Orang Pinggiran dan Akses Internet Jual Beli Organ

Ahsani Taqwim A
Pembelajar Media dan Komunikasi, Universitas Pakuan Bogor
Konten dari Pengguna
17 Januari 2023 9:56 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahsani Taqwim A tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pelaku pembunuhan M. Fadli Sadewa, bocah Makassar yang dibunuh untuk diambil ginjalnya. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pelaku pembunuhan M. Fadli Sadewa, bocah Makassar yang dibunuh untuk diambil ginjalnya. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Ketika anak dan remaja Indonesia sedang bergelut dengan permainan lato-lato dan regulasi yang mulai mengintai, dua remaja di Makassar, Sulawesi Selatan, menculik dan membunuh seorang anak usia 11 tahun dengan tujuan untuk mengambil dan menjual organ tubuh korban.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya pelaku tidak berhasil mengambil organ tubuh yang ditarget sebelumnya, namun hal tersebut telah memakan korban meninggal.
Dikutip dari kumparan, kedua pelaku yang masih berusia 18 tahun dan 17 tahun ini membunuh lantaran terpengaruh situs jual beli yang diakses melalui Yandex, sebuah mesin pencari buatan Rusia, di mana mereka dapat mengakses dan mendapatkan informasi bahwa organ tubuh manusia ditawar hingga jutaan dolar.
Pertanyaan awal saya adalah apakah seterbuka itu informasi tersebut, atau apakah untuk mengakses situs yang dimaksud melalui Yandex perlu pengetahuan dan keterampilan khusus di bidang teknologi dan informasi?
Ilustrasi Jual-Beli. Foto: Shutterstock
Asumsi saya sampai saat ini untuk menjawab pertanyaan tersebut—dengan melihat latar belakang kedua pelaku adalah tidak sesulit itu untuk mengakses dan terpengaruh informasi di situs jual beli organ manusia.
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi akan dimanfaatkan oleh manusia untuk memudahkan proses komunikasi antar mereka. Determinasi teknologi ini menurut Marshall McLuhan (1962) cepat atau lambat akan mengubah perilaku dan budaya manusia.
Hal ini menjadi salah satu faktor yang menjadikan kasus perdagangan organ manusia secara ilegal semakin tak terkendalikan.
Donor organ tubuh manusia adalah fenomena global yang semakin pesat dipraktikkan karena perkembangan teknologi kedokteran yang semakin maju.
Ilustrasi TKP pembunuhan. Foto: Shutterstock
Namun di sisi lain, kebutuhan dan ketersediaan menyebabkan praktik ini menjadi bagian dari kejahatan dan sisi gelap dari globalisasi. Organ tubuh vital yang tersedia secara legal belum cukup untuk memenuhi permintaan yang menyebabkan munculnya bisnis-bisnis gelap, seperti jual beli organ manusia kepada si kaya yang bersedia membayar berapa pun untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, hal ini merupakan jalan pintas untuk mengakali ketat dan terbatasnya penyimpanan serta pengawetan organ vital, di saat pasien yang sedang sekarat selalu membutuhkan donor organ vital yang segera dapat ditransplantasikan untuk tetap hidup.
Kehadiran internet memberikan manusia kemudahan dalam berkomunikasi termasuk dalam jual beli. Di Amerika pertumbuhan internet yang sangat pesat meningkatkan komunikasi berbasis web di masyarakat yang secara paralel juga meningkatkan permintaan untuk transplantasi ginjal, sebagaimana dibuktikan oleh data United Network for Organ Sharing (UNOS).
Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Campbell Fraser (2016) dalam riset yang berjudul An analysis of the emerging role of social media in human trafficking, diketahui bahwa jumlah ginjal yang dijual di media sosial meningkat sejak 2010.
Ilustrasi internet nirkabel. Foto: Shutter Stock
Ada pergeseran yang nyata pada proses transaksi jual beli organ manusia dari transaksi langsung ke transaksi melalui internet atau situs web.
ADVERTISEMENT
Tentu tren ini bukan hanya terjadi di negara maju, namun menjadi tren global seiring menjamurnya penggunaan internet di seluruh dunia.
Transaksi penjualan organ secara ilegal sebagian besar menggunakan sistem pembayaran dengan mata uang crypto yang keuntungannya digunakan lagi untuk membiayai kejahatan lain.
