Bagaimana Perasaan Wisatawan Ketika Kembali Berwisata?

Ahmad Kurniawan
Mahasiswa Magister Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia
Konten dari Pengguna
19 Desember 2021 18:25 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perasaan seorang wisatawan yang telah mengunjungi suatu destinasi pariwisata dapat diukur. Namun hal tersebut juga dipengaruhi oleh berbagai macam karakter dan sudut pandang dari wisatawan untuk menilai baik dan buruknya suatu destinasi tersebut. Hasil dari pengukuran tersebut dapat digunakan oleh pengelola sebuah destinasi wisata untuk meningkatkan citra positif destinasinya kepada wisatawan. Adanya interaksi tersebut dapat memberikan kesan tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung. Wisatawan akan lebih merasa diperhatikan dan seperti dilibatkan dalam pengembangan destinasi wisata tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya sebuah rasa nyaman, puas, dan mengesankan yang muncul pada seorang wisatawan dapat dilihat dari beberapa faktor di antaranya dengan siapa wisatawan itu mengunjungi destinasi tersebut, bagaimana keadaan hatinya ketika berangkat, serta bagaimana first impression ketika tiba di destinasi tersebut, misalnya orang pertama yang ditemuinya serta keadaan tempat wisata yang pertama kali dilihatnya.
Maka untuk dapat mencukupi kebutuhan first impression tersebut, diperlukan sinergi antara masyarakat lokal, pengelola destinasi dan pemerintah akan sadar pariwisata. Hal tersebut benar adanya, sebab walau dengan fasilitas yang mendukung, aksesibilitas yang baik serta atraksi yang memukau, namun ketika masyarakat lokal tidak dapat menerima orang baru dengan baik maka tidak akan menjamin mendapat penilaian yang maksimal dari seorang wisatawan.
ADVERTISEMENT
Penilaian seorang wisatawan yang hendak mengunjungi suatu destinasi pariwisata akan dipengaruhi dengan berbagai ekspektasi yang muncul di pikirannya. Dalam penelitian Ranjit juga menjelaskan bahwa sebuah ekspektasi merupakan suatu fenomena yang ada di pikiran manusia untuk membayangkan sesuatu yang akan dihadapinya atau berekspektasi pada suatu keadaan.
Fenomena ekspektasi ini jika dikaitkan dalam ilmu psikologi wisatawan kerap kali disebut dengan istilah das sollen. Pada kesempatan ini penulis mengangkat fenomena yang terjadi di objek wisata Tangkuban Perahu, Jawa Barat. Ketika wisatawan yang ingin mengunjungi Tangkuban Perahu memiliki ekspektasi bahwa kawahnya yang indah dipandang, harga tiket masuknya yang terjangkau serta tersedianya aksesibilitas dan amenitas yang baik di sana.
Sementara itu realitanya pada saat tiba di destinasi, kawahnya tidak nampak indah karena tertutup oleh awan, harga tiketnya yang terbilang mahal bagi wisatawan domestik maupun asing serta kurangnya amenitas seperti toilet bersih yang tersedia di destinasi. Fakta yang tergambar tersebut secara tidak langsung akan mengurangi semangat wisatawan guna mengunjungi destinasi Tangkuban Perahu untuk kedua kalinya.
ADVERTISEMENT
Hal ini sependapat dengan pengalaman salah seorang wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke Tangkuban Perahu, Ahmad Kurniawan. Dia mengatakan bahwa ketika tiba di Tangkuban Perahu, cuaca sedang turun hujan sehingga kawah tidak terlihat dan tidak bisa menikmati pemandangan dengan maksimal, dia pun menambahkan sulitnya menemukan toilet umum yang berada di kawasan wisata. Selain itu Ahmad harus bersabar ketika menghadapi para pedagang asongan yang sedikit memaksa menjajakan dagangannya. Sehingga membuatnya kecewa dan mengurungkan niat untuk mengunjungi Tangkuban Perahu lagi di masa mendatang.
Ilustrasi perasaan wisatawan ketika berada di Tangkuban Perahu. Foto ini diambil ketika pemenuhan kebutuhan data tugas kelompok pada Mata Kuliah Perilaku Konsumen Pariwisata yang diampu oleh Bapak Dr. Nuzsep Almigo, M.Si dengan beranggotakan Ahmad Kurniawan, Annisa Noviana Hamara, Awiska Alfata, E.M. Yudha Bani Alam, dan Putri Rizki Amelia.
Berangkat dari pengalaman Ahmad, adanya sebuah perasaan wisatawan dapat digambarkan dari perilaku setelah kembali dari kunjungan di objek wisata. Dari adanya perasaan tersebut tentu muncul perasaan puas atau kecewa. Perbedaan perasaan tersebut dapat dilihat dari cerita-cerita melalui ulasan-ulasan yang telah disediakan oleh google review, tripadvisor maupun aplikasi-aplikasi perjalanan wisata.
ADVERTISEMENT
Apabila seorang wisatawan tersebut puas maka segala ekspektasi yang telah mereka bentuk di pikirannya benar pada realitanya. Maka dengan begitu, penilaian puasnya wisatawan pastinya akan berdampak positif terhadap intention to recommend kepada wisatawan lainnya yang belum mengunjungi Tangkuban Perahu. Merekomendasikannya dapat dengan cara membagikan pengalaman yang dirasakan dari mulut ke mulut (word of mouth) kepada keluarga, teman serta kerabat mengenai bagusnya destinasi wisata tersebut.
