Konten dari Pengguna

Efek Rumah Kaca

Ahmad Muhajir
Dosen Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas
25 Desember 2023 9:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Muhajir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Efek rumah kaca adalah fenomena terperangkapnya radiasi panas di atmosfer akibat adanyagas rumah kaca. Foto: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Efek rumah kaca adalah fenomena terperangkapnya radiasi panas di atmosfer akibat adanyagas rumah kaca. Foto: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Efek rumah kaca adalah situasi di mana suhu permukaan sebuah objek langit, seperti planet atau bintang, mengalami peningkatan yang signifikan. Kenaikan suhu ini terjadi karena perubahan dalam komposisi dan kondisi atmosfer yang mengelilingi objek langit tersebut.
ADVERTISEMENT
Istilah "efek rumah kaca" diadopsi dari praktik petani di Eropa dan Amerika yang menggunakan rumah kaca untuk perkebunan. Konsep pemanasan yang terjadi di bumi serupa dengan yang terjadi di rumah kaca tersebut. Biasanya, petani menggunakan rumah kaca pada musim dingin untuk melindungi tanaman dari pembekuan. Kaca pada rumah kaca menghalangi suhu masuk dan memantulkan kembali ke luar, sehingga tanaman tetap bertahan hidup. Namun, hal ini sering menyebabkan kekeliruan karena dianggap bahwa efek rumah kaca terjadi karena adanya banyak rumah berdinding kaca.
Ilustrasi proses terjadinya efek rumah aca. Foto: Wikipedia Commons
Ketika sinar matahari mencapai atmosfer dan permukaan bumi, sekitar 70 persen dari energi tersebut diserap oleh berbagai elemen seperti tanah, tumbuhan, lautan, dan objek lainnya. Sisanya, sekitar 30 persen, dipantulkan kembali melalui berbagai media seperti awan, hujan, dan permukaan reflektif lainnya. Namun, tidak semua panas yang diserap oleh bumi tetap di sana. Sebagian panas yang diserap oleh objek-objek di sekitar planet diradiasikan kembali.
ADVERTISEMENT
Sebagian dari panas yang diradiasikan masuk ke ruang angkasa dan kemudian dipantulkan kembali ke bumi ketika bertemu dengan zat-zat seperti karbon dioksida, gas metana, dan uap air di atmosfer. Hal ini menjaga suhu di permukaan bumi tetap hangat karena lebih banyak energi yang diserap daripada yang dipantulkan kembali.
Kehadiran gas rumah kaca sangat penting karena tanpa mereka, suhu di bumi akan terlalu dingin untuk mendukung kehidupan. Contohnya, seperti suhu di planet Mars yang sekitar -30°C. Jika kondisi serupa terjadi di bumi, kehidupan seperti yang kita kenal tidak akan mungkin.
Namun, masalah terjadi karena konsentrasi gas rumah kaca mengalami lonjakan drastis akibat aktivitas manusia yang memancarkan gas-gas ini ke atmosfer. Lonjakan ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas-gas tersebut di atmosfer bumi. Akibatnya, cahaya matahari yang seharusnya dipantulkan kembali oleh permukaan bumi menjadi terperangkap di atmosfer, mengakibatkan peningkatan suhu global.
ADVERTISEMENT
Ilmuwan memproyeksikan bahwa selama periode pemanasan global, bagian utara dari belahan bumi utara akan mengalami pemanasan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Bumi. Hal ini menyebabkan pencairan gunung-gunung es dan menyusutnya daratan. Kuantitas es yang mengapung di perairan utara akan berkurang, sementara daerah yang sebelumnya mungkin mengalami salju ringan akan mengalami perubahan yang signifikan. Pegunungan di daerah subtropis akan memiliki lapisan salju yang semakin menipis dan lebih cepat mencair. Musim tanam akan memanjang di beberapa wilayah. Suhu pada musim dingin dan malam hari cenderung meningkat.
Meskipun mungkin terdapat asumsi bahwa kondisi bumi yang lebih hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan, kenyataannya hal ini tidak berlaku di semua wilayah. Sebagai contoh, bagian selatan Kanada mungkin akan mendapatkan manfaat dari peningkatan curah hujan dan perpanjangan musim tanam. Namun, di sisi lain, daerah pertanian tropis semi-kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak bisa tumbuh. Daerah pertanian di gurun yang bergantung pada air irigasi dari gunung-gunung jauh bisa terpengaruh jika cadangan salju musim dingin, yang berfungsi sebagai sumber air alami, mencair sebelum masa tanam. Tanaman pangan dan hutan juga dapat mengalami serangan yang lebih parah dari serangga dan penyakit (Parinduri, 2019).
ADVERTISEMENT