Hujan Gerimis

Ahmad Muttaqillah
Pendidik/UIN Jakarta
Konten dari Pengguna
26 Oktober 2021 13:39 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Muttaqillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi musim hujan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi musim hujan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hujan gerimis, geluduk bergelegaran, cuaca dingin, ayam-ayamku meminta makan. Ada berita baru pasca lebaran korban COVID-19 meningkat pada tanggal 29 Mei 2020.
ADVERTISEMENT
Masjid di dekat rumahku pun masih ditutup untuk salat berjemaah. Ada suatu peristiwa di mana Ketua DKM marah kepada sang Ustaz yang masih melaksanakan isya berjemaah di tengah PSBB.
Matahari sudah tak lagi menampakkan sinarnya, karena hari sudah petang hujan gerimis yang mengguyur wilayah Pondok petir terasa menyejukkan. Geluduk yang bergelegaran menambah suasana langit menjadi riuh, namun perlahan suaranya mulai mereda.
Matahari yang tak menampakkan sosoknya kini mulai berkilau. Awan masih tampak tebal sekalipun hujan mulai berhenti.
Ayam-ayam kampung yang kupelihara di atas rumah mulai berkokok meminta makanan. Makanan sudah tersedia sejak bakda zuhur. Saya segera memberi makanannya.
Tak banyak hanya satu liter saja, karena makanan tadi siang masih tersisa, dan temboloknya masih tampak munjung. Untuk 28 ekor ayam masih cukuplah diaduk dengan makanan sisa tadi.
ADVERTISEMENT
Ketika lebaran sudah mendekat, ayam-ayamku kusembelih untuk sajian lebaran, beberapa ekor kujual untuk persediaan biaya saat buka dan makan sahur. Ya beberapa ekor kusisihkan untuk yang meminta. Masih ada 28 ekor. Telur-telurnya tak kujual untuk memenuhi kebutuhan harian selama puasa.
Aku tak sering belanja lauk daging, kecuali sayur, ikan, dan tempe. Cukup daging ayam yang kusembelih beberapa hari sekali, kira-kira antara 4 hari atau satu minggu.
Swasembada telur dan daging benar-benar dapat dirasakan manfaatnya. Hari-hariku selama COVID-19 dan mengisi pekerjaan melalui WFH, berkutat dengan ayam-ayam di rumah sebagai hobi dan hiburan untuk menghilangkan kepenatan.
Alhamdulillah hasilnya dapat dipetik. Ketika orang-orang berusaha antre membeli daging di pasar, aku masih bisa bersabar, menunggu dan membiarkan orang lain segera mendapat daging sapi atau kerbau. Aku santai saja dengan istriku.
ADVERTISEMENT
Tapi sempat membeli satu kilogram di pasar yang lain, di mana masih banyak tersedia daging. Senangnya dapat daging sapi lokal segar.
Telur-telurnya yang mungil, kecil tak seperti telur ayam kiloan di pasar, tapi sangat gurih dan lezat rasanya. Untuk mie atau di balado, juga dibuat dadar telur, dan yang lainnya. Sebagian lagi dijual untuk tambahan biaya pakan ayam. Itulah ayam-ayam kampungku.
Walaupun tak setiap hari bertelur sesuai dengan jumlahnya karena sebagian kecil ada pejantannya. Secara bergiliran betinanya bertelur, ada juga yang memasuki masa mengeram, sehingga tersisa separuhnya yang produktif bertelur. Pokoknya terasa bahagia.
Tentu butuh kebersihan yang cukup ketat. Karena hobi tetap terasa nikmat. Bukan hanya ayam tapi juga kucing-kucing yang lucu-lucu menghiasi rumahku. Anak-anak dan istriku menyukai kucing mengelus dan menciuminya.
ADVERTISEMENT
Kecuali aku hanya sekedar mengusap-usap, tapi tak semua mau kudekati, ada seekor yang selalu menjauh, warnanya oranye. Tapi selalu mendekat kepada istri dan anakku. Awalnya ia pernah kumarahi gara-gara tidak mau diatur.
Namun ada yang kurang menyenangkan sore ini, berita yang kubaca di internet dari Suara.com. Jumlah yang terjangkit COVID-19 per tanggal 29 Mei meningkat 24 orang pasca-lebaran. Namun dalam hatiku berkata, belum tentu yang 24 0rang itu terpapar COVID-19, mungkin juga sakit biasa atau memang sudah sampai usianya disebabkan penyakit lainnya.
