Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Palsu Iran Persenjatai Houthi, Justifikasi Perang di Yaman
17 Juni 2017 22:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Ahmad Rifai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perundingan damai antara Pemerintah Yaman yang didukung oleh Arab Saudi dan pemberontak Houthi berakhir pada akhir Desember.
ADVERTISEMENT
Tak ada kesepakatan yang dicapai untuk mengakhiri parade pengeboman yang dimulai oleh Arab Saudi bersama sekutu Teluknya serta dukungan dari AS pada Maret lalu.
Rasionalitas perang yang dipimpin oleh Arab Saudi terhadap Houti di Yaman, terkait bahwa kelompok ini merupakan proxy Iran, dan bukti utama yang mendasari kesimpulan ini, ditunjukkan lewat Iran yang telah mempersenjatai kelompok Houthi selama bertahun-tahun.
Tuduhan pengiriman senjata Iran ke Houthi merupakan tuduhan yang sering disebut dalam liputan pers mengenai konflik di Yaman. Akan tetapi semua tuduhan tersebut belum pernah terbukti.
Tuduhan ini juga diperkuat laporan yang dikeluarkan pada bulan Juni oleh Dewan Keamanan PBB.
Dalam laporan ini disimpulkan bahwa Iran telah mengirim senjata kepada pemberontak Houthi di Yaman melalui laut, setidaknya sejak tahun 2009.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, penyelidikan atas dua tuduhan utama pengiriman senjata semacam itu menunjukkan bahwa berbagai pihak yang ada di atas, sama-sama menggunakan tipu muslihat.
Pemerintah Republik Yaman, yang kemudian didominasi oleh Presiden Ali Abdullah Saleh, mengklaim telah merebut sebuah kapal bernama Mahan 1 di perairan teritorial Yaman pada tanggal 25 Oktober 2009.
Awak kapalnya berisi lima orang Iran, dan di sana telah ditemukan beragam senjata.
Laporan panel ahli PBB mengulangi cerita resmi tersebut, bahwa pihak berwenang telah menyita senjata dan Pengadilan Negeri Sana'a telah menghukum awak kapal atas penyelundupan senjata dari Iran ke Yaman.
Akan tetapi, pesan diplomatik Kedutaan Besar AS di Yaman yang dirilis oleh Wikilekas pada tahun 2010 mengungkapkan bahwa, walaupun kapal dan awaknya memang orang Iran, kisah tentang senjata yang dilontarkan pada kapal tersebut dikarang oleh pemerintah Yaman.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 27 Oktober 2009, Kedutaan Besar AS mengirim sebuah pesan ke Departemen Luar Negeri, mencatat bahwa Kedutaan Besar Yaman di Washington telah mengeluarkan sebuah pernyataan pers yang mengumumkan tentang perusakan “kapal asing yang membawa sejumlah senjata beserta barang lainnya . . .”
Namun pada pesan lainnya yang bertanggal 11 November 2009, dilaporkan bahwa pemerintah telah “gagal membuktikan klaim publiknya yang luar biasa, bahwa sebuah kapal Iran yang disita di lepas pantai pada tanggal 25 Oktober, membawa pelatih militer, senjata, beserta bahan peledak yang dutujukan untuk Houthi."
Selanjutnya, pesan tersebut menambahkan, “laporan sensitif”, sebuah referensi yang jelas bagi laporan intelijen AS mengenai kasus ini, “menunjukkan bahwa kapal tersebut tak pernah membawa senjata apapun.”
ADVERTISEMENT
Sebuah pesan Kedutaan lanjutan lima hari berikutnya melaporkan bahwa Pemerintah Yaman telah mulai merevisi cerita yang dikarangnya, mengingat hal yang diketahui oleh AS bahwa tak ada senjata ditemukan di kapal.
“Kapal itu rupanya kosong saat disita,” menurut kabel tersebut.
“Meski begitu, menggemakan sebuah klaim yang dilontarkan oleh Duta Besar Yaman, al-Hajj, Menteri Luar Negeri Qaairbi mengatakan kepada kepala bagian politik Kedutaan Besar AS, pada 15 November, bahwa kapal itu kosong menunjukkan bahwa senjata telah berhasil dikirimkan.”
Presiden Saleh berharap bisa menggunakan tipu muslihat kapal Mahan 1 untuk mendapat dukungan politik AS atas perang guna mengalahkan Houthi, yang dirinya sebut sebagai ‘Operasi Penghangusan Bumi’.
