news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

OCD: Gangguan Mental yang Sering Disamakan dengan Perfeksionisme

Ahmad Hudan Daldiri
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
2 Desember 2022 12:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Hudan Daldiri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : unsplash
zoom-in-whitePerbesar
sumber : unsplash
ADVERTISEMENT
Pasti di antara kalian pernah mendengar kata “Perfeksionisme” yang sering dianggap sama dengan OCD (Obsessive Compulsive Disorder), padahal gangguan mental OCD dengan perfeksionisme tidaklah sama dan memiliki cukup banyak perbedaan diantaranya. Obsessive Compulsive Disorder (OCD) atau Gangguan Obsesif Kompulsif merupakan gangguan mental yang kapan saja bisa menjadi kondisi berbahaya, sedangkan perilaku perfeksionisme merupakan suatu kebiasaan yang menjadi ciri kepribadian dari seseorang untuk harus sempurna agar merasa aman dan bahagia yang tidak begitu berbahaya. Untuk penjelasan lebih lanjut, yuk simak kelanjutannya hingga selesai!
ADVERTISEMENT

Penjelasan Ilmiah Terkait OCD

Nah, tentunya sudah ada penjelasan ilmiah oleh para ahli terkait gangguan mental ini. Mjjjenurut para ahli OCD atau Obsessive Compulsive Disorder adalah suatu bentuk ataupun perilaku berupa masalah kesehatan mental yang membuat pengidapnya untuk melakukan sesuatu berulang-ulang (obsesi) agar tidak merasa cemas serta tidak bisa mengontrol diri atas perilakunya. Obsesi adalah suatu pikiran atau impuls yang bersifat intrusive atau mengganggu dan berulang-ulang yang selalu dicoba untuk dilakukan oleh suatu individu, kemudian kompulsi diartikan sebagai perilaku ataupun tindakan mental yang dilakukan secara berulang-ulang (ritualistik) serta menyita waktu bagi pengidapnya yang akan merasa terdorong terus untuk melakukannya (Durand & Barlow, 2006). Kompulsi biasanya didahului oleh obsesi, walaupun orang yang terobsesi tertentu belum pasti disertai dengan kompulsi.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, OCD merupakan masalah kesehatan mental yang tidak pilih-pilih terhadap usia pengidapnya, namun yang paling umum terjadi saat ini yaitu pada usia anak-anak hingga usia dewasa. Berdasarkan riset yang sudah ada, anak laki-laki dan usia 19 Tahun merupakan usia yang rentan untuk terjangkit gangguan mental ini di seluruh dunia. Sebenarnya, gangguan mental ini termasuk ke dalam gangguan kecemasan yang dialami oleh banyak orang di seluruh dunia yaitu terjadi tiap tahun sekitar 1%-3% dari populasi dunia (Fyer dkk., 2005).
Akan tetapi, OCD hingga kini masih dipertanyakan terus lebih lanjut karena belum ada hasil riset atau penelitian ilmiah yang pasti terkait penyebab terjadinya masalah mental ini. Kemungkinan besar gangguan mental ini dapat terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko munculnya gejala OCD pada seseorang, antara lain yaitu:
ADVERTISEMENT
• Keturunan atau genetik dari keluarga
• Lingkungan sekitar tempat tinggal
• Memiliki riwayat gangguan mental lainnya, seperti anxiety (kecemasan berlebihan), bipolar, dan depresi
Menurut kasus OCD yang sudah terjadi pada sebelumnya di seluruh dunia, gangguan mental ini dilakukan oleh pengidapnya atas dasar rasa kecemasan akan sesuatu karena dia merasa bahwa tidak aman atau kurang sempurna jika belum melakukan sesuatu hingga merasa puas dan sempurna. Misalnya seperti seseorang mengunci pintu rumah serta mengeceknya berkali-kali hingga dia merasa aman dan tidak cemas baginya.

Lalu, Apa Perbedaan antara OCD dengan Perfeksionisme?

