Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Peran Preservasi Perpustakaan Nasional Terhadap Pelestarian Bahan Pustaka
25 Juni 2023 20:24 WIB
Tulisan dari Ahmad Saepuloh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam Perpustakaan Nasional ada bidang yang menjaga dan melestarikan suatu pustaka dan naskah kuno atau bisa disebut dengan preservasi. Preservasi adalah keseluruhan proses dan pekerjaan perlindungan arsip dari kerusakan atau unsur perusak dan pemulihan/perbaikan bagian arsip yang rusak. Preservasi meliputi preservasi preventif dan preservasi kuratif. Pelestarian telah menjadi subjek yang menarik dalam beberapa karya dari periode sebelumnya, bahkan sudah lama seja Preservasi, Konservasi, dan Restorasi telah dipelajari secara sistematis sebagai bagian dari ilmu perpustakaan dan informasi. Seiring dengan perkembangannya kemudian bermunculan dalam literatur profesional (Giardullo, 1999).[1] Preservasi menjadi bagian bidang kompleks yang cakupanya berbagai ragam permasalahan, baik dari konteks lembaga warisan budaya, , ekonomi, sosial, maupun pemakainya. preservasi koleksi sangat penting di perpustakaan.
Pelestarian ini mencakup semua aspek administrasi dan keuangan termasuk pengaturan penyimpanan dan kemudahan, pengaturan kepegawaian, Praktik, teknik, dan metode pengawetan bahan pustaka dan informasi yang terkandung di dalamnya. Karena preservasi cakupannya besar, maka preservasi meliputi servis, perbaikan dan pemeliharaan juga reproduksi. Maka bisa dibilang tujuannya pelestarian merupakan upaya yang dilakukan untuk mengawetkan materi pustaka yang dikelola agar tidak mudah rusak dan agar bertahan lama. Terkhusus untuk koleksi koleksi mahal dan langka sebagaimana mestinya agar lebih terjaga kondisinya, dan agar dapat digunakan dalam jangka panjang sehingga lebih banyak pengguna yang dapat memakainya.
ADVERTISEMENT
Semakin pesatnya perkembangan zaman menghasilkan preservasi digital, era digital diawali dengan bekembangnya tiga teknologi, yaitu komputer, komunikasi, dan multimedia. perkembangan ketiga telah membuat muatan informasi dalam komunikasi tidak lagi hanya berupa teks,angka, gambar, melainkan dapat berupa suara, atau bahkan gambar yang bergerak (video,film). Beberapa faktor yang membuat data digital banyak digunakan antara lain :
1. Mudah diduplikasi dan hasilnya sama dengan aslinya.
2. Mudah disimpan dan kemudian diolah atau diproses lebih lanjut.
3. Murah untuk penduplikasian dan penyimpanan
4. Serta mudah didistribusikan, baik dengan media disk maupun melalui jaringan seperti internet.
Preservasi dokumen digital adalah proses memilih, mengadakan, mengelola, melayankan, serta memelihara dokumen atau data digital sehingga dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lama secara internal oleh public sesuai dengan kaidah, norma dan etik yang berlaku. Preservasi digital ini ada dua jenis yaitu preservasi terhadap media yang menyimpan dokumen digital, dan preservasi software dan format penyimpanan.
ADVERTISEMENT
Pelestarian naskah kuno Perpustakaan Nasional RI tidak hanya melakukan pelestarian saja, namun juga memberikan bimbingan kepada tenaga pelestarian terhadap naskah kuno dan memberikan bantuan alat preservasi, sesuai visi pusat preservasi perpusnas yaitu sebagai pusat informasi pelestarian bahan pustaka dan naskah kuno. pusat preservasi terbagi menjadi tiga bidang yaitu bidang konservasi, bidang reprografi, dan bidang transformasi digital.
Sejauh ini preservasi Perpustakaan Nasional sudah banyak melakukan penyelamatan bahan pustaka dan naskah kuno, pada tahun 2023 sekarang pun sudah dari berbagai daerah. Pada tanggal 27 Februari – 3 Maret 2023 puluhan Naskah Kuno langka diselamatkan oleh Perpustakaan Nasional, kemudian dilanjut pada tanggal 7 – 8 maret 2023 Perpustakaan Nasional menyelamatkan Naskah Kuno milik Museum Geologi Kementerian ESDM, lalu pada tanggal 6 – 10 Maret 2023 Perpustakaan Nasional kembali menyelamatkan puluhan Naskah Kuno milik Budaya Etnis Sumatera Barat dan milik Museum Siginjei Provinsi Jambi, lalu pada tanggal 13 – 17 Maret 2023 puluhan Naskah Kuno langka diselamatkan oleh Perpustakaan Nasional secara bersamaan di beberapa tempat yaitu milik Griya Sidmen Gulingan Kabupaten Badung, milik Bapak Kholid sebagai penerima Nugra Jasa Dharma Pustaloka 2022, dan milik Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tanjungpinang Kep. Riau, dilanjut pada tanggal 10 Mei Perpustakaan Nasional melakukan serah terima bantuan alat preservasi kepada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, dilanjut pada tanggal 11 – 12 Mei 2023 Perpustakaan Nasional memberikan bimbingan kepada tenaga pelestarian di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, dan masih ada beberapa lagi kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Perpustakaan Nasional.
ADVERTISEMENT
Dari sini kita ketahui bahwasanya preservasi Perpustakaan Nasional tidak hanya berperan dalam melaksanakan pelestarian tersendiri, namun juga memberikan alat bantu preservasi, memberikan bimbingan, fungsi pembinaan dan supervisi pada kegiatan pelestarian naskah kuno. Ini menunjukan eksistensi preservasi Perpustakaan Nasional dalam menjadi pusat informasi pelestarian bahan pustaka dan naskah kuno.
Baca juga : https://preservasi.perpusnas.go.id/artikel/127/pelestarian-koleksi-langka--dengan-metode-digitalisasi--
Ada tantangan yang harus dihadapi oleh perpustakaan terkait dengan pelestarian koleksi digital, seperti: informasi dalam bentuk digital sulit bertahan dalam jangka waktu yang lama, materi koleksi digital bisa hilang secara tiba-tiba, serta permasalahan lebih kompleks yang berkaitan dengan keotentikan naskah dan hak cipta(Marilyn Deegan dan Simon Tanner 2002). Perpustakaan perlu melestarikan bahan pustaka, alasannya jelas, untuk melestarikan bentuk fisik bahan pustaka dan untuk melestarikan nilai kandungan informasinya. Bahan pustaka memiliki nilai informasi yang tak tergantikan dan karenanya perlu dilestarikan. Penyimpanan fisik memungkinkan buku bertahan lebih lama dan lebih awet. Informasi dapat disimpan oleh media transmisi dalam format mikro dan digital. .
ADVERTISEMENT
Jika pendapat orang dulu menyebut“lebih baik seribu tentara mati daripada satu buku atau satu kitab yang hancur, seribu tentara mati butuh waktu satu tahun untuk satu juta tentara bisa disiapkan, tapi jika satu buku hancur maka butuh waktu satu abad untuk proses pengembaliannya”. Maka dari itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus lebih menjaga dan peduli terhadap segala bentuk ilmu dan sejarah yang ada, karena menciptakan sumber ilmu tidaklah mudah.
Ahmad Saepuloh Mahasiswa aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Manajemen Pendidikan