Menghadapi Tantangan Bersama: Sebuah Petualangan Ngabuburit

Ahmad Syamil Fikri
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang
Konten dari Pengguna
21 Maret 2024 20:18 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Syamil Fikri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jalanan Daerah Blimbing, Malang dari atas MCC / Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Jalanan Daerah Blimbing, Malang dari atas MCC / Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sore-sore di bulan Ramadhan itu paling enak dibuat ngabuburit berburu takjil di masjid berkupon “Nasi Kotak” untuk berbuka puasa atapun sekedar jalan-jalan santai mengelilingi jalanan kota Malang, Senin itu, Aku sedang membuat konten untuk proker pertamaku di organisasi internal kampus dan berencana akan melakukan cek lokasi untuk pameran.
ADVERTISEMENT
Selepas membuat konten, ada rasa bimbang di hati untuk iku serta dalam cek lokasi tersebut karena beberapa alasan. Pertama sebagai anak rantau baru di Malang, aku masih kurang hafal jalanan dan tempat-tempat di Malang ini.
Kedua, aku tidak membawa helm karena jalanan dari kontrakan dimana aku tinggal sampai ke kampus cukup aman sehingga aku terbiasa tidak membawa helm setiap pergi ngampus. Karena juga merasa perlu datang ke lokasi unuk keperluan dekorasi, akhirnya aku memberanikan diri pergi bersama rekan tim di organisasi untuk tetap pergi sembari menikmati syahdunya sore di Kota Malang ini.
Tepat setelah membuat konten, rekan timku masih memperdebatkan masalah untuk berbuka dulu atau pergi ke lokasi terlebih dahulu karena waktu berbuka hanya tinggal satu jam lagi. Kalau pergi ke lokasi dulu alasannya nanti bingung mau buka di mana dan kalau buka puasa dulu takut terlalu malam sampai ke lokasinya.
ADVERTISEMENT
Setelah perdebatan kecil itu akhirnya diputuskan untuk ke lokasi dulu dan untuk berbuka bisa cari di jalan. Toh, tempat makan di Malang cukup banyak.
Dengan keberanian yang sudah terkumpul, aku pun berangkat juga ke gedung MCC (Malang Creative Center) untuk melakukan cek lokasi yang nantinya dipakai untuk pameran. Aku berangkat tanpa membawa helm dan surat-surat yang harus dibawa ketika berkendara.
Bermodal motor matic yang kupinjam dari teman, ku susuri jalanan sore kota Malang yang lumayan padat dengan mereka yang baru pulang kerja serta para pelajar yang juga hendak pulang.
Sebagai anak rantau yang masih sedikit awam dengan jalanan Malang, aku mengandalkan rekan timku yang ada di depanku untuk kujadikan pemandu jalan. Awalnya aman-aman saja sampai aku tertinggal beberapa meter karena terhalang mobil sehingga tanpa kusadari sudah sedikit melewati gedung yang kutuju.
ADVERTISEMENT
Sontak langsungku menepi ke sisi jalan bagian kiri tanpa menyalakan lampu lighting kiri untuk putar balik. Namun belum selesai aku membelokkan motor yang kukendarai, tampak bapak-bapak berseragam coklat rapi menghampiriku dan menyuruhku untuk memarkirkan motor tepat di samping pos dimana bapak tadi keluar.
Tanpa disadari aku berhenti di depan pos polisi yang sedang bertugas. Beliau menanyakan mengapa aku tidak mengenakan helm dan berhenti seenaknya dan tak lupa juga menanyakan surat-surat yang harusnya kubawa saat bermotor.
“Mampus aku,” batinku ketika disuruh masuk ke dalam pos karena lengkap sudah pelanggaranku.
Hatiku campur aduk karena ini adalah kali pertamaku ditilang polisi dan motor temanku yang menjadi korban. Rasa bersalah kepada temanku merusak pikiranku hingga aku mengiyakan apa yang dikatakan pertanyaan-pertanyaan saat diintrogasi dan alhasil motor temanku ditahan selama sebulan lebih. Beliau berkata supaya motor tersebut diambil setelah sidang setelah masa yang ditentukan tadi.