Terhitung sampai hari Jumat (29/5/2020), kasus positif corona sudah mencapai 25.216 orang.
Juru Bicara Pemerintah Khusus Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menjelaskan berdasarkan hasil pemeriksaan 10.639 spesimen dengan mengunakan mesin PCR dan TCM, terdapat penambahan sebanyak 678 orang dari hari Kamis (28/5).
ADVERTISEMENT
Total spesimen yang sudah diperiksa hingga hari ini 300.545 spesimen. "Hari ini kami mendapatkan data konfirmasi kasus potisif covid-19 sebanyak 678 orang, sehingga totalnya menjadi 25.216 orang," kata Yuri dari Kantor BNPB.
Dari jumlah itu, Yuri menyebut ada tambahan 24 orang meninggal sehingga total menjadi 1.520 orang meninggal dunia.
Kemudian, ada tambahan 252 orang yang sembuh sehingga total menjadi 6.492 orang lainnya dinyatakan sembuh.
Di hari Rabu kemarin tanggal 27 Mei rapat DKM masjid dekat rumahku masih mengikuti PSBB. Artinya salat berjemaah secara biasa masih ditutup. Aku tak sempat hadir dalam acara rapat itu karena ada tetamu lebaran ke rumahku. Ya, tetamu yang sering kujumpa selama sebelum COVID-19 dan masa COVID-19 secara terus-menerus. Mereka adalah kakak-adik dan keponakanku. Alhamdulillah sehat semua.
ADVERTISEMENT
Selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Banyak orang lalu-lalang di pasar, di jalan, di swalayan, tidak konsisten menaati aturan, apalagi Ramadhan.
Namun masjid-masjid lebih disiplin membatasi jemaah dan menaati aturan PSBB di seluruh wilayah yang ada di Jakarta dan Depok khususnya, baik salat Jumat maupun tarawih. Ketaatan mereka kepada aturan pada umumnya sangat baik.
Bila aku tengok kepada masyarakat umum di luar tempat ibadah mereka berkumpul, bercengkerama, begadang, sampai larut malam, ada yang menjaga jarak ada pula yang tidak, ada yang memakai masker ada pula yang tidak.
Di pos-pos ronda, di cafe-cafe, warung-warung makan walau ditutup sedikit saja, sekali pun siang di bulan Ramadhan. Ya, sebenarnya pokoknya sama saja tidak menaati aturan PSBB.
ADVERTISEMENT
Di lingkunganku bahkan di medsos banyak yang bergumam, “Aneh sekali pasar-pasar, cafe-cafe, warung-warung makan masih terbuka dan tak terbatas, sementara masjid-masjid dan tempat ibadah lainnya ditutup. Bukankah kita harus semakin mendekat dengan Allah semasa COVID-19.”
Ilustrasi pria muslim sedang salat. Foto: Shutter Stock
Yang lainnya ada juga yang menjawab gumaman itu, “Beribadah, kan, tidak harus di tempat ibadah. Di rumah adalah kesempatan yang baik untuk menjalin salat berjemaah dengan keluarga, memantapkan ajaran agama bersama.
Ambil saja hikmahnya, karena ini kesempatan yang baik, mumpung kerja tidak harus aktif ke kantor dan anak-anak masih di rumah, maka kesempatan terbaik menjaga keluarga.”
Keduanya punya argumentasi yang benar. Argumentasi yang pertama untuk menyanggah keramaian di luar tempat ibadah, dan argumentasi kedua lebih memanfaatkan situasi untuk memperoleh hikmah di balik pandemi Covid-19.
ADVERTISEMENT
Namun ada peristiwa yang menegangkan di malam hari bakda isya pada saat hampir dekat diberlakukannya PSBB di Jawa Barat yaitu tanggal 14 April 2020. Seorang ustaz mengimami salat berjemaah.
Di sekitar aula masjid pengurus DKM dan ketua datang ke masjid namun bukan untuk salat isya tapi untuk rapat persiapan menyambut Ramadhan, tepat ketika isya berjamaah berlangsung di masjid yang diimami sang ustaz.
Sebelumnya sang ustaz bertanya kepada jemaah yang jumlahnya hanya 3 orang, “Mereka tidak ikut salat?”
