Antropologi pada Bisnis: Menyingkap Tabir Tak Terlihat, Meraup Cuan Lebih Banyak

Ahmad Dzul Ilmi Muis
Seorang Alumnus Jurusan Antropologi Unair
Konten dari Pengguna
3 Februari 2023 17:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Dzul Ilmi Muis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Perencanaan Bisnis/StartupStockPhotos/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perencanaan Bisnis/StartupStockPhotos/Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kajian Antropologi ternyata memiliki sumbangsih yang begitu besar dalam dunia bisnis. Hal tersebut dikarenakan kajian-kajian yang bersifat etnografi dan kualitatif akan cenderung mampu untuk menyingkap tabir-tabir yang mungkin kurang terlihat secara kasat mata. Mulai dari pola perilaku konsumen hingga hal yang dibutuhkan oleh para konsumen. Apabila faktor-faktor ini terjawab maka akan semakin mempermudah para pelaku bisnis untuk memasarkan produk mereka. Penjualan semakin tepat sasaran dan makin mudah dijangkau oleh para konsumennya.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya bisnis merupakan sebuah hal yang memiliki banyak arti secara komprehensif dan bisa saja dimaknai berbeda sesuai dengan latar belakang orang yang akan memaknainya. Namun secara umum, biasanya bisnis sendiri dimaknai sebagai sebuah kegiatan jual-beli entah itu barang ataupun jasa, yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan.
Makna tersebut juga tidaklah salah, karena itu adalah pemaknaan dari para pelaku ekonomi, yang mana memang dikatakan bahwa bisnis merupakan suatu organisasi yang menjual barang ataupun jasa kepada konsumen mereka untuk mendapatkan keuntungan.
Jika berangkat dari pemaknaan tersebut, maka harus terdapat sebuah transaksi terlebih dahulu untuk menjual ataupun membeli. Selain itu juga harus ada dua pihak, yakni pertama adalah pihak yang menjualkan barang atau jasa, dan kedua adalah pihak pembeli atau konsumen yang memerlukan barang/jasa tersebut.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan konsumen menjadi salah satu hal yang paling krusial dari bisnis. Untuk itu, kini sudah mulai banyak para pebisnis yang melakukan berbagai macam strategi mereka demi bisa mendapatkan keuntungan itu, yakni dengan jauh lebih memperhatikan yang konsumen butuhkan.
Dalam salah satu kajian, disebutkan bahwa strategi itu adalah melakukan riset terhadap Consumer Behaviour atau perilaku konsumen. John Sherry (1995) menyatakan bahwa perilaku konsumen ini merupakan sebuah strategi adaptif yang dilakukan oleh seseorang untuk terus membentuk dan membangun atau bahkan memperbaiki kualitas hidupnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia pasti akan memerlukan serangkaian adaptasi tertentu ketika dirinya ingin terus bertahan dalam suatu lingkungan yang dia tinggali. Maka dari itu manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan pola perilaku konsumsi tertentu demi bisa beradaptasi di lingkungannya.
ADVERTISEMENT
Menyadari pentingnya hal tersebut, maka John Sherry memberikan suatu gagasan dan terobosan kepada para pebisnis agar mampu lebih memahami terkait dengan hal yang benar-benar dibutuhkan oleh calon konsumen mereka, dalam rangka strategi adaptif tadi. Oleh karena itu, sangat penting memiliki strategi pemasaran tertentu yang benar-benar mampu mengintervensi pola perilaku dari para konsumen.
Salah satu contohnya adalah terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Susan Squires (2002), dirinya melakukan penelitian untuk produsen dari salah satu brand kecantikan yang memiliki produk berupa lotion tangan. Brand tersebut berupaya untuk menyasar target market mereka adalah pada orang-orang pekerja kantoran dan bukan hanya sebagai sebuah lotion yang bisa digunakan saat di rumah saja.
Dalam penelitiannya, Squires menemukan bahwa para pekerja tersebut cenderung jauh lebih menyukai suatu produk lotion tangan apabila produk tersebut dikemas dengan wadah yang menyesuaikan untuk orang kantoran dan bukan wadah yang terlalu besar atau sulit untuk dibawa dan kurang praktis ketika diaplikasikan tatkala mereka sedang berada di kantor.
ADVERTISEMENT
Dari hasil temuan itu, sangat penting bagi pihak produsen lotion tangan untuk mampu memahami pola perilaku para konsumennya. Mereka juga harus mengerti hal yang dibutuhkan oleh para konsumen agar produk yang diproduksi bisa menyasar kepada target pasar yang memang hendak dituju. Sehingga tujuan dalam berbisnis bisa tercapai yakni mendapatkan keuntungan dari hasil jual-beli barang yang dilakukan.
Hal kedua yang juga tak kalah pentingnya dalam serangkaian strategi untuk bisa memikat hati para konsumen adalah terkait dengan desain produk. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Wasson (2000), dirinya berhasil mengubah suatu tempat yang semula dianggap sebagai sebuah ‘ruang mati’ dalam suatu kantor. Ruangan tersebut didesain sedemikian rupa sehingga bisa membuat para karyawan yang bekerja di kantor tersebut menjadi jauh lebih nyaman.
ADVERTISEMENT
Desain produk ini juga masih berkaitan dengan pola perilaku konsumen yang hendak disasar oleh suatu perusahaan atau brand yang hendak memasarkan produk mereka. Ketika produk yang dijual sama sekali tidak memiliki desain yang ‘menarik’ di hati para konsumennya, maka hampir mustahil produk tersebut akan terjual dan laku di pasaran.
Kriteria ‘menarik’ juga tidak bisa dipahami secara sempit bahwa seolah-olah itu hanya berkaitan dengan cantiknya desain. Namun jauh lebih dari itu, fungsi yang dimiliki dari desain produk yang ditawarkan telah sesuai dengan kebutuhan dan mampu memudahkan para konsumen atau tidak.
Dengan beberapa contoh kasus yang telah disebutkan, maka keseluruhan data yang diambil dari tingkah dan pola perilaku, termasuk juga untuk bisa memahami hal yang diinginkan oleh para konsumen, sama sekali tidak akan berhasil apabila terus menerus menggunakan model penelitian kuantitatif semata. Maka dari itu, peranan Antropologi dalam dunia bisnis ternyata sangat membantu dan menguntungkan. Buktinya, para peneliti mampu menyingkap suatu tabir yang mungkin kurang terlihat dan cenderung bisa memahami hal yang diinginkan dan dibutuhkan oleh para konsumen. Hal tersebut kemudian dapat diupayakan oleh perusahaan dalam menjalankan bisnis dan memasarkan produknya.
ADVERTISEMENT