Konten dari Pengguna

Memaknai Cucurak, Tradisi Masyarakat Bumi Pajajaran Jelang Ramadhan

Muslim
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pakuan
16 Maret 2023 16:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muslim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi nasi Liwet Ikan Teri. Foto: Instagram/@uulfarandfavian, @dapoerngeboeldintje
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi nasi Liwet Ikan Teri. Foto: Instagram/@uulfarandfavian, @dapoerngeboeldintje
ADVERTISEMENT
Bulan Ramadhan sebentar lagi, bulan suci bagi umat muslim untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Bukan hanya itu, bulan Ramadhan atau bulan puasa menjadi momen untuk keluarga saling mempererat tali kekeluargaan. Sahur bersama, ibadah sholat bersama, berbuka puasa, hingga ibadah sholat tarawih bersama keluarga adalah hal yang dinantikan dan diharapkan.
ADVERTISEMENT
Sebelum masuk bulan suci, terdapat satu tradisi yang menjadikan ramadhan terasa semakin spesial dan masih dilestarikan oleh warga Bogor atau Jawa Barat pada umumnya. Cucurak adalah sebuah tradisi untuk menyambut bulan suci Ramadhan yang hingga kini masih dilakukan warga.
Cucurak merupakan tradisi masyarakat Bumi Pajajaran atau yang akrab di telinga masyarakat dengan sebutan Bogor. Cucurak adalah tradisi yang biasa dilakukan dengan cara makan bersama sebelum Ramadhan dalam rangka menyambut bulan suci dengan suka cita. Untuk lebih mengetahui tenang cucurak, penulis melakukan wawancara dengan beberapa warga di masyarakat di Kampung Budaya Sindang Barang Bogor. Kampung Budaya Sindang Barang adalah suatu kampung adat Sunda yang terletak di Desa Pasir Eurih Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor.
ADVERTISEMENT
Dari sekian banyak potensi wisata budaya di Bogor Jawa Barat, Cucurak adalah salah satu yang masih tetap bertahan sampai sekarang meskipun sudah banyak budaya-budaya modern yang hadir. Tradisi cucurak semakin menyenangkan dengan hidangan makanan sederhana seperti nasi liwet, tahu, tempe, ikan asin, serta lalapan dan sambal yang disajikan di atas daun pisang. Hidangan itu kemudian dinikmati bersama-sama secara lesehan. Untuk masyarakat Kampung Budaya Sindang Barang Bogor, cucurak bukan hanya sekedar kegiatan kumpul-kumpul dan makan bersama. Tradisi ini dimaknai sebagai bentuk silaturahmi.
Tradisi ngaliwet, makanan dihidangkan di atas daun pisang untuk dimakan bersama. Foto: Shutterstock.com

Senang dan sukaria dengan kesederhanaan menyambut bulan Ramadhan

Cucurak adalah tradisi menyambut bulan puasa yang dilakukan oleh umat Islam yang berada di Bogor Jawa Barat, seperti yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Budaya Sindang Barang Bogor. Tradisi ini biasanya dilakukan beberapa hari sebelum bulan puasa tiba. Dengan menggelar kegiatan makan Bersama oleh seluruh keluarga kampung dengan menu-menu yang sederhana. Cucurak berasal dari kata “curak-curak” yang diartikan sebagai kesengajaan atau suka-suka.
ADVERTISEMENT
Untuk masyarakat Kampung Budaya Sindang Baranag makanan adalah bagian penting bagi kesehatan. Selain itu makanan dan masakan adalah bagian dari sebuah kebudayaan. Sebuah kebudayaan yang juga menjunjung tinggi kesederhanaan akan mengaplikasikan dari masakan dan makanan yang disajikan untuk keluarga dan kerabat. Bukan sekadar sederhana, makanan yang disajikan dalam cucurak juga adalah makanan dengan bahan-bahan segar dan sehat.

Menyatu dengan alam lewat sajian makanan dan tradisi cucurak

Bagi masyarakat Kampung Budaya Sindang Barang Bogor, makanan menjadi salah satu inti dari konsep menyatu dengan alam, yang artinya masyarakat di kampung ini memanfaatkan bahan-bahan makanan dari alam sekitar mereka. Masyakat Kampung budaya Sindang Barang Bogor adalah masyarakat petani.
Bagi mereka, semua makanan ada di kebun. Tanah yang subur dan lingkungan yang bersih menjadikan perkebunan di Bogor mudah di tumbuhi brmacam-macam tanaman. Proses menyatu dengan alam yang dilimpahkan oleh Tuhan yang Esa menjadi alasan masyarakat Bogor merasa harus terus bersyukur dengan berbagi kekeluarga, kerabat dan kesesama.
ADVERTISEMENT

Cucurak perekat keluarga dan kekerabatan

Cucurak menjadi ajang untuk menyajikan hidangan khas kampung halaman sambil berbincang tentang rutinitas yang dilakukan sehari-hari. Cucurak kerap menjadi alasan generasi muda kembali sejenak ke rumah, ke keluarga besar mereka di kampung untuk berkumpul sebelum kembali lagi ke perantauan. Sebagai generasi yang produktif, generasi muda (milenial dan generasi X) akan menyempatkan diri untuk kembali kekampung dan ikut serta dalam acara cucurak sebagai salah satu tradisi menyambut Ramadhan juga sekaligus mengunjungi orang tua dan keluarga besar di kampung halaman. Kembali mengunjungi orang tua, bermaaf-maafan untuk menyambut bulan suci Ramadhan.
Bukan hanya cucurak yang dikenal sebagai tradisi yang masih dipertahankan hingga sekarang. Dikenal pula tradisi "Munggahan' yaitu kegiatan makan bersama yang dilakukan saat menjelang hari raya. Biasanya masyarakat Sunda akan mengundang keluarga, kerabat, atau tetangga juga untuk menikmati hidangan bersama.
ADVERTISEMENT