Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Budaya Saparan di Ngablak, Magelang
18 November 2024 17:52 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ahmad Sa'i Assyakir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Budaya Saparan di Ngablak, Magelang merupakan salah satu budaya tradisional yang masih dilestarikan hingga saat ini. Saparan sendiri adalah tradisi untuk membersihkan diri dan menyucikan hati dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan. Acara ini biasanya dilaksanakan pada bulan Sura atau sekitar bulan April-Mei.
ADVERTISEMENT
Acara Budaya Saparan ini dilaksanakan dengan cara mandi bersama di sungai atau sumber air yang dianggap suci. Selain mandi bersama, juga dilakukan upacara bersih desa atau biasa disebut dengan "Nguras Pucuk Pisah". Upacara ini dilakukan untuk membersihkan desa dari segala macam energi negatif, agar seluruh masyarakat dapat menjalankan ibadah Ramadhan dengan tenang dan damai.
Saparan sendiri berasal dari bahasa Jawa "Sapar" yang artinya bersih atau suci. Masyarakat Ngablak meyakini bahwa menjalankan tradisi Saparan akan membuat diri mereka bersih secara fisik dan spiritual. Selain itu, tradisi Saparan juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi antar warga desa.
Acara Budaya Saparan di Ngablak biasanya dimulai pada pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB. Masyarakat mulai berkumpul di titik kumpul yang sudah ditentukan, kemudian bersama-sama berjalan menuju sungai atau sumber air yang dianggap suci. Setelah sampai di sana, masyarakat bergantian mandi dan membersihkan diri.
ADVERTISEMENT
Setelah selesai mandi, masyarakat biasanya mengenakan pakaian yang baru dan bersih. Mereka kemudian melakukan upacara bersih desa atau Nguras Pucuk Pisah. Upacara ini melibatkan seluruh masyarakat desa dan dihadiri oleh pemangku adat setempat.
Upacara Nguras Pucuk Pisah dimulai dengan membakar kemenyan atau dupa untuk membersihkan udara dari energi negatif. Kemudian, pemangku adat memimpin doa untuk memohon keselamatan dan keberkahan bagi seluruh masyarakat desa. Setelah itu, masyarakat bergotong royong membersihkan desa dari sampah dan mengecat dinding-dinding rumah yang sudah mulai memudar.
Tradisi Budaya Saparan di Ngablak Kabupaten Magelang memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat setempat. Selain sebagai momen untuk membersihkan diri dan menyucikan hati, Saparan juga menjadi wadah untuk mempererat tali silaturahmi antar warga desa. Acara ini juga menjadi ajang untuk melestarikan budaya tradisional yang sudah ada sejak zaman nenek moyang.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, tradisi Budaya Saparan ini mulai terancam kepunahan karena minimnya minat generasi muda untuk menjalankannya. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk memperkenalkan kembali tradisi ini kepada generasi muda dan menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, tradisi Budaya Saparan di Ngablak Kabupaten Magelang harus dapat terus dilestarkan dan dijaga agar tidak hilang dan terus menjadi bagian dari kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk memperkenalkan kembali tradisi Budaya Saparan ini adalah dengan melibatkan generasi muda dalam pelaksanaannya. Pendidikan tentang pentingnya menjaga kebersihan fisik dan spiritual dapat diberikan sejak dini kepada anak-anak. Selain itu, juga perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas melalui media sosial.
Pemerintah juga dapat turut serta dalam melestarikan tradisi Budaya Saparan dengan memberikan dukungan dan fasilitas yang memadai, seperti memperbaiki akses jalan menuju lokasi mandi bersama atau memberikan bantuan dalam hal kebersihan dan keamanan selama acara berlangsung.
ADVERTISEMENT
Selain itu, peran dari pemangku adat dan tokoh masyarakat setempat juga sangat penting dalam menjaga dan memperkenalkan kembali tradisi Budaya Saparan ini. Mereka bisa memberikan pendidikan dan informasi kepada generasi muda tentang pentingnya menjalankan tradisi ini dan arti yang terkandung di dalamnya.
Dalam rangka menjaga keberlangsungan dan kelestarian Budaya Saparan di Ngablak Kabupaten Magelang, diperlukan kesadaran dan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat setempat. Semua pihak harus berperan aktif dalam menjaga dan memperkenalkan kembali tradisi ini kepada generasi muda, sehingga kekayaan budaya Indonesia dapat terus dilestarikan dan menjadi warisan yang berharga untuk masa depan.
Dalam kesimpulan, Budaya Saparan di Ngablak Kabupaten Magelang merupakan salah satu tradisi yang memiliki nilai-nilai yang penting bagi masyarakat setempat. Tradisi ini tidak hanya menjadi ajang untuk membersihkan diri dan menyucikan hati, namun juga menjadi wadah untuk mempererat tali silaturahmi antar warga desa. Oleh karena itu, perlu ada upaya dari seluruh pihak untuk menjaga dan melestarikan tradisi Budaya Saparan agar tidak hilang dan terus menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ahmad Sa'i Assyakir Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.