Namun seperti yang dikatakan dalam sebuah pesan diplomatik pada bulan Desember 2009, diketahui bahwa para pengamat politik Yaman menyatakan bahwa Houthi bergumul dengan senjata-senjata modern dan dapat memperoleh semua yang mereka butuhkan dari pasar senjata lokal yang besar, maupun langsung didapatkan dari militer Yaman sendiri.
ADVERTISEMENT
Tak seperti cerita Pemerintah Yaman tentang kapal Mahan 1 dan senjata hantunya, klaim resmi bahwa sebuah kapal bernama Jihan 1, yang disita pada tangga 23 Januari 2013, memiliki senjata adalah benar.
Akan tetapi totalitas dari bukti itu menunjukkan bahwa cerita tentang pengiriman senjata dari Iran ke Houthi adalah palsu.
Kapal tersebut dihentikan di perairan Yaman oleh patroli gabungan Penjaga Pantai Yaman dan Angkatan Laut AS.
Di sana ditemukan ruang penyimpan persenjataan beserta amunisinya.
Muatannya termasuk rudal portabel, roket 122 milimeter, peluncur granat berpeluncur roket, bahan peledak plastik C4, serta peralatan untuk mengimprovisasi alat peledak.
Beberapa minggu kemudian, panel ahli PBB memeriksa persenjataan tersebut dan menemukan label yang menempel pada kotak amunisi dengan tulisan ‘Ministry of Sepah’ yang merupakan nama mantan kementrian logistik militer Iran.
ADVERTISEMENT
Laporan tersebut berkata bahwa panel telah menetapkan, “Semua informasi yang tersedia, menempatkan Republik Islam Iran berada di pusat operasi Jihan.”
Akan tetapi, selain label-label yang bisa saja ditempelkan pada kotak-kotak persenjataan tersebut, tak ada bukti lain yang menunjukkan kapal maupun senjata benar-benar berasal dari Iran.
Semua awak kapal dan pengusaha mengatakan bahwa yang mengatur pengirimannya adalah orang Yaman, berdasarkan laporan.
Dan, panel ahli sama sekali tak menyebutkan bukti bahwa kapal tersebut milik orang Iran atau senjata-senjata tersebut diproduksi di Iran.
Kasus ini bertumpu pada kesaksian awak kapal Jihan 1 yang berasal dari Yaman, yang saat ini masih dalam tahanan pemerintah, mengatakan bahwa mereka telah berlayar dari Yaman ke pelabuhan Chabahar di Iran.
ADVERTISEMENT
Mereka juga mengatakan bahwa telah ikut ke pelabuhan Iran lainnya dan kemudian diangkut dengan perahu kecil ke Jihan 1 yang bersandar di lepas pantai Iran.
Akan tetapi, meski panel telah mengatakan bahwa mereka memiliki akses ke ‘data koordinat jalan yang diambil dari perangkat GPS’, tak ada kutipan dari data tersebut yang mendukung kisah buatan para awak kapal.
Sebenarnya, panel mengakui bahwa mereka “tak memiliki informasi mengenai lokasi di mana kapal Jihan 1 penuh muatan dengan senjata . . .”
Sebuah fakta penting bagi muatan tersebut, apalagi, koordinat mulainya perjalanan bukan dari Iran. Melainkan, Yaman sendirilah yang menjadi titik koordinat awal keberangkatan kapal.
Senjata di kapal disembunyikan di bawah tangki bahan bakar diesel dan bisa diakses hanya setelah tangki-tangki tersebut dikosongkan.
ADVERTISEMENT
Panel ahli mengacu pada fakta tersebut namun telah gagal untuk membahasnya secara signifikan.
Akan tetapi laporan UN Security Council Monitoring Group on Somalia and Eritrea berkata bahwa awak kapal Jihan 1 telah “mengungkapkan kepada seorang sumber diplomatik yang mewawancarai mereka di Aden bahwa diesel tersebut diikat untuk Somalia.”
Seorang pejabat Yaman yang tak disebutkan identitasnya mengkonfirmasi fakta bahwa awak kapal Jihan 1 disembunyikan dari panel ahli Dewan Keamanan, menurut laporan UN Monitoring Group.
Fakta bahwa Jihan 1 menuju Somalia mengindikasikan bahwa kapal tersebut terlibat dalam operasi penyelundupan komersial. Bukan pengiriman yang bermotif politik.
