Konten dari Pengguna

Krisis Moralitas Akademik Indonesia dan "Politikus Gelar"

Ahmad Muhajir
Dosen Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas
10 Agustus 2024 16:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Muhajir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Emily Ranquist: https://www.pexels.com/id-id/foto/fotografi-orang-lulus-1205651/
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Emily Ranquist: https://www.pexels.com/id-id/foto/fotografi-orang-lulus-1205651/
ADVERTISEMENT
Menurunnya moralitas akademik di Indonesia erat kaitannya dengan maraknya praktik plagiasi dan keberadaan jurnal predator, yang keduanya merusak integritas dalam pendidikan dan penelitian. Plagiasi, yakni tindakan mengambil karya orang lain tanpa memberikan pengakuan yang semestinya, telah menjadi isu yang serius, dipicu oleh kurangnya pemahaman tentang hak kekayaan intelektual serta tekanan besar untuk mencapai prestasi akademik, seperti publikasi
ADVERTISEMENT
Banyak akademisi merasa terdorong untuk mengorbankan etika demi mencapai target, seperti publikasi cepat atau kenaikan jabatan, yang belakangan ini semakin sering terjadi di kalangan Guru Besar di berbagai kampus Indonesia.
Di sisi lain, jurnal predator, yang menawarkan proses publikasi cepat tanpa standar kualitas yang memadai, telah menjadi jebakan bagi banyak peneliti. Tanpa proses peer-review yang ketat, jurnal-jurnal ini merusak kualitas penelitian dengan mempublikasikan karya yang belum tentu layak atau valid. Akibatnya, publikasi semacam ini menurunkan kredibilitas akademik baik bagi individu maupun institusi, serta menciptakan kesan bahwa integritas ilmiah tidak lagi dihargai.
Praktik plagiasi dan penerbitan di jurnal predator telah mencoreng wajah pendidikan tinggi di Indonesia, dan menyebabkan terkikisnya kepercayaan publik terhadap kualitas akademik.
ADVERTISEMENT
Belum lagi belakangan ini kita juga menemukan praktik manipulasi terhadap gelar Guru Besar di Indonesia. Yang marak belakangan terjadi beberapa individu memperoleh gelar Guru Besar tanpa memenuhi syarat akademik yang ketat, melalui proses seleksi yang tidak transparan atau adil, serta kerap kali dipengaruhi oleh hubungan politik.
Selain itu, mereka mungkin mempublikasikan karya di jurnal predator yang tidak memiliki standar kualitas yang memadai hanya untuk memenuhi persyaratan publikasi. Praktik-praktik ini telah merusak integritas gelar Guru Besar dan pendidikan tinggi kita.
"Politikus Gelar" Meludahi Dunia Akademik
Para "politikus gelar" yang akhir-akhir ini semakin menonjolkan diri dengan mengejar gelar akademik di kampus, seolah-olah mempermainkan makna sebenarnya dari pencapaian akademik, turut memperburuk situasi ini. Tindakan mereka tidak hanya merusak citra akademik, tetapi juga mengikis nilai-nilai kejujuran dan integritas di dunia pendidikan, memperparah penurunan moralitas akademik yang sudah terjadi.
ADVERTISEMENT
Mereka tampak bangga mendapatkan gelar akademik tanpa melalui proses pendidikan yang jelas dan transparan. Mereka seolah-olah hanya menganggap gelar sebagai status atau simbol prestise, bukan sebagai hasil dari perjalanan pendidikan yang penuh dedikasi dan kerja keras.
Kebanggaan mereka yang diperoleh tanpa usaha nyata ini merusak makna dan nilai dari gelar akademik itu sendiri, sekaligus menurunkan standar dan kredibilitas institusi pendidikan yang seharusnya menjaga integritas proses akademik.
Seharusnya, kampus-kampus di Indonesia menerapkan standar yang ketat dalam menjalankan proses pendidikannya untuk menjaga integritas akademik.
Para politisi seharusnya menjalani pendidikan dengan pemahaman dan kesungguhan yang mendalam, bukan hanya sekadar memenuhi formalitas untuk mendapatkan gelar. Pendidikan, terutama di tingkat akademik yang tinggi, memerlukan komitmen terhadap proses belajar yang serius dan mendalam.
ADVERTISEMENT
Jika pendidikan hanya dijalani sebagai formalitas, makna sejati dari gelar akademik hilang, dan dunia akademik pun kehilangan fungsinya sebagai tempat untuk membentuk individu yang berintegritas dan berkompeten. Sehingga yang terjadi adalah mereka para "politikus gelar" yang terus menerus akan mempermainkan dan meludahi ruang akademik di Indonesia.