Dengan Internet, perdagangan gelap ini semakin tidak mudah dilacak dan semakin tersembunyi karena ruang gelap nan luas di internet bernama dark web.
Ilustrasi Netflix. Foto: REUTERS/Dado Ruvic
Bagi para penonton film-film tentang kejahatan media digital di Netflix akan sangat akrab dengan istilah dark web, sebuah sisi gelap yang dianggap sebagai dasar gunung es dari internet yang tidak mudah diakses oleh orang awam.
Jika merujuk pada tulisan karya Romil Rawat dkk. (2022) dengan judul Organ Trafficking on the Dark Web—The Data Security and Privacy Concern in Healthcare Systems, diketahui bahwa tindakan kriminal bisnis organ tubuh manusia yang dijalankan secara ilegal ini dilakukan orang yang memiliki latar belakang pengetahuan dan kemampuan di berbagai bidang. Bahkan keterlibatan dokter bedah adalah bagian dari proses perdagangan organ ilegal.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, belum ada laporan tentang latar belakang pendidikan dan keahlian khusus kedua remaja yang menjadi pelaku pembunuhan anak di Makassar.
Namun keyakinan saya, mereka hanyalah remaja yang kebetulan memiliki gadget dan akses internet untuk bisa mengakses dan menemukan situs jual beli organ dengan iming-iming imbalan miliaran rupiah.
Permainan tradisional lato-lato. Foto: eko gemini/Shutterstock
Hanya itu, tanpa pengetahuan lebih lain. Semudah mencari informasi harga jual beli lato-lato di toko online, mereka mudah menemukan informasi jual beli organ dan dengan sadar juga kemudian tergerak untuk mempraktikkan apa yang mereka baca dan lihat di internet, dengan harapan dapat menjadi kaya.
Karena kejadian ini, Kominfo kemudian melaksanakan fungsinya yakni memblokir tujuh website terkait jual beli organ tubuh, menindaklanjuti permintaan dari Polri.
ADVERTISEMENT
Blokir adalah upaya paling cepat atau hanya itu yang mampu dilakukan oleh Kementerian Informasi dan Komunikasi dalam menangani isu terkini yang melibatkan sistem informasi dan komunikasi kita, seperti internet.
Upaya ini dinilai oleh pakar sebagai upaya yang reaktif terhadap kasus tertentu. Hal ini disayangkan sebab situs jual beli organ bukanlah hal yang baru dan harusnya bisa diblokir sejak awal.
Ilustrasi komunikasi terjaga dengan rekan kerja. Foto: Shutterstock
Respons yang sama kerap dilakukan dalam upaya melawan maraknya pembajakan film, situs pornografi, dan pencegahan terorisme. Tidak sedikit pula argumen pakar hingga hasil penelitian yang menyayangkan cara pemerintah kita merespons kejadian seperti ini dengan cara memblokir website terkait.
Memang memiliki dampak sementara, namun tidak bisa diandalkan sebab situs-situs terkait tidak sepenuhnya hilang, bahkan akan berlipat ganda.
ADVERTISEMENT
Ditulis pada The Guardian tahun 2012 lalu bahwa WHO memperkirakan ada sekitar 10.000 transaksi organ tubuh manusia yang dilakukan di pasar gelap terjadi setiap tahun, cukup menjelaskan bahwa praktik semacam ini bukanlah hal baru.
Pemanfaatan media sosial untuk komunikasi, dalam kasus jual beli organ manusia secara ilegal, selain tujuannya mengurangi biaya dan kontak langsung antara penjual dan pembeli juga menghindari hukum yang berlaku di berbagai negara.
Ilustrasi remaja memakai laptop Apple MacBook Pro. Foto: Buro Millennial via Pexels
Michael P. Heinl dkk. (2019) dalam risetnya yang berjudul A framework to reveal clandestine organ trafficking in the dark web and beyond, diketahui bahwa hingga sekitar tahun 2015 penjualan organ manusia melalui group di media sosial masih dilakukan, sampai akhirnya para pelaku mulai memblokir website dan akun media sosial yang mereka kelola.