Ruangan Semi Outdoor lantai 3 MCC (Malang Creative Center) / Dok. Pribadi
Pasca introgasi kulihat handphoneku ternyata ada empat panggilan tak terjawab dari rekan timku. Tampaknya mereka tidak tahu kalau aku tengah ditilang dan diintrogasi di dalam pos polisi.
ADVERTISEMENT
Kuhampiri mereka yang tengah menungguku di tangga masuk MCC. Kuceritakan apa yang telah terjadi dengan raut muka yang sudah tampak lelah dan bingung. Rekanku menanggapi peristiwa apes itu dengan mengatakan “Akan lebih cepat jika surat-suratnya sedang ada di Malang!”
Memang benar kata rekanku, proses ditahannya motor temanku itu akan lebih cepat selesai jika suratnya tak dibawa bertugas di luar kota. Tapi Aku mengganggap kejadian itu adalah murni kesalahanku atas remehnya Aku dengan hal kecil ketika berkendara.
Mengingat waktu Maghrib sudah dekat, aku dan rekan-rekan timku melanjutkan rencana awal kami datang ke MCC, yaitu melakukan cek lokasi yang akan dipakai pameran nanti. Setelah menaiki eskalator menuju lantai 3, aku rasa ruangan yang akan dipakai cukup luas dan cocok untuk digunakan pameran dan ada dua tempat di lantai 3 tersebut yang akan kami pakai. Satu tempat indoor untuk dipakai pameran dan satu tempat lagi semi outdoor yang akan ditempati panggung acara.
ADVERTISEMENT
Setelah dirasa cukup melihat detail-detail ruangan, tiba waktunya untuk mencari tempat untuk berbuka puasa dan melengkapi lemaslahatan perut ini. Dengan berjalan kaki kami susuri pinggiran jalan Kota Malang ini sembari mencari menu berbuka hingga sampai di mana ada warung bakso yang berhadapan dengan kan jual sate.
Sebenarnya aku lebih ingin mengisi perut laparku ini dengan sate, tapi apalah daya jika rekan-rekanku lebih ingin pergi menikmati bakso jadi seperti apa yang dikatakan teori spiral of silence maka suara minoritas cenderung diam dan tidak menyuarakan pendapatnya kepada suara mayoritas. Dan bukber dadakan pun terjadi dengan menikmati bakso jumbo di daerah Blimbing itu sambil berfoto ria dibantu kang bakso yang ramah.
Tak ada makanan yang lebih nikmat jika dibandingkan dengan makanan yang dimakan bersama-sama. Namun di tengah menikmati lezatnya pentol bakso itu salah satu rekanku heboh sendiri karena kontak motornya tidak ada, entah jatuh di jalan atau tertinggal di MCC tadi ketika cek lokasi kita tidak tahu. Lagi-lagi hal apes datang kembali, karena itu kesepakatan bersama untuk kembali untuk kembali ke MCC untuk mencari kontak tersebut.
ADVERTISEMENT
Dari lantai 2 tempat awal kami berkumpul dan masuk sampai tempat terakhir yang kami kunjungi di lantai 4 tidak membuahkan hasil. Kunci motor itu tak kunjung kami temukan sehingga diputuskan untuk sholat maghrib dulu. Setelah mencari untuk yang kedua kalinya namun dengan hasil yang sama maka jalan terakhir adalah mendatangi bagian administrasi di lantai 2. Syukur punya syukur ternyata kata administrasi untuk menemui security yang kebetulan menemukan kontak motornya. Hampir saja tidak bisa pulang karena kunci motor itu.
Hari itu adalah hari yang begitu melelahkan karena ngabuburit kali ini ngabuburit bareng “apes”. Namun dibalik itu semua ada kesadaran yang muncul untuk tidak meremehkan hal-hal kecil karena hal kecil itu bisa menjadi masalah besar. Dan dalam berkendara bukan lagi masalah wajib tidak wajibnya memakai helm atau membawa surat-surat tapi keselamatan diri inilah yang lebih penting, dan dengan adanya kesalahan ini bisa menjadi pelajar bagiku untuk selalu berhati-hati dalam melakukan sesuatu.
Mahasiswa dengan suasana sore di luar MCC / Dok. Pribadi