PLTS Atap Untung-untungan atau Untung Betulan?

Ahmad Basil Fajari Waliyuddin
Saya merupakan seorang electrical engineer dan renewable energy enthusiast
Konten dari Pengguna
11 September 2021 8:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Basil Fajari Waliyuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
PLTS atap pada gedung PLTMH Sengkaling 1 Universitas Muhammadiyah Malang. (Foto : Ahmad Basil Fajari Waliyuddin)
zoom-in-whitePerbesar
PLTS atap pada gedung PLTMH Sengkaling 1 Universitas Muhammadiyah Malang. (Foto : Ahmad Basil Fajari Waliyuddin)
ADVERTISEMENT
Dengan hadirnya wacana revisi Peraturan Menteri ESDM No. 49 Tahun 2018 yang merubah poin ekspor listrik ke PLN dari 65% menjadi 100% sebagai dukungan terhadap upaya Indonesia untuk bertransisi menuju Energi Baru Terbarukan telah membawa berita baik bagi para pengguna PLTS Atap. Dengan adanya revisi ini harga ekspor listrik dari hasil PLTS atap akan dihargai 1 : 1 dengan harga impor listrik dari PLN menuju grid pelanggan sehingga tentunya akan meningkatkan keuntungan dari penggunaan PLTS atap itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang dipasang pada atap rumah penduduk ataupun gedung – gedung lainnya akan terhubung dengan jaringan PLN (on-grid), dimana diantaranya terdapat meteran ekspor-impor yang akan menghitung banyaknya listrik yang kita gunakan dan hasilkan, yang selanjutnya akan terakumulasi berapa biaya yang kita harus bayarkan setelah listrik yang kita gunakan dikurangi dengan listrik yang kita hasilkan dari PLTS atap.
Sebagai contoh, Budi pada bulan ini telah menggunakan listrik sebanyak 80 kWh atau setara dengan Rp 115.440, namun Budi telah memasang PLTS atap dengan hasil sebesar 40 kWh selama 1 bulan atau setara dengan Rp 57.720, sehingga biaya listrik bulan ini yang perlu Budi bayarkan hanya sejumlah Rp 57.720 atau setengah dari pemakaian biaya listrik bulanan Budi.
ADVERTISEMENT
Memang bagaimana sih perhitungannya?
Pertama kita perlu mengetahui terlebih dahulu potensi energi matahari pada daerah pemasangan PLTS atap, Kedua kita perlu merencanakan komponen apa saja yang akan kita gunakan dalam pembuatan PLTS atap beserta dengan harga dari komponen tersebut, terakhir kita tinggal menghitung berapa biaya total instalasi PLTS atap dan kapan kita akan balik modal (payback period).
Untuk tahapan pertama memang akan lebih terperinci jika dilakukan oleh para ahlinya tapi jangan khawatir kita juga masih bisa melakukannya secara mandiri kok, bagaimana caranya? Pada tahap pertama kita bisa melihat potensi dari GTI (Global Tilted Iridiation) lokasi tempat pemasangan PLTS atap pada laman globalsolaratlas.info yang dapat diakses secara gratis dan melakukan perhitungan secara manual dengan menggunakan rumus yang dapat kita jumpai secara mudah di internet, atau kita cukup melihat jumlah keluaran energi yang dihasilkan PLTS atap yang merupakan fitur dari global solar atlas, mudah bukan.
ADVERTISEMENT
Setelah itu untuk tahapan kedua kita perlu melakukan perhitungan pada komponen apa saja yang akan kita gunakan pada PLTS atap on grid yang sedang kita rancang, dalam hal ini beberapa komponen yang kita butuhkan diantaranya :
1. Modul surya
Tentu saja yang pertama adalah modul surya, Adapun modul surya merupakan susunan solar cel yang berfungsi sebagai alat konversi energi panas dari matahari menjadi energi listrik, yang selanjutnya disatukan dan diberikan beberapa kelengkapan pelindung dan penunjang agar modul surya dapat bekerja sebagaimana mestinya. Untuk harganya sendiri saat ini modul surya di Indonesia berkisar dengan harga 0,3 USD/Wp dengan umur pakai dari 20 hungga 25 tahun.
2. Inverter
Komponen berikutnya merupakan inverter yang berfungsi untuk mengubah hasil arus listrik DC dari PLTS atap menjadi arus listrik AC sesuai dengan grid PLN. Namun memang untuk saat ini harganya masih terbilang cukup mahal di Indonesia.
ADVERTISEMENT
3. Meteran ekspor-impor
Untuk komponen terakhir ini akan disediakan oleh PLN setelah melakukan pengecekan terhadap kesesuaian instalasi yang terpasang pada calon pengguna PLTS atap on-grid.
Dari beberapa komponen diatas tentu saja kita juga perlu memperhitungkan biaya instalasi dari PLTS atap untuk dapat beroperasi. Tapi jangan khawatir masih ada jalan pintas lain dengan menyewa jasa instalasi yang akan menangani keseluruhan proses dari pembelian komponen, instalasi, hingga perizinan dengan kisaran harga 23 juta untuk kapasitas 1.300 VA.
Tahap terakhir setelah mendapatkan perhitungan tersebut, kita tinggal membagi biaya instalasi dengan perkiraan potongan harga yang dapat kita hemat setiap tahunnya dan dari sanalah kita akan mengetahui berapa lama balik modal atau payback period dari penggunaan PLTS atap serta berapa lama kita akan menikmati pemotongan biaya listrik secara cuma-cuma. Dalam hal ini pada pemasangan listrik dengan kapasitas 1.300 VA dan harga listrik sebesar Rp 1.444,7/kWh maka perkiraan payback period adalah 8-10 tahun, kemudian tahun berikutnya adalah keuntungan potongan listrik gratis yang kita dapatkan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana, sudah berminat mendapatkan keuntungan dari menjadi bagian transisi energi baru terbarukan Indonesia?