Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Mahasiswa KKN BBK 5 UNAIR Kenalkan Maggot sebagai Solusi Kelola Sampah Organik
29 Januari 2025 10:23 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Ahmad Syarifudin Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Desa Sebayi, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun, selama ini menghadapi permasalahan serius terkait pengelolaan sampah. Bagi sebagian besar masyarakat, cara paling praktis untuk menyingkirkan sampah rumah tangga adalah membakarnya. Namun, siapa sangka solusi sederhana ini justru menciptakan polusi udara yang merugikan lingkungan sekitar.
ADVERTISEMENT
Menyadari hal tersebut, sekelompok mahasiswa Universitas Airlangga yang tengah menjalani Kuliah Kerja Nyata Belajar Bersama Komunitas (KKN BBK) hadir membawa gagasan baru. Mereka memperkenalkan maggot, larva dari lalat tentara hitam, sebagai solusi efektif untuk mengelola sampah organik.
Pada Kamis (9/1/2025), mahasiswa UNAIR menggelar sosialisasi di Desa Sebayi yang dikemas dalam program kerja SPPS (Sosialisasi Pemilahan dan Pengelolaan Sampah). Dalam kegiatan ini, mereka menjelaskan bahwa maggot mampu mengurai berbagai limbah rumah tangga seperti sisa sayur, daging, dan makanan basi berkat sifatnya sebagai pemakan segala atau omnivora.
Tak hanya efektif dalam mengatasi sampah, maggot juga menawarkan manfaat tambahan. Kandungan proteinnya yang tinggi menjadikannya pakan bernutrisi bagi ternak seperti ayam dan ikan. Selain itu, residu yang dihasilkan maggot bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang kaya mineral.
ADVERTISEMENT
Program ini mendapat respons positif dari masyarakat. Salah satunya Ibu Murti, warga Desa Sebayi, yang menyambut baik inovasi tersebut.
“Sebelumnya semua sampah dapur pasti dibakar. Kalau plastik masih bisa dijual ke pengepul, tapi kalau pakai maggot mungkin sampah dapur bisa lebih bermanfaat, apalagi saya punya ternak ayam dan kebun di rumah,” ujarnya.
Najla Ghaisani, Ketua Program Kerja SPPS sekaligus mahasiswa Teknik Lingkungan UNAIR, menyebut bahwa solusi ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga ekonomis.
“Kami pikir maggot adalah jalan keluar yang inovatif. Selain ekonomis, masyarakat juga bisa menjual hasil panen maggot yang bernilai jual tinggi. Jadi program ini bukan cuma menyelesaikan masalah lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi,” jelas Najla.
ADVERTISEMENT
Najla, mewakili Mahasiswa UNAIR, berharap bahwa pemerintah setempat dapat mendukung optimalisasi pelaksanaan solusi inovatif ini agar dapat memperbaiki kualitas lingkungan di Desa Sebayi sekaligus membuka potensi lahirnya industri dan potensi perekonomian baru di Desa Sebayi, Kabupaten Madiun.