Festival Kupat Lepat Local Wisdom Kabupaten Jepara

Ahmad Rouf
Yakin, Usaha, Doa, Sampai
Konten dari Pengguna
1 Juli 2017 21:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Rouf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Festival Kupat Lepet
Rebutan Kupat dan lepet seusai pelarungan kepala kerbau di teluk Jepara, masih menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang melaksanakan pesta Lomban di pantai Kartini. Bagi mereka yang mendapatkan kupat maupun lepet ini, percaya akan mendapatkan berkah dan rizki untuk setahun yang akan datang.kupat dan lepet diperebutkan warga dalam festival kupat lepet. Tradisi ini rutin dilakukan warga Jepara untuk memperingati lebaran ketupat atau tujuh hari setelah Hari Raya Idul fitri. Dalam hitungan detik, isi gunungan kupat lepet pun ludes diburu warga. Kegiatan ini, merupakan salah satu bentuk kreatifitas dalam mengembangkan budaya tradisi di Jepara yang patut untuk dikembangkan. Lomban/kupatan sendiri, merupakan tradisi turun temurun dan sudah menjadi tradisi masyarakat Jepara.
ADVERTISEMENT
Filosofi Mengenai Kupat - Lepet
Adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa tentang filosofi ketupat. Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali bakda, yaitu bakda lebaran dan bakda kupatan, dimulai seminggu sesudah lebaran.
Arti kata ketupat
Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat merupakan kependekan dari ngaku lepat dan laku papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan.
Ngaku lepat (mengaku salah)
Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.
Laku papat 
Laku empat ada dalam tradisi kupatan, yakni :
ADVERTISEMENT
1). Lebaran (sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa),
2). Luberan (meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin dalam kewajiban pengeluaran zakat fitrah),
3). Leburan (sudah habis dan lebur. Dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain,
4). Laburan (berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya).
Asal kata janur
Janur, diambil dari bahasa Arab "Ja'a Nur" (telah datang cahaya). Adapaun bentuk fisik kupat yang segi empat adalah ibarat hati manusia. Saat orang sudah mengakui kesalahannya, maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki. Kenapa? Karena hatinya sudah dibungkus cahaya (Ja'a Nur).
ADVERTISEMENT
Asal kata lepet
Lepet = silep kang rapet. Mari kita kubur/tutup yang rapat. Jadi setelah mengaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.
Dari sini, kita semakin mengetahui betapa besar peran para walisanga dalam memperkenalkan agama Islam kepada masyarakat awam di Jawa waktu itu yang tidak paham bahasa Arab. Inilah cara dakwah yang mengajak, tanpa harus menginjak pemahaman atau kebodohan masyarakat.
 
Sumber
1. http://www.dutaislam.com/2016/07/filosofi-ketupat-dan-lepet-warisan-walisanga.html
2. picjepara.com