Konten dari Pengguna

Senja di Pelupuk Matamu

Ahmad Marjaya
Mahasiswa aktif sastra Indonesia universitas Pamulang.
30 Desember 2023 22:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Marjaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Dokumen Penulis.
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Dokumen Penulis.
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun silam aku menemukan secercah cahaya berwarna jingga, cahaya yang disenangi orang-orang ketika langit sore tiba itu memang memberikan pancaran sinar yang membuat mata mana yang tak terpukau saat memandangnya. Tak heran, banyak orang rela menunggu demi menikmati keindahannya meski hanya datang sesaat.
ADVERTISEMENT
Senja memang selalu menampilkan pesona dengan keindahannya. Sama halnya dengan dirimu, yang selalu memancarkan pesona ketika aku memandangmu. Cahaya itu dapat kutemui di dirimu. Ada senja di pelupuk matamu. Senja yang kutemukan berada di kedua bola matamu. Senja yang seketika mampu menembus relung hatiku, memberikan cahaya terang bagi sanubari yang sedang temaram. Langit hati yang dulu mendung kini kembali secerah fajar pagi.
Kau menjelma bagai senja di kala sore tiba, mewarnai hari-hari menjadi berwarna. Namun kini, tak kutemukan lagi warna-warna itu. Yang kutemukan hanya ada hitam dan putih di hidupku. Ke mana perginya warna itu, warna yang senantiasa menemaniku. Aku merindukanmu wahai cahaya hatiku. Sudikah kau kembali untuk mewarnai hatiku?
ADVERTISEMENT
Ingatkah kau saat kita duduk termenung menatap matahari terbenam kala itu. Aku bersandar pada matamu yang sendu, kau menuangkan isi kepala yang tak mampu lagi terbendung. Matahari sore menjadi saksi betapa tangguhnya dua insan yang sedang dirundung pilu.
Kini aku menanti seorang diri di tengah ingar-bingarnya jalanan kota. Tanpa dirimu, juga tak kutemukan cahaya jingga sore ini. Hanya jeritan kendaraan yang saling bersahutan. Aku masih menunggu, berharap kau datang bersama cahaya yang senantiasa terpancar di senyummu.
Dialog-dialogku dengan sang surya tak lain hanya tentangmu: menanyakan bagaimana kini dirimu, menanyakan segala hal tentangmu. Kuharap kau baik-baik saja, itu doa yang selalu kulantunkan pada Sang Pencipta untukmu.
Kala gelap tiba, dingin malam menyerangku. Aku masih di sini. Tetap di sini. Tak pergi sejengkal pun, berharap dirimu datang memberikan kehangatan pada jiwa yang diselimuti rindu. Aku tahu kau tak akan datang, bodohnya aku masih saja menanti, menanti yang tak akan kembali.
ADVERTISEMENT