Konten dari Pengguna

Akankah Ekopol Terlibat dalam Ajang Pilkada Tahun Ini?

Ahmad Mufid Farizky Rizani
Mahasiswa Politeknik STIA LAN Jakarta Program Studi Administrasi Pembangunan Negara
3 Oktober 2024 11:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
18
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Mufid Farizky Rizani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gambar Kursi Dengan Topi Yang saya bikin sendiri dengan menggunakan aplikasi PIXELLAB
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Kursi Dengan Topi Yang saya bikin sendiri dengan menggunakan aplikasi PIXELLAB
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pilkada 2024 diprediksi akan menjadi ajang pertarungan ekonomi politik yang sengit bagi para calon pemimpin daerah, dimana janji-janji pembangunan dan kesejahteraan akan menjadi alat mereka dalam menarik hati rakyatnya, seperti halnya dalam perbaikan jalan rusak di daerah, bansos yang akan diberikan untuk masyarakat setempat, program pengembangan UMKM di daerah setempat, progam pendidikan, program lingkungan hidup dan beberapa program-program lainnya. Masyarakat mulai semakin kritis dalam menilai dari visi dan misi yang akan di jalani dari para calon pemimpin terkait dengan ekonomi, sementara dalam tekanan untuk memenangkan Pilkada dari para calon mereka juga harus memiliki startegi yang dimana salah satunya adalah ekonomi.
ADVERTISEMENT
Dalam pasar politik para calon tidak hanya semata mata ditentukan oleh kualitas visi dan misinya tetapi dalam pertarungan ekonomi politik ini Uang akan menjadi senjata yang paling ampuh karena dapat dipengaruhi dari kekuatan modal dan jaringannya di media agar mereka dapat mempromosikan mereka di berbagai media dan pemasangan baliho agar dapat menarik perhatian banyak orang.
Dalam data LKPI yang menunjukan kandidat Pilkada 2024 telah menghabiskan kurang lebih Rp 10 Miliar untuk kampanye agar memiliki peluang besar menang 35% lebih unggul dibandingkan dengan mereka dengan anggaran yang lebih kecil.
Dalam perkembangan teknologi jaman sekarang, jaringan sosial akan menjadi medan pertempuran baru, banyak para calo calon yang akan mulai mempromosikan diri mereka dengan cara memberikan visi dan misi mereka yang akan menarik perhatian banyak orang apalagi di era sekarang sudah mulai banyak kalangan Gen-Z yang sudah mulai peduli dengan berita mengenai politik yang dihadiri di media sosial seperti di Instagram, X (Twitter),dll.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya di twitter sebagai ruang diskusi yang luas namun memiliki batas karakter yang sempit (280 karakter) yang mengharuskan bagi mereka calon pemimpin daerah yang harus merangkum visi misi dengan singkat dan dapat menarik perhatian banyak masyarakat pengguna twitter. Namun, berbeda halnya dengan facebook mereka dapat memberikan visi misi dan janji-janji mereka disana karena selain runag diskusi yang luas tetapi juga batas karakter yang cukup banyak (63 ribu kata).
Mengenai tantangan dinamika ekonomi politik yang akan dihadapi

dalam pilkada 2024, dinamika politik yang dinamis akan memiliki potensi konflik untuk para calon, partai politik dan juga masyarakat. Tantangan otonomi daerah juga penting yang dimana di satu sisi, pilkada akan memberikan beberapa kesempatan bagi masyarakat daerah untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan aspirasi mereka.

Masyarakat harus pintar dalam memilih calon calon yang nantiny akan memimpin daerah mereka dan tidak mudah terpengaruh dari iming-imingan berupa materi, dan mereka juga harus kritis dalam menerima informasi dan tidak mudah terprovokasi oleh hoaks di medso. Penting bagi para masyarakat yang memilih peru diingat bahwa janji janji dari beberapa calon yang diberikan dari juga kadang tidak dapat di jalani dan meyakini kepada masyarakat untuk mengkaji dengan cermat seperti visi dan misi yang jelas, program yang realistis dan integritas yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Ahmad Mufid Farizky Rizani, Mahasiswa Politeknik STIA LAN Jakarta Program Studi Administrasi Pembangunan Negara