Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Panduan Bagi Generasi Z Sebagai Pemula Di Pilkada
2 November 2024 15:13 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Ahmad Septian Said tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Memasuki bulan November, para politisi mulai mengencangkan sabuk, pasalnya dalam 25 hari ke depan, Pilkada 2024 akan dimulai. Pilkada serentak tahun ini akan diselenggarakan di 37 Provinsi, 415 Kabupaten dan 93 Kota, meski dalam edisi pilkada tahun ini cukup ada sedikit keriuhan publik berkaitan dengan Undang-Undang Pilkada.
ADVERTISEMENT
Event politik serentak itu pasti akan menyasar para pemilih dari berbagai kalangan, baik dari kalangan intelektual, masyarakat perkotaan bahkan para calon kepala daerah itu sudah pasti akan berebut suara di kalangan anak muda. Tidak lain karena suara anak muda bukan main jumlahnya, meski memang akan berbeda-beda di setiap daerah, akan tetapi suara anak muda selalu menjadi primadona bagi para politisi dalam beberapa pekan ke depan.
Politik adalah sebuah metode yang harus menembus batas-batas ruang, waktu bahkan usia. Meski pada realitanya kepentingan politik partai dengan kepentingan masyarakat lebih sering tak selalu sejalan. Namun, masyarakat kita tetap menunjukkan minatnya pada politik bahkan keikutsertaannya pada pemilihan umum kian hari kian meningkat jumlahnya.
Apalagi sejak memasuki era media sosial yang kian masif, keterlibatan dan perdebatan politik mulai mengisi ruang-ruang media sosial. Perbincangan politik yang terjadi di kampus-kampus atau bahkan di ruang kelas makin hari makin berkurang. Generasi muda yang mendominasi media sosial secara tidak langsung membawa diskusi itu ke dalam gaya berkomunikasi mereka.
ADVERTISEMENT
Jika melihat peningkatan jumlah penduduk Indonesia khususnya pada generasi muda yang memasuki usia wajib memilih maka tahun ini menurut data dari BPS terdapat kurang lebih 30 juta jiwa penduduk yang berusia 17-24 tahun. Dan harus diakui bahwa mereka merupakan generasi kelahiran tahun 1997-2012 dimana dalam beberapa istilah populer disebut Generasi Z.
Oleh karena status generasi Z yang sudah memasuki usia wajib memilih, dan boleh jadi ini adalah kali pertamanya ikut serta dalam event politik. Maka perlu kiranya para gen Z memahami beberapa panduan untuk dapat dikatakan sebagai generasi yang melek politik. Sehingga, keterlibatannya bukan hanya sekadar memenuhi kewajiban untuk datang ke TPS melainkan sebagai bagian dari insan politik yang memilih karena mengharapkan kebaikan bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Cek Status Diri Sebagai Pemilih
Keabsahan untuk memilih ditunjukkan dengan terdaftarnya nama kita pada DPT (Daftar Pemilih Tetap). Untuk dapat memastikan apakah kita terdaftar di DPT, pengecekannya dapat dilakukan dengan cara online atau kita bisa datang langsung ke kelurahan atau kantor desa tempat kita tinggal. Pastikan juga di Tempat Pemungutan Suara (TPS) mana nama kita terdaftar, karena terkadang dapat terjadi orang dalam satu keluarga TPS-nya bisa berbeda.
Kritis Terhadap Informasi Dari Sumber Manapun
Pada masa-masa seperti ini, politik bisa menjadi arena pertarungan yang kotor. Saling serang dan hujat di antara para pendukung masing-masing calon mungkin saja terjadi. Meski tidak dilakukan secara langsung oleh tokoh politiknya, biasanya kampanye hitam dijalankan oleh barisan pemenangan masing-masing calon. Di tengah semakin masifnya arus informasi dan mudahnya kita mengakses internet, akan terbuka pula kemungkinan semakin banyak kita menerima berita-berita politik yang diproduksi untuk menjatuhkan karakter satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, sebagai generasi muda yang baru memulai pengalamannya mengikuti pilkada, disarankan agar jangan mudah percaya terhadap informasi yang sampai kepada layar handphone kita. Penting bagi gen Z memiliki sikap skeptis agar terhindar dari kekeliruan informasi.
Telusuri Jejak Calon Pemimpin yang Akan Dipilih
Sebagai generasi dengan karakteristik digital native, menelusuri latar belakang dan jejak digital calon pemimpin bukanlah hal yang sulit bagi gen Z. Selain itu, mengetahui latar belakang calon dapat membantu kita dalam mempertimbangkan pilihan. Informasi itu memudahkan kita menilai seberapa cocok dan pantasnya calon kepala daerah yang hendak dipilihnya dalam memimpin suatu daerah. Penting juga mengetahui pasangan calon berasal dari partai mana, sebab dengan begitu kita dapat menyimpulkan kemana arah ideologinya.
ADVERTISEMENT
Rekam jejak adalah bukti nyata yang melekat pada profil setiap calon pemimpin daerah, apa yang pernah ia kerjakan sebelumnya bukanlah isu yang dapat ditepis, melainkan kenyataan. Termasuk apabila ada calon pemimpin yang pernah terjerat kasus korupsi, maka sebaiknya urungkan niat untuk memilihnya. Jangan lupa, cek juga berapakah harta kekayaannya, serta apakah calon pernah melakukan pelanggaran etik atau memiliki jejak konflik kepentingan.
Sesekali Tonton Debat Publik Calon Kepala Daerah
Seorang pemimpin dapat terlihat gaya kepemimpinannya dari bagaimana caranya berkomunikasi. Debat yang diselenggarakan masing-masing KPU daerah bermaksud setidaknya agar membuka ruang publik melihat gaya bicara dan berdiskusinya. Mungkin, pertimbangan akan gaya komunikasi dapat membuat gen Z menentukan pilihan. Melalui debat, gen Z dapat menilai siapa calon yang memiliki ide serta gagasan yang kuat, juga bagaimana menarasikan itu untuk daerah tempatnya tinggal.
ADVERTISEMENT
Ide serta gagasan atau yang lebih sering diejawantahkan ke dalam visi misi, merupakan daya jual yang nyata bagi calon pemimpin. Maka, penting sekali mengetahui visi misi yang hendak dicapai saat calon pemimpin ini terpilih kelak. Setelah mengetahui itu semua tentukanlah ide dan gagasan calon mana yang memiliki lebih banyak kesamaan dengan gagasan yang kita miliki.
Upaya Golput
Bagi gen Z apakah golput merupakan pilihan yang tepat? Jawabannya tentu tidak, meski golput pada akhirnya adalah memilih untuk tidak menentukan pilihan. Sebab golput secara tidak langsung akan menentukan kepemimpinan jatuh di tangan pilihan orang lain, yang bisa jadi pilihan orang lain itu hasil dari rekayasa atau laku politik yang salah. Gunakanlah hak suara itu meski kita terkadang merasa ragu dengan hasilnya, setidaknya gen Z yang baik ialah generasi yang konsekuen dengan pilihannya.
ADVERTISEMENT