Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Ramalan Evolusi Manusia: Saat Manusia Bukan Lagi Spesies Paling Unggul di Dunia
9 Juni 2024 11:54 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ahmad Hudan Daldiri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Manusia Bukan Satu-Satunya Spesies Paling Unggul di Dunia
Mungkin diantara kita semua, selalu terbayangkan bahwa manusia merupakan makhluk hidup paling unggul di bumi bahkan di alam semesta. Pemikiran ini mungkin saja seringkali terpikirkan dari manusia modern atau Homo Sapiens di bumi sejak kurang lebih 200.000 tahun lalu yang kini merupakan satu-satunya spesies Homo yang dapat bertahan di muka bumi. Homo Sapiens atau manusia modern dapat dikatakan makhluk yang paling unggul karena mempunyai kelebihan berupa kemampuan berpikir abstrak dan kompleks dibandingkan makhluk hidup lainnya yang ada di muka bumi karena itu pula perkembangan teknologi terus berkembang pesat dari masa ke masa.
ADVERTISEMENT
Dipelopori oleh revolusi industri pada abad ke-18 lalu, inovasi teknologi yang dibuat oleh umat manusia terus melaju pesat terutama dalam bidang militer dan medis, seperti ditemukannya kendaraan militer tanpa awak dan beberapa alat bantu guna menopang kehidupan manusia sebaik mungkin. Misal seperti kaki maupun tangan palsu robotik yang dapat menyambung langsung dengan saraf seseorang, kacamata, alat pacu jantung, dan sebagainya. Hal tersebut sudah termasuk ke dalam kehidupan bionik, lantas apa itu kehidupan bionik?
Kehidupan bionik atau Bionic Life adalah penggabungan teknologi menggunakan komponen elektronik maupun mekanik (sintetis) dengan organisme hidup guna meningkatkan atau menggantikan fungsi organik dalam organisme hidup secara fisiologis dan anatomi, contoh saja pada beberapa tahun lalu sebuah perusahaan di Jerman sedang mengembangkan retina buatan untuk membantu penglihatan orang buta dengan pencangkokan sebuah microchip dalam mata pasien, sel-sel foto menangkap cahaya dari mata dan mentransformasikan ke energi listrik yang menstimulasi sel-sel saraf retina sehingga dari saraf tersebut dapat menstimulasi otak untuk diterjemahkan menjadi pandangan selayaknya orang normal, hal tersebut dapat dikatakan sebuah makhluk Cyborg. Menurut Harari (2014) Cyborg adalah suatu makhluk yang menggabungkan bagian-bagian organik dan anorganik, seperti individu dengan tangan besi, Dalam satu artian hampir semua orang adalah bagian dari Cyborg karena indra dan fungsi-fungsi alamiah kita diperkuat oleh alat-alat bantu ortotik bahkan komputer dan smartphone yang membebaskan otak kita dari penyimpanan dan pemrosesan data yang tak terpisahkan dari tubuh kita, berbagai fitur yang dapat memodifikasi kemampuan kita, hasrat-hasrat, personalitas, dan identitas kita.
ADVERTISEMENT
Ramalan Evolusi di Masa Depan Yang Mencekam
Mungkin saja di masa yang akan mendatang teknologi jauh lebih canggih dari sekarang, bayangkan saja jika teknologi canggih tersebut dapat mengambil alih makhluk hidup sepenuhnya dengan merekayasa keseluruhan unsur organik menggunakan komponen anorganik. Potensi tersebut mampu mengubah nasib Homo Sapiens menjadi Cyborg atau Makhluk Artificial secara utuh, Apakah semua ini makhluk hidup? Tergantung pada apa yang anda maksud “Makhluk Hidup” tersebut, Kita mungkin saja juga akan segera mendapat jawaban pertanyaan tersebut di masa yang akan datang. Cyborg dan Makhluk Artificial sejatinya diciptakan oleh manusia untuk membantu dalam kehidupan sehari-hari bahkan pekerjaan manusia, bayangkan jika makhluk kreasi tersebut dapat melakukan evolusi terus menerus dengan mandiri dan dapat menyamai kognitif manusia bahkan lebih karena sudah dirancang khusus oleh penciptanya, mungkin saja inovasi teknologi ini dapat mengambil alih dunia secara penuh sehingga semua peran manusia tergantikan serta manusia bukan menjadi makhluk paling unggul seperti yang ada di film-film fiksi ilmiah.
ADVERTISEMENT
Potensi riil teknologi-teknologi masa depan dapat mengubah Homo itu sendiri, termasuk emosi dan hasrat kita dan bukan semata-mata senjata kita. Apalah artinya pesawat ruang angkasa jika dibandingkan dengan cyborg yang dapat muda selamanya, yang tidak berkembang biak dan tidak punya seksualitas serta dapat membagi pikiran langsung kepada makhluk lain, kemampuan-kemampuannya untuk fokus dan mengingat ribuan kali lebih besar daripada kemampuan kita yang tidak pernah marah atau sedih, akan tetapi memiliki emosi dan hasrat yang belum bisa kita bayangkan. Fiksi ilmiah jarang menggambarkan masa depan semacam itu karena sebuah deskripsi akurat per-definisi tak bisa dipahami dari sekarang, para ahli juga mendefinisikan singularitas ini menjadi sebuah titik yang semua hukum alam sudah diketahui tidak ada, waktu juga tidak ada. Kita mungkin cepat mendekati sebuah singularitas baru, ketika semua konsep dapat memberi makna pada dunia kita akan segera tidak relevan.
ADVERTISEMENT
Sebuah Ramalan Berisi Paradoks Yang Harus Terpecahkan
Memang, kemampuan kita untuk merekayasa tidak semata-mata dalam dunia luas tetapi yang paling penting dunia di dalam tubuh dan pikiran kita sedang berkembang dalam kecepatan yang mencengangkan. Dunia modern akhir kita membanggakan diri pada pengakuan untuk pertama kali dalam sejarah, kesetaraan dasar semua manusia, tetapi mungkin terdorong untuk menciptakan masyarakat yang paling tidak setara di antara semua masyarakat. Semakin banyak bidang aktivitas yang telah dilakukan diguncang dengan cara-cara di luar kewajaran manusia, isu-isu etis dan privasi terus menyerbu mengulik hal tersebut terutama menghadapi persoalan kesetaraan sesama makhluk. Semua pihak harus berurusan dengan teka-teki paradoks berupa rekayasa biologi, cyborg, dan kehidupan anorganik ini. Jika suatu saat makhluk ini mengambil alih dunia dan para manusia ingin menghapuskannya bukankah ini merupakan pembunuhan dan pelanggaran hak asasi kesetaraan antar sesama makhluk? Sungguh teka-teki misterius yang harus terpecahkan.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Harari, Y. N. (2014). Sapiens: A brief history of humankind. Random House.