Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Manuskrip Digital: Hikayat Raja Dentajaya dari Negeri Sentapuri
10 Desember 2020 5:15 WIB
Tulisan dari Ahmadar Ega Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Zaman sekarang adalah zaman yang semuanya serba digital, baik koran digital, berita digital dan masih banyak lain yang serba digital. Zaman digital seperti saat ini secara tidak langsung memberikan dampak positif terhadap kehidupan kita. Salah satu dapak positif yang dapat kita rasakan adalah kita dapat menemukan naskah-naskah kuno yang selama ini sudah hilang atau rusak bentuk fisiknya dapat kita temukan dalam bentuk digital. Sebelum berbentuk digital seperti saat ini, naskah-naskah kuno haruslah melewati proses yang disebut pendigitalisasian, barulah setelah itu naskah dapat kita temukan dalam bentuk digital. Naskah-naskah yang sudah digitalkan ini biasanya tersimpan aman dalam situs-situs digital yang memuat naskah kuno atau manuskrip.
ADVERTISEMENT
Apa itu manuskrip atau naskah kuno?
Menurut channel Youtube Cinta Manuskrip Nusantara yang berjudul “2-Manuskrip Nusantara dan Tradisi Intelektualisme Islam” manuskrip itu didefinisikan sebagai bahan fisik yang digunakan sebagai alas penulisan sebuah naskah kuno. Naskah kuno atau manuskrip itu haruslah bertuliskan tangan dan tidak dicetak, jika bertuliskan tangan tetapi dicetak maka naskah tersebut tidak dapat dibilang sebagai naskah kuno, karena naskah kuno atau manuskrip itu harus dan wajib tulisan tangan dan tidak dicetak. Selain itu manuskrip juga dapat dibilang sebagai rekaman masa silam, karena pada zaman dahulu saat orang ingin merekam semua memori yang diingatnya mereka melakukannya dengan cara menulis sebelum munculnya zaman cetak.
Dalam buku Oman Fathurahman, yang berjudul Filologi Indonesia, padanan kata naskah adalah al-makhtutat (Arab) yang didefinisikan sebagai: al-kutub al-maktubah bil yad (buku yang dihasilkan melalui tulisan tangan), dan manuscript (inggris) yang didefinisikan sebagai: a book, document, or other composition written by hand (buku, document, atau lainnya yang ditulis tangan). Manuscript berasal dari bahasa latin : manu dan script, yang secara harfiyah berarti ‘tulisan tangan’(written by hand).
ADVERTISEMENT
Khastara dan Hikayat Raja Dentajaya dari Negeri Sentapuri
Banyak sekali situs-situs digital yang menyimpan berbagai macam naskah kuno atau manuskrip-manuskrip yang sudah digitalkan, salah satunya adalah Khastara. Khasanah Pustaka Nusantara (Khastara) adalah sebuah pintu pencarian tunggal untuk semua koleksi digital Perpusnas RI. Portal ini menampilkan informasi detail koleksi dengan lengkap yang mendukung format PDF Flip agar mudah dibaca.
Khastara sebagai salah satu situs penyedia naskah kuno atau manuskrip yang sudah digitalkan mempunyai ribuan koleksi naskah kuno. Salah satu naskah kuno atau manuskrip yang terdapat dalam koleksi Khastara adalah Hikayat Raja Dentajaya Dari Negeri Sentapuri. Naskah ini dilengkapi katalog id: 241843 dengan BIBID: 0010-36447360 dan nomor kontrol: INLIS000000000162198. Naskah ini memiliki nomer panggil: W 155. Naskah ini dimuat dalam koleksi Khastara Perpustakaan Nasional pada tanggal 03-06-2009. Naskah ini mengunakan bahan naskah Kuno. Selain itu naskah ini memiliki 50 halaman dengan ukuran sampul sebesar 19,5 x 31 cm dan ukuran blok teks sebesar 11,5 x 22,5 cm, dan terdapat 17 baris dalam setiap halaman. Dalam penulisannya Naskah ini menggunakan bahasa melayu dan beraksara arab, naskah ini pun ditulis menggunakan tinta yang berwarna hitam. Dilihat dari naskah yang sudah digitalkan, naskah ini terlihat masih bagus, dan tulisannya pun dapat terbaca secara jelas, dalam naskah meta data yang terdapat dalam Khastara tidak diketahui kapan naskah ini dibuat. Naskah Raja Dentajaya dari negeri Sentapuri dapat diakses melalui link berikut: https://khastara.perpusnas.go.id/landing/detail/241843/1
ADVERTISEMENT
Pada Awal teks naskah ini bertuliskan : Bismillahi r-Rahmani r-Rahim. Wabihi nasta’in billahi ‘ala. Ini hikayat peri pada menyatakan ada sebuah raja di dalam negeri Sentapuri namanya negeri itu ... sedangkan di akhir teks naskah ini bertuliskan: Setelah itu maka tersebutlah baginda raja itu sesudahnya pulang dari Mekkah
Naskah ini berisi kisah tentang raja Dentajaya dari negeri Sentapuri, seorang raja besar yang tidak pernah melakukan ibadah kepada Tuhan. Ia mempunyai 3 orang istri, yaitu Raja Dewi, Lela Sari, dan Gandarawati. Pada suatu ketika, tanpa alasan tertentu raja Dentajaya menceraikan Raja Dewi sehingga istrinya itu menderita. Sementara itu diceritakan tentang saudagar Hanafi dari negeri tetangga. Ia mendengar berita tentang Raja Dewi yang hidupnya disia-siakan raja, dan ia bermaksud melamarnya.
ADVERTISEMENT
Naskah ini merupakan salah satu naskah yang cukup bagus untuk dikembangkan dan diteliti lebih dalam lagi. Apalagi naskah ini membahas tentang seorang Raja yang tidak pernah beribadah kepada Tuhan, seperti yang kita ketahui semua ini adalah pemberian tuhan, baik kekayaan maupun kekuasaan, tetapi ada seorang raja yang tidak pernah beribah kepada tuhan bagaikan kacang yang lupa kulitnya, dan naskah ini pun cukup menarik membahas tentang Raja yang membiarkan istrinya menderita, dengan segala kekayaan dan kekusaan yang dipunyainya ia tidak memberikan kebahagiaan terhadap istrinya melainkan membuatnya menderita, hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang raja.
Banyak sekali manuskrip-manuskrip yang perlu penelitian lebih lanjut, bukan hanya hikayat Raja Dentajaya dari negeri Sentapuri, tetapi masih banyak manuskrip lain yang perlu diteliti, ditambah lagi sudah banyaknya situs-situs yang menyediakan naskah-naskah kuno yang sudah digitalkan membuat kita lebih mudah melakukan penelitian tanpa harus mencari dimana keberadaan naskah itu berada. Dengan kita meneliti manuskrip yang ada sama saja kita melakukan pelestarian terhadap manuskrip-manuskrip tersebut. Karena manuskrip yang ada perlu dan sangat membutuhkan kita semua agar tetap terjaga dan tidak hilang dengan berkembangnya zaman.
ADVERTISEMENT