Sebuah destinasi wisata dalam membangun pengalaman yang berkesan bagi wisatawan seperti hal nya destinasi wisata Tangkuban Perahu, biasanya terdapat beberapa kendala yang dialami oleh pengelola destinasi wisata tersebut. Destinasi Wisata Tangkuban Perahu mengalami beberapa kendala yang telah kami rangkum dari beberapa review yang dikemukakan oleh wisatawan yang telah berkunjung.
ADVERTISEMENT
Kendala
Kendala yang dihadapi tangkuban perahu di antaranya kurangnya inovasi dan kreativitas pada pengembangan atraksi wisata di mana hal ini dapat menimbulkan kejenuhan pada wisatawan., Sehingga wisatawan memilih berkunjung ke objek wisata lain di sekitar Tangkuban Perahu.
Karena sulitnya mengatur pedagang liar di sekitar kawasan TWA Tangkuban Perahu, beberapa wisatawan menuliskan bahwa mereka merasa terganggu dengan hadirnya pedagang-pedagang tersebut. Terutama pedagang keliling yang menawarkan produknya secara langsung kepada wisatawan.
Dari beberapa review para pedagang tersebut menawarkan produknya dengan kesan memaksa wisatawan untuk membelinya. Terakhir, kondisi alam yang tidak dapat diprediksi seperti terjadinya erupsi yang mana menyebabkan objek wisata harus tutup sementara. Dikarenakan status Gunung Tangkuban perahu sebagai gunung berapi yang masih aktif.
ADVERTISEMENT
Saran
Pengelola harus lebih memperhatikan perkembangan pariwisata di sekitar Tangkuban Perahu agar destinasi wisata ini dapat terus menjadi destinasi wisata yang tetap mendatangkan wisatawan untuk berkunjung. Pengelola menyediakan apa yang menjadi kebutuhan para pedagang, seperti dibuatkannya tempat kecil agar para pedagang yang berjualan lebih tertata rapi dan tidak mengganggu para wisatawan yang sedang menikmati keindahan Tangkuban Perahu.
Pengelola harus mempersiapkan jalur evakuasi bagi wisatawan yang berkunjung, pemberian informasi tersebut harus dilakukan secara maksimal dengan menggunakan papan-papan petunjuk atau penggunaan media sosial dalam menyebarkan informasi ini.
Salah satu fokus yang harus diperhatikan adalah kebersihan. Tempat wisata yang bersih, aman, juga nyaman akan meninggalkan kesan yang mendalam. Sehingga pengelola harus selalu memperhatikan kebersihan yang ada di lingkungan wisata Tangkuban Perahu agar tidak tercemar dengan sampah-sampah dari pengunjung maupun dari para pedagang yang ada di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Kendala selanjutnya dikarenakan kurangnya infrastruktur yang mendukung destinasi tersebut, ditambah lagi konsep 3A (atraksi, aksesibilitas dan amenitas) tidak diterapkan dengan baik. Seperti halnya pengalaman dari Annisa ketika berada di Tangkuban Perahu yang mengatakan bahwa “Ketika saya berkeliling di destinasi, saya tidak melihat atraksi apa pun yang ada di sini sehingga membuat saya tidak tertarik dan boring untuk berlama-lama berada di destinasi ini”.
Melihat dari adanya pengalaman wisatawan sebelumnya tersebut, tentunya akan mempengaruhi perasaan negatif wisatawan untuk mengunjungi di waktu berikutnya. Kendati pun dipromosikan dengan semenarik mungkin, tetap saja tidak mengubah perasaan wisatawan untuk datang kembali. Dampak yang ditimbulkan jika masalah ini terjadi, maka akan mengakibatkan intention to revisit atau berkurangnya tingkat kunjungan yang datang ke destinasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Jika fenomena perasaan negatif wisatawan tersebut terjadi berterusan, sebuah pengelola destinasi pun harus cepat menjawab persoalan ini dengan memberikan berbagai solusi seperti berpikir kreatif bagaimana penerapan 3A yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diimplementasikan dengan baik. Masyarakat lokal pun juga harus berkontribusi aktif didalamnya untuk mendukung kemajuan pariwisata di daerahnya serta pemerintah pun juga harus ikut andil dalam menjaga dan mengembangkan destinasi ini dengan berlandaskan sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan.
Sehingga apabila konsep tersebut telah diaplikasikan sebaik mungkin. Keuntungan yang didapatkan dari wisatawan pun dapat diperoleh dengan pasti. Penerapan konsep tersebut pun tentu juga harus sesuai dengan standar yang baik sebagaimana telah ditetapkan oleh Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif).
ADVERTISEMENT
Penerapan standar yang baik sesuai dengan aturan Kemenparekraf untuk sebuah destinasi, dapat diketahui dari segi pelayanan yang cepat tanggap dan memuaskan wisatawan, adanya akomodasi berupa penginapan, hotel atau homestay serta tersedianya tempat makan atau restoran. Transportasi yang terintegrasi dengan destinasi dan adanya atraksi yang mendukung keunikan destinasi juga menjadi catatan penting untuk kemajuan destinasi. Maka dengan menerapkan standar konsep tersebut, tentunya akan mengubah keputusan seorang wisatawan yang tidak ingin berkunjung kembali ke destinasi tersebut.