Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Apakah Bacaan Cetak Masih Penting pada Masa Kini?
5 April 2021 21:50 WIB
Tulisan dari Ahmad Sulton Ghozali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bacaan secara cetak bukan lagi menjadi satu-satunya eksistensi dalam bacaan masyarakat. Dengan kepintarannya menggunakan teknologi, peradaban manusia kemudian menciptakan bacaan dalam bentuk elektronik. Inovasi tersebut tentu mempertimbangkan pengguna perangkat elektronik yang semakin meningkat dari masa ke masa. Dengan perkembangan literatur yang semakin canggih, apakah hasil bacaan yang dimuatnya setara dengan bacaan cetak? Mengapa bacaan cetak masih dianggap penting?
ADVERTISEMENT
Faktor Wujud, Akses, dan Penyimpanan
Bacaan cetak memang lebih susah diakses karena harus didapatkan secara fisik. Tidak setiap orang mempunyai akses untuk mendapatkannya, seperti toko buku atau loper koran. Belum lagi wujud fisiknya yang rentan rusak, mulai dari robek, basah, menjamur, hingga terbakar. Semakin banyak bacaan cetak yang terkumpul juga membutuhkan lebih banyak ruang fisik untuk menyimpannya. Itulah sebabnya perpustakaan dan toko buku biasanya berukuran besar.
Berbeda dengan bacaan elektronik yang lebih ringkas disimpan, baik secara fisik sekecil kartu hingga fitur cloud yang seolah-olah tidak ada wujud fisiknya. Selama memegang perangkat yang menyimpan bacaan-bacaan elektronik tersebut atau terkoneksi secara daring, mudah untuk membacanya tanpa batas jarak dan waktu. Meskipun tidak akan rusak seperti bacaan cetak, ancaman dalam penyimpanan elektronik juga secara elektronik, seperti terhapus, serangan siber, atau kesalahan sistem dalam perangkat elektronik itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Faktor Penerbitan
Penulis juga sudah diuntungkan dengan kemudahan teknologi daring. Bacaan elektronik dapat langsung "diterbitkan" secara langsung oleh penulisnya dan diakses dengan mudah, seperti artikel-artikel dalam situs pribadi yang dapat dibuat secara gratis. Penyebarannya juga dapat dilakukan secara masif dengan media sosial, seperti Instagram atau Twitter. Jika bacaannya ingin terkumpul seperti halnya buku, terdapat aplikasi menulis dan membaca buku. Cara-cara daring seperti ini memang lebih murah dan mudah karena penulis juga bertindak sebagai editor hingga redaktur untuk menerbitkan tulisannya sendiri.
Pada awalnya, proses kurasi yang biasa terjadi dalam penerbitan cetak konvensional memang lebih melelahkan, namun hasilnya cukup adil. Ketika diterbitkan oleh suatu penerbit atau media berita, bacaan tersebut secara tidak langsung mendapatkan pengakuan sebagai "layak baca". Lembaga penerbitan konvensional tersebut tentu mampu menyeleksi tulisan-tulisan yang dinilai unggul dengan pertimbangan ideologinya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Suatu penerbit/media berita dapat disebut sukses jika setidaknya memiliki basis pembaca tersendiri. Kepercayaan pembaca tersebut juga menjadi nilai tambah yang tidak didapatkan oleh para penulis yang hanya dinilai layak baca menurut pandangannya sendiri. Lantas, apakah berarti bacaan cetak lebih bernilai? Belum tentu.
Mari melihat kembali ke penerbit/media berita konvensional yang sudah beradaptasi saat ini. Mereka tidak lagi bergantung dengan produk cetak. Untuk meraih pembaca di dunia maya, terdapat situs web media berita supaya pembaca dapat mengakses secara mudah. Beberapa penerbit juga menyediakan buku elektronik (e-book) yang dapat diunduh atau dikirim langsung ke perangkat milik pembelinya. E-book juga lebih ekonomis karena tidak keluar biaya percetakan hingga pengiriman secara fisik.
Bukan berarti pula penulis yang berangkat dari media daring tidak kalah populer dengan penulis yang biasa lalu lalang di media cetak. Beberapa penulis terkenal justru berangkat dari kepopuleran di media sosial. Beberapa penerbit pada akhirnya berkenan untuk menerbitkan karyanya karena jumlah pengikut di akun media sosial penulis tersebut. Beberapa penulis media cetak juga turut menggunakan media daring supaya dapat menjangkau pembaca secara lebih luas.
ADVERTISEMENT
Dari faktor wujud hingga penerbitan, bacaan elektronik bisa setara dengan bacaan cetak, bahkan lebih baik. Akan tetapi, faktor-faktor tersebut pada akhirnya akan kembali mempertanyakan kualitas bacaan itu sendiri. Apakah bacaannya berbobot, baik dari segi penyajian bahasa hingga pembahasannya? Apakah bacaannya relevan dengan standar masyarakat saat ini sebagai pembacanya? Kualitas tersebut seharusnya tetap menjadi syarat utama, bahkan sejak berangkat dari penulisnya sendiri.
Apakah Bacaan Cetak akan Segera Hilang?
Dengan kemudahan teknologi tersebut, mungkin bacaan cetak akan tersingkir seluruhnya. Akan tetapi, tidak dipungkiri jika masa depan akan berkata sebaliknya.
Masalahnya, bacaan cetak tidak semudah itu dapat tersingkir dari literatur manusia. Setidaknya untuk saat ini. Tidak ada yang menggantikan sensasi dan aroma buku cetak, apalagi yang baru dibeli. Tidak semua orang nyaman membaca bacaan dalam layar karena masalah polusi cahaya dan aspek berbahaya bagi kesehatan mata. Tidak setiap daerah mempunyai akses untuk mendapatkan perangkat elektronik dan jaringan internet yang memadai, apalagi mudah mendapatkan bacaan cetak. Tentu masih banyak faktor-faktor lainnya yang meragukan bacaan elektronik atau pemerataan infrastruktur teknologi itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, masalah yang lebih penting saat ini bukan bentuk bacaan yang lebih baik, melainkan kemudahan akses terhadap kebutuhan bacaan menjadi adil bagi setiap orang. Baik cetak maupun elektronik, bahkan jika keduanya dapat diakses dengan mudah, justru akan terasa lebih baik. Inilah yang masih menjadi tugas yang belum selesai, entah kepada siapa yang merasa bertanggung jawab atasnya.