Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Menilai Orang Lain Sukses Bukan Karena Kerja Keras Itu Namanya Iri?
15 April 2022 13:29 WIB
Tulisan dari Ahmad Dzul Ilmi Muis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketahuilah bahwa tidak seluruhnya hasil akhir pasti mutlak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Selain itu nyatanya memang semua itu juga bukanlah melulu hasil dari kerja keras kita saja atau dengan kata lain seolah berada dalam kendali dan kontrol diri kita.
ADVERTISEMENT
Entah kenapa budaya masyarakat kita apabila ada orang yang menilai atau menanggapi kesuksesan orang lain, khususnya dalam hal finansial dengan menyatakan kalau itu bukanlah semata hasil kerja kerasnya, maka langsung dikonotasikan kita adalah orang yang iri dan bahkan perkataan tersebut dianggap tidak layak untuk diucapkan.
Padahal terdapat sebuah pernyataan yang tegas dari Morgan Housel dalam bukunya yang berjudul The Psychology of Money (2020) bahwa kesuksesan seseorang itu tidak mungkin terlepas dari faktor ‘dari luar’ dirinya yang bahkan mungkin sama sekali tidak berada dalam kendalinya sendiri.
Faktor ‘dari luar’ tersebut dikatakan olehnya adalah faktor ‘luck’ atau keberuntungan dan juga faktor ‘risk’ atau risiko. Meski di sisi lain juga tidak bisa dipungkiri kalau kualitas dari seorang individu memang juga penting seperti pekerja keras, visioner dan sebagainya, namun itu semua tidak akan pernah berakumulasi menjadi sebuah kesuksesan apabila tidak disertai dengan faktor ‘dari luar’ tadi.
ADVERTISEMENT
Bahkan terkadang, hal-hal ‘dari luar’ yang notabene tidak bisa kita kendalikan dan datangnya bisa saja tiba-tiba ini merupakan faktor terbesar di beberapa kasus untuk menjadikan kita sebagai seorang yang sukses atau sebaliknya. Seperti halnya seseorang yang sudah berusaha dengan sebaik mungkin, memperkirakan apapun dengan matang namun ujung-ujungnya mereka tetap tidak berhasil untuk mendapatkan suatu tujuan yang mereka peroleh tersebut.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Karena memang cara kerja dunia ini dikatakan oleh Housel (2020) adalah sangatlah kompleks. Akan sangat mustahil dan justru akan menjadi tidak adil apabila segala sesuatu di dunia ini akan sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan sebelumnya secara mutlak tanpa adanya sebuah kecacatan.
Namun ironisnya, justru hal ini – mengenai faktor ‘dari luar’ – nyatanya sangat jarang sekali dibahas atau bahkan hampir tidak pernah oleh para motivator termasuk oleh para orang-orang yang sudah hidup dalam kesuksesan saat ini. Mereka semua pasti akan terus menggaungkan bahwa hanya dengan kerja keraslah semua impian bisa tercapai seolah-olah bahwa hanya diri mereka saja yang memang bekerja dengan keras dan tepat, seolah-olah orang lain di dunia ini sama sekali tidak ada yang menyamai effort dari mereka.
ADVERTISEMENT
Bisa jadi itu memang adalah sebuah agenda terselubung yang mereka miliki untuk membangun citra diri jauh lebih baik di mata publik, dan menunjukkan bahwa seolah mereka adalah orang-orang terpilih dan spesial. Padahal nyatanya pasti ada faktor ‘dari luar’ atau secara lebih eksplisit adalah keberuntungan yang mereka miliki, sehingga tidak semuanya adalah murni hasil kerja keras mereka sendiri.
Tersebarnya anggapan ini di publik, kemudian menjadi lumrah dan menjadi sebuah wacana baru yang menyatakan bahwa memang kesuksesan seseorang hanyalah berasal dari dalam dirinya semata. Akhirnya dia seolah akan menafikan seluruh privilege yang sebenarnya dia miliki dan pasti akan selalu mengaku bahwa semua karena dia telah belajar dan berjuang. Apakah dia lupa bahwa orang-orang sekitarnya, latar belakang keluarganya, seluruhnya juga berakumulasi mendukungnya? Yang mana kita tidak pernah bisa memilih akan dilahirkan dari keluarga seperti apa.
ADVERTISEMENT
Jika memang kita memiliki kehendak untuk bebas memilih akan terlahir dari keluarga mana, maka tentu semua orang akan memilih menjadi anak seorang konglomerat karena nanti jika membuka suatu usaha dan gagal, pondasi dan support mereka dari keluarga masih sangatlah besar untuk kembali membangun bisnis atau usahanya.
Kembali ke topik sebelumnya, ketika semua orang sudah menganggap lumrah bahwa orang lain bisa sukses dengan tanpa memperhatikan faktor ‘dari luar’ ini, maka dari sini semuanya berasal. Apabila terdapat orang yang melakukan penilain kalau dirinya sukses juga ada faktor keberuntungan, dia akan seolah langsung kebakaran jenggot dan menganggap orang yang berkomentar itu hanyalah iri terhadap kesuksesannya.
Kenyataan yang terjadi adalah tidak semua orang yang gagal dalam memulai karir atau bisnisnya dan tidak mencapai kesuksesan adalah seorang yang pemalas dan tak mau bekerja keras. Begitu pun sebaliknya, kita pasti pernah menjumpai orang yang dirinya tak terlihat terlalu memiliki effort, namun hasil yang dia dapatkan selalu maksimal.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut dikarenakan memang sama sekali hasil akhir yang akan kita perolah bukanlah semata mutlak berasal dari apa yang bisa kita kontrol. Akan selalu ada bayang-bayang keberuntungan dan/atau risiko di setiap keputusan yang kita ambil. Maka dari itu dikatakan oleh Housel (2020) bahwa kegagalan yang dialami seseorang bisa jadi karena dia tertimpa sebuah risiko, dan kesuksesan yang diraih oleh seseorang bisa jadi karena dia menerima sebuah keberuntungan.
Referensi:
Housel, M. (2020). The Psychology of Money: Timeless lessons on wealth, greed, and happiness. Harriman House Limited.