“Tidak, Pak. Kita-kita saja.”
“Oh, mestinya ikut juga mumpung di masjid.”
“Biarin saja, Pak.”
Jemaah langsung iqamat. “Luruskan barisan,” ucap sang ustaz karena sebagai imam salat isya malam itu.
Sebenarnya yang kutahu Pak ustaz ini adalah Pembina DKM, maka menjadi kewajibannya untuk menegur saat itu, sebelum salat dimulai.
ADVERTISEMENT
Usai salat isya seperti biasa sang ustaz berdoa sejenak setelah itu menunaikan salat bakdiah isya. Setelah salat dua rakaat ia keluar dan menghampiri pengurus masjid yang saat itu berada di aula masjid dalam rangka rapat persiapan Ramadan. Tiba-tiba ia menegur mereka semua.
“Kenapa tidak salat isya berjemaah mala ini? Mumpung di sini salat saja tadi berjamaah.”
Ketua rapat, ketua DKM dengar suara lantang berkata, “Saya kecewa dengan Bapak! Bapak kan sebagai Pembina, mestinya menaati kesepakatan bahwa sekarang kita tidak boleh ada salat berjemaah di masjid! Nanti apa kata orang! Pembinanya saja ke masjid salat berjemaah. Nanti semua jemaahnya akan ramai-ramai ke sini, kan bapak Pembina aja ke masjid.”
“Kalau begitu saya tidak akan bertanggung jawab. Saya serahkan jabatan saya dan saya lepaskan jabatan saya saat ini!” Lanjutnya.
ADVERTISEMENT
“Oh…ya, jangan begitu. Tidak bisa,” sambil tersenyum.
“Bapak, kan orang pintar, tokoh masyarakat di sini, seharusnya mematuhi kesepakatan bersama, dong.” Lanjutnya lagi dengan suara lantang dan terengah-engah.
“Demi Allah, saya belum baca kesepakatan itu di WA grup makanya Bapak Japri ke saya.” Sang staz menaikkan suaranya.
“Bapak, kan dari tadi "ngeser" apa saja ke grup, masa gak baca!”
“Ya, makanya Japri” lanjutnya dengan suara agak naik.
“Gak bias pokoknya saya mau lepas jabatan saya kalau begini!” dengan nada marah.
“Jangan, jangan begitu! Gini saja. Kalau apa yang saya lakukan hari ini salah. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Silakan rapat dilanjutkan.”
“Baik Pak Ustaz, saya juga mohon maaf kalau saya agak keras karena ini demi kepentingan bersama. Kepentingan kita semua,” dengan nada rendah.
ADVERTISEMENT
“Sekali lagi mohon maaf Pak Ustaz, demi kebaikan kita semua jadi di sini saja kita buka-bukaan dan terus terang, supaya gak ngomong di belakang,” lanjutnya datar.
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
“Ya, baik. Ayo kita lanjutkan rapatnya untuk Ramadhan besok, apa saja persiapan kita. Bagaimana dengan para ustaz kita yang mengajar tahsin di tengah PSBB mereka tak punya pendapatan, apakah sudah dipikirkan.”
“Begini Ustaz, alhamdulillah, kami sudah pikirkan sesuai saran ustaz juga tadi di WA, dan kami sudah transfer dananya.”
“Oke, deh. Baik kalau begitu,” Sahut sang ustaz.
“Iya Taz, terima kasih atas didengarnya masukan dari kami,” sahut mereka.
Rapat pun berlanjut, sang Ustaz selaku Pembina mengikuti rapat sampai selesai. Dari awal usai rapat sampai saat ini sang ustaz tidak berangkat ke masjid lingkungannya dengan alasan mematuhi kesepakatan.
ADVERTISEMENT
PSBB diberlakukan di kotak Depok resmi dimulai pada Rabu, 15 April 2020. Masjid itu sudah memberlakukan PSBB 14 April 2020.
Gerimis pun sudah berhenti, malam sudah sangat gelap. Rapat pun usai. Seluruh peserta rapat kembali ke rumahnya masing-masing sambil bercengkrama dengan akrab termasuk sang ustadz tadi.
Aku pun bergegas pulang dengan cepat untuk mengontrol ayam-ayam kampungku, apakah aman dari rintik-rintik hujan atau ada yang pintu kandang belum rapat.
Depok 29 Mei 2020