ADVERTISEMENT
Langkah ini diambil karena para pelaku menyadari akan risiko jejak digital yang ditinggalkan setelah proses transaksi dilakukan. Kini perantara penjual dan pembeli organ tubuh ilegal masih tetap menggunakan media internet secara tersembunyi.
Mereka memanfaatkan layanan tersembunyi dark web. Walaupun di permukaan masih kerap terlihat situs yang menawarkan hal yang sama.
Tindakan kriminal ini tentu tidak hanya dipengaruhi oleh hadirnya internet atau media sosial, namun juga karena perkembangan ilmu kedokteran, perkembangan alat transportasi, dan pembayaran uang digital dalam rantai gelap penjualan organ manusia tanpa memandang batas negara.
Pelaku pembunuhan M. Fadli Sadewa, bocah Makassar yang dibunuh untuk diambil ginjalnya. Foto: Dok. Istimewa
Dari beberapa artikel berita yang mengangkat kasus pembunuhan anak untuk tujuan menjual organ tubuh korban di Makassar, diketahui bahwa motif pembunuhan tersebut adalah karena faktor ekonomi.
ADVERTISEMENT
Orang tua remaja yang menjadi tersangka pembunuhan tersebut berprofesi sebagai pemulung, yang kini mengaku kehidupannya semakin tidak menentu pasca kejadian perusakan rumah mereka akibat peristiwa pembunuhan oleh anaknya.
Internet memiliki segudang informasi berharga untuk ditiru agar menjadi manusia yang bermanfaat, namun di sisi yang lain juga tersimpan jutaan informasi untuk mencapai tujuan tertentu walau menanggalkan rasa kemanusiaan.
Tanpa pengetahuan yang memadai, regulasi yang seadanya, dan proses edukasi yang tidak merata akan mengantarkan masyarakat ke sisi gelap internet yang semakin hari semakin mudah diakses.
Ilustrasi internet. Foto: Istimewa
Sedikit bergeser ke daerah pelosok, internet menjadi barang mahal di beberapa desa dan pelosok di Indonesia. Internet selalu ditakutkan akan mentransfer budaya global dan akan menggerus budaya lokal di beberapa pedesaan.
ADVERTISEMENT
Sehingga frasa “internet masuk desa” terkesan negatif walaupun pada kenyataannya internet juga bisa dimaksimalkan pula untuk membangun beberapa desa tertinggal.
Seperti yang banyak dirasakan ketika sekolah daring pada masa pandemi. Selain itu internet seyogyanya bisa disandingkan dan dikontrol dengan budaya lokal yang telah mengakar dengan upaya regenerasi nilai budaya masing-masing daerah yang didukung seluruh elemen masyarakat hingga pemerintah.
Membicarakan efek negatif “internet masuk desa” yang selama ini dikhawatirkan, setidaknya setelah kasus di Makassar ini, saya kemudian memiliki kekhawatiran yang lebih besar pada efek internet pada kaum pinggiran kota, di mana pendidikan serta wawasan kaum pinggir kota yang masih cenderung tidak lebih baik dibandingkan dengan masyarakat desa.
Ilustrasi internet nirkabel. Foto: Shutter Stock
Latar pendidikan yang rendah, wawasan yang minim, tergerusnya nilai budaya dan kemanusiaan, serta ekonomi yang menghimpit sedangkan akses internet yang cepat dan gadget yang semakin mudah diakses menjadikan kita perlu memperhatikan tentang literasi digital untuk para kaum pinggiran kota, seiring mengedukasi masyarakat desa.
ADVERTISEMENT
Dari berbagai kekhawatiran yang dirasakan dari internet dan kaitannya dengan dunia kesehatan, kita juga perlu menyadari bahwa peran Internet dalam dunia kesehatan terlihat terus berkembang.
Semakin banyak situs web yang menawarkan berbagai informasi seputar kesehatan, ruang tanya jawab daring antara pasien dan dokter, serta hadirnya berbagai forum konsumen yang tumbuh secara eksponensial dewasa ini.
Efek positif dari internet, termasuk informasi resep obat, hasil uji klinis, dan telemonitoring, telah memberdayakan masyarakat untuk mengambil peran lebih aktif dalam meningkatkan dan menjaga kesehatan mereka. Dan hal ini dapat dirasakan ketika pandemi COVID-19 dua tahun terakhir di Indonesia.