Konten dari Pengguna

Kepiting dalam Ember

Aidatur Rizqiyati
Seseorang dengan kepribadian INFP-T yang sedang menempuh studi Bimbingan dan Konseling Islam. Tertarik dengan pemikiran kontemporer tetapi tak mengikuti arus di dalamnya. Mencoba menjadi pemilah demi menghindari taklid buta.
23 Oktober 2020 5:47 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aidatur Rizqiyati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Crab Mentality oleh Aidatur Rizqiyati
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Crab Mentality oleh Aidatur Rizqiyati
ADVERTISEMENT

Kepiting dalam Ember menurut Psikologi dan Islam

Ketika segerombolan kepiting hidup dimasukkan dalam satu wadah seperti ember, tentunya akan kita temukan kepiting-kepiting tersebut berebut untuk keluar. Kepiting-kepiting tersebut akan saling tarik menarik dan menginjak kepiting lain agar tujuannya dapat tercapai. Meskipun usaha untuk keluar itu belum tentu dapat berhasil.
ADVERTISEMENT
Teori kepiting dalam ember atau crab mentality akhirnya menjadi istilah kiasan dalam psikologi yang menggambarkan sebuah watak buruk manusia yang didasari oleh keegoisan dan perasaan iri terhadap pencapaian orang lain. Di mana mereka akan berlomba-lomba untuk menghalangi keberhasilan orang lain meskipun itu orang terdekatnya sendiri. Pribadi yang memiliki watak ini akan merasa tidak boleh ada orang lain yang melebihi dirinya.
Dalam kacamata kehidupan, sering kali kita temukan fenomena dari teori ini dalam bentuk-bentuk persaingan, mulai dari persaingan kelompok, individu, bahkan pada lingkup yang lebih luas lagi. Semua berkompetisi untuk menjadi pemenang, juara bahkan dalam perihal kedudukan di berbagai bidang. Sayangnya, hal ini dilakukan dengan proses yang tidak tepat, sebab menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan.
ADVERTISEMENT
Mindset yang tertanam dalam teori kepiting dalam ember yaitu, “Jika saya tidak bisa meraih apa yang saya inginkan, Anda pun tidak dapat meraihnya pula.” Contohnya seperti mengajak teman untuk tidak mengerjakan tugas agar nantinya jika dihukum, ia tidak sendirian. Inilah salah satu penyebab seseorang memiliki mental geng.
Teori kepiting dalam ember ini tentunya menghasilkan hubungan yang tidak sehat dan tidak menguntungkan pihak mana pun. Memang ada kemungkinan orang yang melakukannya akan mendapatkan untung, tetapi apa yang dilakukannya tidak memiliki jaminan akan bertahan lama. Hal ini dikarenakan apa yang ingin dilakukan didasari dengan niatan yang tidak baik.
Ketakutan akan kekalahan, malu jika merasa sendirian, tuntutan dari pengharapan orang-orang, harga diri yang rendah, perasaan iri akan pencapaian, gengsi akan kegagalan, menjadi beberapa faktor penyebab terjadinya teori kepiting dalam ember. Hingga apa yang dihasilkan karena hal ini pun tidak murni karena ingin mencapai keberhasilan, tetapi dikarenakan ingin menjatuhkan lawan. Ironinya, tak melulu tentang lawan, tetapi juga kawan.
ADVERTISEMENT
Niat buruk ini tentunya bertentangan dengan firman Allah Swt. dalam surah an-Nahl ayat 90 yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
Allah Swt. memerintahkan manusia untuk berbuat adil dalam semua aspek kehidupan. Adil dalam segala aspek kehidupan serta melaksanakan perintah Allah dan berbuat ihsan. Adil berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya, mewujudkan kesamaan dan keseimbangan di antara hak dan kewajiban.
Setiap orang memiliki kesempatan untuk berhasil, maka dalam surah an-Nahl tersebut melarang perbuatan keji, mungkar, serta hal-hal yang memicu permusuhan dan pertikaian. Semua dilakukan agar tidak menimbulkan kekacauan, ketidakadilan, bahkan kegoncangan di masyarakat. Hilangnya empati, putusnya persaudaraan, keinginan untuk menjatuhkan orang lain, mengakarnya rasa iri, dengki, hingga keegoisan dalam hati manusiam, dan segala bentuk kezaliman lainnya dapat menimbulkan kehancuran bagi umat manusia.
ADVERTISEMENT
Terkadang kehidupan acap kali tak sejalan dengan apa yang kita inginkan. Setiap apa yang—kita—sebagai manusia usahakan belum tentu dapat berhasil saat itu juga. Manusia hanya dapat berencana, berusaha dan berdoa, sisanya Tuhan yang menentukan. Selalu ada hikmah di balik kejadian yang kita hadapi, baik itu kejadian bahagia, juga kejadian yang dapat membuat kita bersedih.
Apa yang dapat kita lakukan dalam sebuah persaingan sehat adalah saling mendoakan agar apa yang telah tercapai menjadi berkah, ikhlas, bersabar dan tidak berkecil hati. Sebab Tuhan telah memberikan kita kelebihan dengan porsinya masing-masing dan tidak merasa dengki akan keberhasilan yang telah diraih. Kita boleh saja iri, tetapi iri yang tidak menjadikan kita berbuat culas. Iri yang dimaksud adalah iri yang dapat menjadikan kita bergerak maju dan membuat kita memiliki semangat untuk terus melakukan kebajikan.
ADVERTISEMENT