Konten dari Pengguna

Banyuwangi, Ikon Baru Jawa Timur

29 September 2017 11:11 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Mustofa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Banyuwangi, Ikon Baru Jawa Timur
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketika orang ditanya apa yang menarik bagi Anda ketika berkunjung ke Jawa Timur? Jawabannya mungkin menyebut Gunung Bromo atau Malang dan Kota Batu. Ikon wisata yang selama ini melekat di provinsi paling ujung timur dari Pulau Jawa ini. Namun, kini kalau mau ke wilayah ini, Anda belum lengkap jika tidak berkunjung ke Banyuwangi!
ADVERTISEMENT
Mengapa? Banyuwangi telah menjelma menjadi ikon baru bagi Jawa Timur. Kunjungan wisata ke Banyuwangi melonjak naik sejak 2010 di awal-awal Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjabat. Tahun 2010 angka hanya mencapai 450 ribu pengunjung domestik ke Banyuwangi. Tahun 2015 angkanya melonjak 1,8 juta pengunjung domestik. Artinya dalam lima tahun tersebut terjadi peningkatan hampir empat kali lipat. Hal yang sama juga bisa dilihat pada pengunjung mancanegara. Tahun 2010 jumlahnya mencapai sekitar 25 ribu pengunjung. Angka ini naik dua kali lipat di tahun 2015.
Melonjaknya kunjungan wisata ini menjadi buah dari strategi yang selama ini dicanangkan oleh Anas sebagai bupati. Dalam konteks pariwisata, ada empat kebijakan kunci yang mestinya bisa juga diterapkan di tingkat Jawa Timur. Empat kunci itu adalah pertama, menjadikan daerah sebagai “produk” yang mesti dipasarkan potensi wisatanya. Dengan paradigma ini, birokrasi juga menjadi tenaga pemasaran atau marketing yang memasarkan daerahnya, semacam salesman atau salesgirl.
ADVERTISEMENT
Kedua, memilih strategi pemasaran yang tepat. Di sektor ini, Anas relatif cerdik menempatkan potensi alam Banyuwangi yang menyimpan harta terpendam. Paket tawaran wisata menjadi kunci, misalnya dengan menawarkan adventure dan experience untuk wisata budaya dan wisata event seperti Banyuwangi Festival. Ketiga, Inovasi berkelanjutan seperti membuat ikon dan destinasi baru melalui aplikasi. Keempat, melalui pengelolaan pariwisata event. Hal ini yang kemudian membuka kesempatan pada warga untuk terlibat dalam progam-progam wisata di tingkatan lokal.
Banyuwangi, Ikon Baru Jawa Timur (1)
zoom-in-whitePerbesar
Dengan empat kebijakan kunci di sektor pariwisata ini, sedikit banyak kemudian membawa Banyuwangi menjadi pusat perhatian nasional, bahkan dunia. Geliat pariwisata telah ikut mendorong perekonomian lokal Banyuwangi. Lihat saja pada perkembangan pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Pada 2011, setahun setelah Anas menjabat, pertumbuhan ekonomi Banyuwangi berada di angka 6,9 persen. Setahun kemudian pertumbuhan ekonominya meningkat menjadi 7,24 persen. Sampai di akhir 2015 lalu angkanya mencapai 6,01 persen. Angka ini jauh berada di atas rata-rata perekonomian nasional.
ADVERTISEMENT
Pariwisata cukup menggenjot perekonomian Banyuwangi, terutama di sektor-sektor industri kreatif. Lihat saja di besaran ekonomi di sektor kuliner, misalnya, tumbuh 70 persen antara tahun 2010 dibandingkan kondisi tahun 2014. Hal ini tidak lepas dari suksesnya Banyuwangi di bawah kepemimpinan Anas mendongkrak ekonomi melalui sektor pariwisata. Di mata Anas, pariwisata harus mampu menjadi tangga yang mengantarkan kehidupan perekonomian masyarakat sekitar. Apalagi daya wisata tersebut lebih menitikberatkan pada wisata alam yang menjadi berkah bagi Banyuwangi selama ini.
Tidak heran jika kemudian selain jumlah kunjungan wisata yang melonjak, hal ini juga berdampak pada lonjakan jumlah penumpang di Bandara Blimbingsari. Tahun 2011 jumlah penumpang melalui bandara ini berkisar di angka 7.826 penumpang. Angka ini melonjak menjadi 110.234 penumpang di tahun 2015 atau meningkat sepuluh kali lipat lebih. Sebuah kenaikan yang fantastis!
ADVERTISEMENT
Kini, kesuksesan Banyuwangi di bawah Anas telah menjadi inspirasi bagi kalangan dunia usaha. Saat menjadi pembicara dalam CEO Forum yang melibatkan para pemilik usaha yang digelar oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, pertengahan september lalu, pihak penyelenggara menyatakan perlunya belajar dari kasus Banyuwangi karena yakin kesuksesan ini bisa ditularkan di tingkat provinsi. Dalam kesempatan tersebut Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas juga menyampaikan bahwa menggarap industri pariwisata dibutuhkan komitmen penghormatan pada kearifan lokal. Bagi Anas, pembangunan berkelanjutan tak hanya tentang pemenuhan sabuk hijau di ruang terbuka melainkan pelestarian kearifan lokal. Untuk mendukung itu, pihaknya berusaha menarik wisatawan dengan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang menonjolkan tradisi masyarakat Banyuwangi.
Nah, berpijak dari hal ini, industri pariwisata sendiri menjadi sektor ekonomi andalan Jawa Timur. Meski hasilnya belum banyak berkontribusi terhadap pendapatan domestik regional bruto, pemerintah tentu bisa terus berinovasi di sektor pariwisata ini. Banyuwangi sudah memulai dan dari Banyuwangi, daerah lain bisa termotivasi, khususnya untuk memajukan daerahnya agar Jawa Timur secara keseluruhan mampu memiliki ikon-ikon baru selain Bromo, Batu, dan wisata lainnya. Kini ikon baru Jawa Timur itu bernama Banyuwangi, The Sunrise of Java.
ADVERTISEMENT