Bisnis menguntungkan penyelundupan bahan bakar diesel dari Yaman menuju Somalia telah lama digabungkan dengan penyelundupan senjata ke negara yang sama di seberang Teluk aden dari Yaman, seperti yang dilaporkan oleh UN Monitoring Group.
ADVERTISEMENT
Laporan tersebut menjelaskan bahwa otoritas di wilayah Puntland di Somalia telah membuat impor produk minyak bumi menjadi ilegal.
Kenyataan ini membuat beragam senjata yang disembunyikan di bawah bahan bakar diesel dapat begitu sering diselundupkan ke pelabuhan yang ada di pesisir.
Laporan yang sama dari UN Monitoring Group juga mengungkapkan bahwa serangkaian pengiriman senjata telah diselundupkan ke Somalia sejak akhir 2012, sebelum terjadinya momen kapal Jihan 1 disita.
Dalam laporan itu ditunjukkan bahwa peluncur granat berpeluncur roket merupakan komponen utama, serta peralatan untuk mengimprovisasi alat peledak dan detonator elektrik juga termasuk di dalamnya.
Bukti utama yang mengkonfirmasi bahwa senjata tersebut berasal dari Yaman adalah adanya sebuah kominikasi dari Pemerintah Bulgaria ke UN Monitroing Gorup.
ADVERTISEMENT
Komunikasi tersebut mengindikasi bahwa semua biaya roket granat berpeluncur roket dan bahan bakar tersebut merupakan satu paket yang diproduksi di Bulgaria dan disita di Somalia, telah dikirm ke angkatan bersenjata Yaman pada tahun 2010.
Informasi yang ada dalam laporan ini menunjukan bahwa penyelundupan senjata Yaman sebagai sumber muatan senjata dan bahan bakar diesel di kapal Jihan 1.
Ketika senjata tersebut disita oleh patroli gabungan AS dan Yaman, Pemerintah Yaman rupanya memutuskan untuk memanfaatkannya dengan menciptakan sebuah cerita baru tentang pengiriman senjata Iran ke Houthi, dan kemudian menggunakan para awak kapal yang berasal dari Yaman untuk memberikan rincian pada panel ahli PBB.
Laporan UN Security Council Monitoring Group on Somalia and Eritrea tentu menciptakan masalah yang jelas bagi kisah resmi pada kapal Jihan 1.
ADVERTISEMENT
Bersama Pemerintah Yaman yang anti-Iran, disokong oleh barat, dibuatlah sebuah cerita yang punya alur baru.
Reuters mengutip seorang ‘diplomat barat’, kapal Jihan 1 yang mengirimkan senjata, menjadi bukti bahwa sebenaranya Iran terlibat dalam memasok senjata ke teroris al-Shabaab di Somalia.
Sumber anonim tersebut mencatat bahwa kargo itu berisikan peledak C4 seperti yang digunakan oleh al-Shabaab sebagai alat peledak para teroris, padahal Houthi tak dikenal melakukan operasi-operasi semacam itu.
Klaim ini hampir tak dapat dipercaya. Sebab, al-Shabaab memiliki hubungan yang justru dekat dengan al-Qaeda dan karena itu, tentu menjadi berseberangan dengan Iran.
Kisah berliku ini belum diulang kembali kecuali di kantor berita yang pro-Arab Saudi dan pro-Israel.
Cerita Jihan 1 dan narasi yang lebih luas dari pengiriman senjata Iran menuju Houthi yang dicegat, seperti yang didaur ulang oleh panel ahli UN Security Council, tetap menjadi sebuah bagian penting dari sejarah konflik regional yang melibatkan Iran.[]
ADVERTISEMENT
***
Diterjemahkan secara bebas dari sini: How False Stories of Iran Arming the Houthis Were Used to Justify War in Yemen
Sumber foto: (1) A man walks in Saada, in northern Yemen , (2) Yemen's President Ali Abdullah Saleh smiles during his address to pro-government supporters in Sanaa , (3,4,5,6) Yemen displays ‘large, diverse & dangerous’ weapons captured from seized Iranian ship , (7) Cooperation between Somalia’s al-Shabaab Movement and Yemen’s al-Qaeda Movement , & (8) Shows members of Al-Shabaab giving themselves up to AU peacekeepers in Somalia .
31 Desember 2015