Konten dari Pengguna

Kapan Lagi Dengar Indonesia Raya di Final?

26 Agustus 2017 23:09 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Munawir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kapan Lagi Dengar Indonesia Raya di Final?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kekalahan tidak pernah enak dan masyarakat Indonesia harus lagi-lagi menelan pil pahit. Kepahitan memang sulit didefinisikan, misalnya pahit kopi,pare, dan cinta yang ditolak. Sifatnya sama: pahit. Namun kadarnya berbeda.
ADVERTISEMENT
Saya sudah lama tidak mengikuti sepak terjang tim nasional Indonesia karena karut marut di federasi nasional dan berantakannya liga membuat saya masa bodoh.
Tapi toh dunia punya keseimbangan. Konon roda berputar. Entah roda yang mana. Harapan bagi saya tumbuh kembali saat sekertaris jenderal dipegang oleh orang yang memang mempunyai semangat dan kapabilitas yang sudah terbukti setidaknya sejak sekolah menengah.Dan itu dilakukannya lebih dari satu dekade. Bukan hal mudah di tengah era generasi milenial yang serba gamang.
Lalu SEA Games dihelat. Nasionalisme yang kalau menurut Koil,” adalah tempat tinggal yang kita bela,” kemudian hidup kembali. Dan terimakasih kepada keteledoran yang entah disengaja atau tidak sebab dilakukan tidak hanya sekali yang kemudian saya pikir adalah cara tuan rumah melakukan perang urat saraf, masyarakat Indonesia membumbung asanya. Apalagi bukan hanya kontingen Indonesia yang mendapatkan pelayanan buruk dari tuan rumah.
ADVERTISEMENT
Pertandingan terakhir di grup berhasil dilalui dengan kemenangan yang saya lewatkan kedua golnya karena tertidur. Tibalah saat di mana Stadion Shah Alam menjadi panggung pertarungan yang dinanti-nanti. Sebelum bertanding Indonesia sudah kehilangan Hansamu Yama, Marinus Wanewar, dan Hargianto karena akumulasi kartu. Kalau menyimak obrolan di kontrakan , Hansamu vital menjadi benteng pertahanan dan inilah kehilangan terbesar. Pertandingan yang bagi Evan Dimas, sang kapten timnas adalah bukan lagi soal sepak bola tapi harga diri bangsa pun berlangsung .
Di awal sepertinya Indonesia kurang bisa membangun serangan karena bola lebih banyak dikuasai pemain lawan. Namun sekitar 15 menit pertandingan berjalan, Indonesia mulai berhasil melakukan tusukan-tusukan yang diujungtombaki oleh Ezra Walian. Ezra saya pikir bermain sangat baik dengan beberapa kali lolos dari jebakan offside.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, suplai bola dari tengah kurang banyak diberikan dan penyelesaian belum baik. Saya tidak ingat kiper lawan jumpalitan menepis bola,tidak seperti Satria Tama yang beberapa kali melakukan penyelamatan walaupun akhirnya tumbang juga.
Dari kacamata saya, penggantian Ezra di babak kedua adalah keputusan yang kurang tepat karena serangan jadi mengendor. Apakah itu karena ketidaktenangan setelah belum berhasil mencetak gol walaupun menguasai pertandingan, sepertinya hanya para pemain yang tertunduk lesu dan menelungkup di lapangan yang bisa menjawabnya.
Saya cuma bisa kesal dan sedikit menitikkan air mata karena di dalam lubuk hati saya, saya ingin dengar Indonesia Raya berkumandang di final.