PLTS Atap vs Zombi

Ahmad Basil Fajari Waliyuddin
Saya merupakan seorang electrical engineer dan renewable energy enthusiast
Konten dari Pengguna
12 September 2021 12:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Basil Fajari Waliyuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi zombi. Sumber : Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi zombi. Sumber : Pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tentu saja berbagai film tentang zombi kerap kali kita jumpai saat ini, dari film produksi berskala besar hingga produksi lokal. Untuk bertahan hidup para penyintas harus bisa mempersiapkan berbagai kebutuhan dasar seperti makanan, obat-obatan, senjata, pakaian, hingga tempat perlindungan yang dapat bertahan secara mandiri. Lantas apakah PLTS atap mampu melawan era para zombi?
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya sistem PLTS dibagi menjadi dua yakni menjadi sistem on grid dan off grid. Pada sistem on grid secara sederhana merupakan sebuah sistem PLTS yang langsung terhubung dengan jaringan listrik PLN, salah satu contohnya adalah PLTS atap yang hasilnya masuk ke jaringan listrik PLN melalui meteran ekspor-impor yang disediakan oleh PLN. Hasil dari produksi listrik ini biasanya akan menjadi nilai kompensasi yang akan menjadi pengurangan biaya listrik bulanan.
Pekerja melakukan perawatan panel surya di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) milik Hotel Santika Premiere Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (7/7/2021). Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTO
Sedangkan pada sistem off grid, alih-alih terhubung dengan jaringan PLTS justru standalone atau bisanya terhubungan dengan baterai sebagai penyuplai listrik saat PLTS tidak bekerja. Namun dalam beberapa rancangan PLTS juga dapat terhubung secara komunal, artinya PLTS off grid komunal ini merupakan penggabungan beberapa sumber PLTS atap yang penyimpanan energi sentralnya pada suatu lokasi penyimpanan, selanjutnya dari lokasi penyimpanan inilah kemudian energi listrik akan distribusikan kepada konsumen, yang notabenenya jenis ini sangat cocok untuk digunakan sebagai suplai energi mandiri untuk skala residental-komunal.
ADVERTISEMENT

Lantas bagaimana cara PLTS atap dapat menghadapi era para zombi?

Dengan menggunakan sistem PLTS off grid komunal daerah pertahanan terhadap invasi para zombi bisa terlindungi dengan baik, karena tidak hanya dapat memberikan daya pada rumah tangga, sistem ini juga dapat menopang berbagai fasilitas umum seperti pintu gerbang elektrik, penerangan pagar penjagaan, bahkan sampai dengan mengaliri listrik pada pagar penjagaan agar tidak disusupi oleh penyintas lain.
Untuk negara Indonesia sendiri yang memiliki rata-rata lama penyinaran matahari selama 5 jam sepanjang tahun, hal ini telah memberikan keuntungan geografis untuk memanfaatkan energi matahari dan mengkonversikannya ke dalam energi listrik, bahkan fakta menarik lainnya adalah energi matahari merupakan setengah dari total energi potensial yang ada di Indonesia atau sebesar 207.898 MW, menarik bukan.
ADVERTISEMENT
Untuk memanfaatkan energi tersebut, hal yang perlu kita persiapkan dalam pembangunan PLTS komunal yang pertama adalah melakukan survei lokasi. Pastinya untuk mengetahui bagaiman prospek dari calon lokasi pertahanan baik dari segi pertahanan dari serangan zombi dan prospek pembangun PLTS komunal tentunya.
Kita asumsikan lokasi pertahanan memiliki 100 rumah prospektif untuk terinstal PLTS atap dengan daya 600 Wp yang artinya kita harus mempersiapkan 6 panel surya dengan daya 100 Wp atau sebanyak 600 panel surya untuk keseluruhan sistem PLTS komunal dengan total daya keluaran berkisar pada 15 kWh/harinya. Beberapa merek dari perusahaan panel surya tier 1 yang dapat kita gunakan diantaranya adalah LONGI, Trina Solar, JA Solar, Jinko dan Canadian Solar, namun tentunya jika pada era zombi sulit ditemukan merek dari luar maka kita juga bisa menggunakan beberapa merek dalam negeri dari perusahaan yang tergabung ke dalam Asosiasi Pabrikan Modul Surya Indonesia (APAMSI).
ADVERTISEMENT
Selanjutnya yang tidak kalah penting yang harus dipersiapkan adalah tempat penyimpanan energi dalam bentuk rumah pembangkit yang di dalamnya terdapat baterai dengan kapasitas yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk menerima hasil pembangkitan dari PLTS atap baterai akan terhubung dengan solar charge controller dan panel distribusi DC yang mengatur lalu-lintas arus DC dan pengisian baterai pada rumah pembangkit. Penggunaan jenis baterai ini sendiri bisa menggunakan lead-acid (aki kering) atau yang marak digunakan pada PLTS residental yakni lithium-ion bergantung pada ketersediaan komponen.
Untuk mengalirkan listrik menuju konsumen, arus DC akan melewati inverter baterai dan panel distrubusi AC untuk diubah dan distribusikan dalam bentuk arus AC menuju tempat tinggal kelompok kita ataupun fasilitas lokasi pertahanan lainnya untuk bertahan hidup melawan para zombi dan penyintas lainnya. Beberapa merek dari perusahaan inverter yang berada pada klasemen dunia yang dapat kita gunakan yakni Huawei, Sungrow, dan SMA.
ADVERTISEMENT
Bahkan tidak hanya itu saja, pengembangan PLTS off grid ini juga dapat difungsikan sebagai solar watering pumping system untuk para pertanian, cold storage PV untuk menyimpan hasil buruan, reverse osmosis untuk mengubah air laut/air payau menjadi layak konsumsi, dan masih banyak lagi, yang keseluruhan sistemnya bekerja secara mandiri.
Dengan adanya pasokan energi yang berkelanjutan ini tentu saja kita tidak perlu khawatir lagi dengan pasokan persediaan energi listrik dan bisa melanjutkan perencanaan untuk merebut kembali masa kejayaan manusia.