Konten dari Pengguna

Guru dan Wajah Candaan Loyalitas pada Birokrasi Pendidikan

Ahmad Muhajir
Dosen Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas
15 September 2023 11:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Muhajir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Reza guru favorit dipecat dari SDN Cibeurem 1 diduga karena laporkan Pungli. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Reza guru favorit dipecat dari SDN Cibeurem 1 diduga karena laporkan Pungli. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Mohamad Reza Ernanda adalah api kecil yang harus hidup dan menyala untuk menginspirasi para guru di seluruh Indonesia agar terus mengembangkan sikap kritis. Pembiaran penyimpangan yang dilakukan oleh pejabat sekolah, hanyalah bentuk abai terhadap tanggung jawab dalam mencerdaskan anak bangsa.
ADVERTISEMENT
Guru honorer bernama Mohamad Reza Ernanda di SDN Cibeureum 1 Bogor dipecat secara sepihak oleh kepala sekolah karena dianggap tidak loyal. Sebelum dipecat, Reza diminta keterangan oleh Inspektorat Kota Bogor terkait laporan adanya indikasi atau dugaan pungutan liar (pungli) pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Kejadian pemecatan ini menjadi viral di media sosial setelah akun @egoism666 membuat cuitan mengenai kasus tersebut. Surat pemecatan Reza juga diunggah, di mana ia dipecat dengan alasan dua hal.
Pertama, karena dianggap mengambil data pribadi Whatsapp kepala sekolah tanpa izin, yang mengakibatkan konflik internal di antara kepala sekolah dan guru-guru. Kedua, karena dianggap tidak memiliki loyalitas, integritas, dan patuh terhadap kepemimpinan kepala sekolah.
ADVERTISEMENT
Yang membuat kejadian ini tampak begitu mencolok adalah bahwa selama ini dalam sistem birokrasi kita yang telah berjalan lama, nilai loyalitas diterapkan dengan konsekuensi negatif.
Ketika seharusnya guru SD tersebut melapor atas dugaan pungli yang dilakukan oleh kepala sekolah, tindakan ini seharusnya tidak dianggap sebagai ketidaksetiaan terhadap atasan, karena loyalitas seharusnya ditempatkan pada hal-hal positif, bukan sebaliknya.

Candaan Loyalitas Birokrasi

Ilustrasi guru mengajar. Foto: Shutterstock
Kesenjangan antara atasan dan bawahan sangat jelas terlihat dalam sistem birokrasi kita. Prinsip-prinsip idealisme sering kali sulit untuk berkembang dengan bebas di dalam birokrasi, terutama jika atasan cenderung angkuh dan selalu menganggap bahwa pendapatnya adalah yang paling benar.
Penggunaan kata "loyalitas" terasa seperti suatu bentuk candaan yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa atasan tidak pernah melakukan kesalahan, sementara bawahan dianggap tidak pantas untuk memberikan kritik terhadap kebijakan yang diambil.
ADVERTISEMENT
Penulis percaya bahwa tindakan yang dilakukan oleh guru honorer, Mohamad Reza Ernanda, di SDN Cibeureum 1 Bogor, hanya merupakan sebagian kecil dari upaya yang seharusnya dilakukan dalam mendukung pembangunan pendidikan manusia.
Reza seharusnya dianggap sebagai individu yang peduli terhadap perkembangan pendidikan manusia. Ia membantu membangun dasar untuk menciptakan individu yang terdidik, dan memiliki prinsip kejujuran yang kuat dalam kehidupannya. Terlebih lagi, jika seseorang memiliki jabatan, maka ia seharusnya bertanggung jawab dan dapat dipercaya dalam melakukan tugasnya.
Kepala sekolah merupakan individu yang memiliki otoritas tertinggi dalam sebuah lembaga pendidikan, dan ia seharusnya menjadi contoh teladan bagi seluruh komunitas sekolah.
Namun, jika perkembangan sekolah stagnan atau terlihat jelas bahwa kepala sekolah terlibat dalam tindakan korupsi, hal ini tidak berarti bahwa tindakannya dapat diabaikan atau dianggap bukan urusan masyarakat sekolah ataupun para guru di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Hubungan antara atasan dan bawahan dalam konteks pendidikan seharusnya tidak terlalu mencolok, terutama jika bawahan hanya diam ketika atasan melakukan kesalahan.
Tidak akan ada asap, jika tidak ada api. Kita tidak akan melihat tanda-tanda masalah jika tidak ada tindakan yang mencurigakan. Oleh karena itu, seorang atasan harus siap menerima tanggung jawab atas kepemimpinannya.
Namun, jika tidak mampu untuk menjalankannya secara transparan dalam mengelola dan mengurus sekolah, sebaiknya mempertimbangkan untuk mundur. Jika ia tidak mampu menerima masukan dan kritikan, sebaiknya tidak mempertimbangkan untuk menjabat sebagai kepala sekolah.
"Leiden is lijden" (memimpin itu menderita) adalah ungkapan yang diucapkan oleh pendiri bangsa, KH Agus Salim. Pahlawan nasional dan mantan Menteri Luar Negeri pertama ini benar-benar memahami makna dari kata-katanya tersebut.
ADVERTISEMENT
Seorang pemimpin, terutama di dalam lingkungan pendidikan di mana anak-anak bangsa dipersiapkan untuk menjadi generasi cerdas dan berbudi pekerti, seharusnya siap untuk menghadapi tantangan yang serupa.
Semoga ke depannya akan terus lahir guru-guru yang berani mengkritisi penyimpangan di sekolah!