Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Terjebak di Dasar Piramida: Analisis Kegagalan Pendidikan Indonesia
18 April 2025 12:36 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ahmad Nurzaky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia bangga menyebut guru sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa.” Namun di balik slogan itu, tersembunyi kenyataan pahit dimana banyak guru hidup di bawah garis sejahtera, yang membuat mereka terpaksa mencari pemasukan tambahan untuk bertahan hidup melalui jalan lain yang bahkan sampai membuang nilai moralitasnya. Ketika negara gagal menjamin kebutuhan dasar para pendidik, pendidikan yang bermutu hanya tinggal ilusi. Teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow memberi kerangka yang kuat untuk memahami ini. Pendidikan berkualitas butuh guru yang bisa aktualisasi diri, tapi bagaimana mungkin itu tercapai kalau untuk makan saja mereka kesulitan?
ADVERTISEMENT
Abraham Maslow mengembangkan A Theory of Human Motivation (Adzima, 2021), yang membagi kebutuhan manusia dalam lima tingkatan. Maslow menjelaskan bahwa manusia terdorong untuk memenuhi kebutuhannya dari yang paling dasar hingga mencapai puncak aktualisasi diri (Alfaruqy, 2021). Kelima tingkat tersebut digambarkan seperti bentuk piramida sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis – Kebutuhan paling dasar seperti makan, minum, tempat tinggal, dan istirahat.
2. Kebutuhan Keamanan – Rasa aman secara fisik, ekonomi, dan kesehatan, termasuk kepastian kerja.
3. Kebutuhan Sosial (Cinta dan Memiliki) – Hubungan sosial, pertemanan, dan rasa memiliki dalam komunitas.
4. Kebutuhan Penghargaan – Rasa dihargai, pengakuan, pencapaian, dan kepercayaan diri.
5. Aktualisasi Diri – Mengembangkan potensi pribadi, kreativitas, dan hidup sesuai nilai-nilai luhur.
ADVERTISEMENT
(dikutip dari Maslow, 1954)
Bila teori ini kita aplikasikan pada realitas guru di Indonesia, maka terlihat jelas bahwa sebagian besar guru masih terjebak di lapisan bawah piramida dimana banyak kita lihat contoh nyata disekitar kita dimana guru honorer digaji sangat rendah, tidak ada jaminan status kerja tetap dan kurangnya keamanan untuk para guru yang ingin menyampaikan kebenaran, dan kurangnya pengakuan dan penghargaan sosial.
Artinya, kebutuhan dasar mereka mulai dari fisiologis hingga penghargaan belum terpenuhi secara layak. Maka wajar jika banyak guru belum mampu mencapai aktualisasi diri, yaitu mengajar secara kreatif, menjadi inspiratif, dan mendidik dengan sepenuh hati.
Maslow menyatakan bahwa seseorang hanya bisa mencapai aktualisasi diri jika kebutuhan-kebutuhan sebelumnya terpenuhi terlebih dahulu. Bagi guru, aktualisasi ini dapat terlihat dari Kemampuan menyampaikan pelajaran secara kreatif dan kontekstual, kemampuan memotivasi siswa bukan hanya secara akademik, tetapi juga emosional dan sosial, dan keberanian menyuarakan nilai dan kebenaran di tengah sistem yang kaku.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, kita justru menyaksikan guru yang berani bersuara kritis malah disingkirkan, seperti dalam kasus vokalis Sukatani Band. Di sisi lain, ada pula guru yang terjebak tindakan menyimpang, seperti kasus Bu Salsa, yang diduga karena motif ekonomi. Ini bukan hanya masalah individu tapi sinyal bahwa sistem sedang tidak sehat.
Untuk mewujudkan guru yang aktual dan mampu mencerdaskan bangsa secara utuh, kita perlu memperbaiki sistem pendidikan dari dasarnya:
1. Naikkan gaji guru, terutama honorer, hingga mencapai kelayakan hidup.
2. Berikan jaminan status kerja dan rasa aman secara hukum.
3. Ciptakan lingkungan yang suportif dan menghargai kontribusi guru.
4. Sediakan ruang bagi kreativitas, kritik, dan ekspresi diri.
Karena guru yang tumbuh sebagai manusia utuh akan melahirkan generasi yang tak hanya cerdas, tapi juga berkarakter.
ADVERTISEMENT
Teori Maslow bukan sekadar konsep psikologi di kelas-kelas kuliah. Ia adalah cermin untuk melihat bagaimana sistem pendidikan kita memperlakukan gurunya. Jika kita ingin perubahan nyata, mulailah dengan memanusiakan guru. Karena pendidikan bermutu hanya bisa dibangun oleh guru yang sejahtera dan tercerahkan.
Pustaka Acuan:
Maslow, A. H. (1954). Motivation and Personality. New York: Harper & Row.
Adziima', Mafatih Fauzun. (2021). Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Jurnal Tana Mana, 2(2), 88.
Alfaruqy, Muhammad Zulfa. (2021). Sejarah dan Aliran Psikologi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.