminta kudu dikerjakan cepat pasti makin berat teman-teman. Hal ini sering kita jumpai pada lowongan pekerjaan, di mana banyak perusahaan yang membutuhkan jasa desainer grafis tapi dengan kemampuan yang beragam, seperti terampil membuat video, mengelola website dan sebagainya. Untuk mengatasi ini baiknya melakukan komunikasi yang baik dengan klien, agar klien bisa mengerti batas kemampuan kita, agar bisa mengefektifkan pekerjaan kita.
ADVERTISEMENT

4. Jasanya kadang kurang dihargai

Dan hal ini menjadi salah satu polemik yang dialami seorang desainer grafis adalah persoalan upah dari tiap karya yang telah dibuat. Khususnya di negeri tercinta kita sendiri profesi desainer grafis masih dianggap sebelah mata oleh sebagian orang. Kadang mendapatkan apresiasi yang baik dari klien dan kadang pula sebaliknya. Hal ini juga yang membuat banyak desainer grafis lebih memilih menjadi freelancer dan menerima permintaan jasa desain dari luar negeri, karena apresiasi yang didapat dari klien luar negeri kadang lebih baik dari apresiasi dalam negeri. Padahal ketika mengerjakan suatu project itu membutuhkan banyak usaha, banyak tenaga dan meluangkan waktu meramu ide dalam menciptakan konsep desain yang terbaik, dan tak jarang pula itu cukup merogoh banyak biaya dalam proses pengerjaannya, belum lagi biaya aplikasi, software atau perangkat keras lainnya yang harganya juga terbilang tinggi, belum lagi dengan mengendalikan mood kita yang bukan main ribetnya.
ADVERTISEMENT
Maka tentu tak heran banyak desainer grafis menyiasati ini juga mulai dengan mematokkan harga sesuai tingkat serta variasi kualitas karya desain yang kita buat, atau melakukan kerja sama dengan klien tertentu yang sama-sama memberikan hasil yang baik pastinya. Serta bagi yang merasa bangun dalam menentukan harga, bisa melakukan konsultasi dengan teman-teman seprofesi diberbagai komunitas dan platform yang ada. Hal ini juga bisa membangun relasi dan pengetahuan kita lebih luas nantinya.
Jadi itulah beberapa hal yang kerap menjadi keresahan bagi teman-teman desainer grafis, dalam melakoni profesi yang kerap dikenal dengan istilah hobby yang dibayar ini. Tentunya masih banyak lagi problematika lain yang kerap dialami seorang desainer grafis, tapi seiring berjalannya waktu dengan sendirinya akan menemukan caranya tersendiri dalam menyelesaikan berbagai problematika yang ada. Dan tentu berangkat dari pengalaman pengalaman ini nantinya akan membuat desainer grafis lebih dewasa, dan lebih profesional tentunya. dan jangan lupa untuk ikut aktif diberbagai komunitas desainer grafis untuk bersilaturahmi dengan berbagai desainer senior yang memiliki banyak wawasan luar biasa.
ADVERTISEMENT