Gangguan mental OCD awalnya sering disamakan dengan perilaku perfeksionisme, tidak hanya itu OCD ternyata juga dapat disebabkan oleh perilaku perfeksionis yang berlebihan. Perilaku perfeksionisme tidak dapat begitu saja diartikan sebagai gangguan mental seseorang, perilaku perfeksionisme dapat terjadi karena seseorang termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas yang dapat membuatnya menjadi bahagia dan aman. Sedangkan, orang dengan gangguan OCD selalu melakukan sesuatu secara berulang-ulang yang disertai rasa kecemasan berlebih apabila sesuatu belum sempurna bagi dirinya (merasa tidak aman).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, orang yang mempunyai kepribadian perfeksionis hanya akan melakukan sesuatu sampai merasa bahagia (sempurna) yang tidak dilakukan secara berulang-ulang. Kemudian menurut pandangan para ahli, perfeksionisme juga tidak dilakukan secara berlebihan karena kecemasan terhadap sesuatu, melainkan seseorang yang mempunyai karakter kepribadian perfeksionis melakukan aktivitas sesuatu hingga merasa sempurna dan tidak insecure. Rasa insecure ini terbentuk karena takut bahwa dia akan dianggap remeh oleh orang lain sehingga melakukan sesuatu agar dirinya dipandang sempurna (termotivasi) serta bagi dirinya sendiri akan merasa puas. Perfeksionisme juga tidaklah begitu berbahaya seperti OCD yang termasuk ke dalam gangguan perilaku kronis dan pengidapnya tidak memiliki kontrol diri atas perilakunya, sedangkan orang yang perfeksionis dapat mengontrol atas perilakunya.
ADVERTISEMENT

Apakah OCD Berbahaya bagi Pengidapnya?

Pada dasarnya masalah mental ini tidaklah begitu berbahaya yang bisa berakibat fatal secara langsung. Namun, OCD apabila tidak dapat tertangani dengan serius dapat membuat nyawa menjadi risiko karena pengidapnya akan merasa tidak puas terus-menerus yang membuatnya memiliki rasa untuk bunuh diri ataupun perilaku yang membahayakan nyawanya. Selain itu, masalah mental ini memiliki kemungkinan untuk menurunkan kualitas hidup seseorang karena dapat menghambat aktivitasnya sehari-hari.
Sebelumnya, tahukah kalian? ternyata OCD saat ini dapat diatasi dengan terapi medis serta pengobatan yang memiliki resep dokter secara intensif. Pengobatan seperti pemberian anti-depresan akan mengurangi rasa kecemasan yang berlebihan terhadap pengidapnya sehingga mengurangi terjadinya gejala OCD. Dengan demikian, gangguan mental OCD bukanlah menjadi hal yang terlalu serius ataupun berbahaya pada masa kini yang di mana serba ada cara untuk mengatasi serta mencegahnya. Sama halnya dengan perilaku perfeksionisme yang bisa diatasi dengan sendirinya.
ADVERTISEMENT

Referensi

Durand, V.M., Barlow, D.H. (2006). Essentials of Abnormal Psychology. Thomson Wadsworth.
Fyer, A., Lipsitz, J., Mannuzza, S., Aronowitz, B., & Chapman, T. (2005). A direct interview family study of obsessive–compulsive disorder. I. Psychological Medicine, 35(11), 1611–1621. https://doi.org/10.1017/s0033291705005441
Fadli, R. (2022, June 15). OCD - gejala, Penyebab, Dan Pengobatan. Halodoc. https://www.halodoc.com/kesehatan/ocd
Makarim, F. R. (2020, September 15). Apakah OCD Dan Perfeksionisme Saling Berkaitan?. Halodoc. https://www.halodoc.com/artikel/apakah-ocd-dan-perfeksionisme-saling-berkaitan
Yosia, M. (2022, August 3). Apa Bahaya Penyakit OCD? Berikut Penjelasannya. Kumparan. https://kumparan.com/kata-dokter/apa-bahaya-penyakit-ocd-berikut-penjelasannya-1yaeAt7Nfjq/3