Konten dari Pengguna

Museum untuk Pendidikan Berkebudayaan

Ahmad Muhajir
Dosen Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas
17 September 2023 10:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Muhajir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Museum Kota Bandung. Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Museum Kota Bandung. Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
Semua orang di seluruh dunia saat ini dihadapkan pada era disrupsi yang ditandai oleh persaingan global yang sengit. Oleh karena itu, masalah kebudayaan menjadi sangat penting untuk kemajuan bangsa di masa depan.
ADVERTISEMENT
Terutama, upaya untuk mengembangkan budaya inovasi menjadi kunci untuk bersaing di tingkat nasional. Oleh karena itu, diperlukan strategi kebudayaan yang melibatkan pembentukan ekosistem budaya merdeka yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Mewujudkan kemerdekaan berkebudayaan bukan hanya sekadar slogan belaka. Oleh karena itu, diperlukan upaya nyata untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) Nasional yang saat ini masih belum memuaskan, berada pada angka 53,74%. Angka IPK Nasional tersebut mencerminkan bahwa pemahaman, apresiasi, imajinasi, dan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kebudayaan masih berada di level menengah ke bawah.
Maka dari itu, diperlukan pendekatan pembangunan yang berakar pada kebudayaan, terutama dalam pendidikan, yang mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam kurikulum merdeka Hal ini memungkinkan siswa untuk mempelajari dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan harapan profil pelajar pancasila.
ADVERTISEMENT
Usaha untuk memajukan wahana kebudayaan harus sejalan dengan perkembangan teknologi terkini yang terhubung dengan Revolusi Industri 4.0. Museum, yang merupakan pilar penting dari kemerdekaan berkebudayaan, perlu mengalami perubahan menjadi fasilitas yang memanfaatkan teknologi terbaru.
Kurangnya kesadaran dan pemahaman terhadap pembangunan kebudayaan merupakan faktor utama yang menyebabkan nilai ekonomi yang dihasilkan dari cagar budaya, museum, serta fasilitas dan infrastruktur kebudayaan yang sudah ada menjadi rendah.
Museum memegang peran sentral dalam pendidikan kebudayaan, dan para guru harus terlibat secara aktif dalam mengajak anak-anak untuk mengenal museum sebagai bagian dari proses pemahaman kebudayaan sejak usia dini.

Menghidupkan Peran Museum

Ilustrasi museum dengan berbagai koleksi sejarah Foto: Shutter Stock
Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek telah mengadakan pertemuan koordinasi dan sosialisasi mengenai pendaftaran museum. Pertemuan ini diikuti oleh perwakilan pemerintah daerah di tingkat provinsi di Indonesia yang bertanggung jawab dalam bidang kebudayaan.
ADVERTISEMENT
Langkah ini merupakan implementasi dari terbitnya Peraturan Mendikbudristek Nomor 24 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015 mengenai Museum.
Tujuannya adalah untuk mendorong pemerintah daerah agar segera melakukan pendataan terhadap museum yang ada di wilayahnya. Hingga Maret 2023, terdapat 288 museum yang telah memiliki Nomor Pendaftaran Nasional, dengan 239 museum di antaranya telah memenuhi standar, dan koleksi museum mencapai 57.060 koleksi.
Fungsi utama dari sebuah museum sebenarnya adalah untuk mengumpulkan dan merawat berbagai objek dan spesimen, lalu secara teratur memamerkannya kepada masyarakat umum. Museum juga menyelenggarakan program inovatif dan pameran-pameran yang merupakan kontribusi khusus terhadap kehidupan budaya suatu komunitas.
Lebih dari itu, museum juga bisa berperan sebagai agen penghubung dan memperkenalkan orang-orang pada gagasan-gagasan, prestasi peradaban, dan bidang minat tertentu, juga memberikan inspirasi bagi mereka untuk mengejar pengetahuan yang lebih mendalam melalui penelitian dan kunjungan berulang.
ADVERTISEMENT
Kunjungan siswa ke museum tampaknya telah mengalami penurunan, tidak seaktif era sebelumnya di mana kunjungan ke museum sangat populer terutama di pertengahan dan akhir semester sebelum masuk masa liburan sekolah/madrasah.
Penurunan minat siswa dan pendidik untuk berkunjung ke museum pada saat ini mungkin disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang luar biasa, terutama dengan kehadiran teknologi digital di era Revolusi Industri 4.0.
Hal ini membuat akses dan perolehan informasi menjadi sangat mudah dan cepat melalui internet, dengan bantuan mesin pencarian seperti Google. Oleh karena itu, sudah saatnya untuk menghidupkan kembali peran museum sebagai sarana pembelajaran kebudayaan yang lebih efektif.