Konten dari Pengguna

"Uangmu Uangku, Uangku Uangku"

Aidil Akbar Madjid - Financial Planner
Youtube Aidil Akbar Channel, IG @aidilakbarmadjid & @aidilakbarofficial Perencana Keuangan, doyan ngomong and nulis (berbagi). Suka coklat & kopi. Fb & twit @aidilakbar
8 September 2017 17:24 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aidil Akbar Madjid - Financial Planner tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pasangan suami istri yang akan bercerai. (Foto: Katarzyna Bialasiewicz)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan suami istri yang akan bercerai. (Foto: Katarzyna Bialasiewicz)
ADVERTISEMENT
Belakangkan ini sedang marak berita tentang kasus pembunuhan diduga berlatar belakang keuangan alias finansial, di mana dari berbagai macam sumber berita didapatkan bahwa terdapat bukti rekaman bagaimana sang korban (istri) semasa hidupnya pernah bertengkar dan mengeluarkan kata-kata kasar kepada sang suami yang berhubungan dengan keuangan dan kekayaan yang kemudian berbuntut pada pembunuhan.
ADVERTISEMENT
Kita tidak sedang membahas tentang kasus hukum tersebut, tidak juga akan mengkritisi kejadian pembunuhan tersebut karena bukan ranah dan wilayah keahlian saya. Akan tetapi yang mengusik adalah, bagaimana sebenarnya pembagian keuangan yang baik didalam suatu rumah tangga? Seberapa besar tanggung jawab suami terhadap pengeluaran rumah tangga? Dan hal-hal lain yang berhubungan dengan keuangan rumah tangga.
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa fakta di lapangan menunjukan bahwa salah satu penyebab utama perceraian di Indonesia adalah karena factor finansial alias uang. Itulah sebabnya membicarakan tentang uang dengan pasangan menjadi sangat penting. Dibutuhkan keterbukaan dan saling mengerti dan menerima keuangan pasangan masing-masing. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya.
Banyak pasangan yang kemudian naik ke jenjang pernikahan tanpa pernah sekalipun membicarakan secara serius tentang keuangan rumah tangga mereka. Siapa yang bertanggung jawab untuk pengeluaran apa, menjadi hal yang tabu. Seakan-akan membicarakan keuangan sebelum menikah menunjukan bahwa seseorang itu masuk kedalam golongan “matre” alias materialistis.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga diperparah dengan banyaknya wanita karir yang bekerja dan mempunyai penghasilan atau bahkan jabatan penting. Jurang pemisah keuangan semakin terbuka lebar ketika sang istri atau calon mempelai wanita ternyata mempunyai penghasilan yang lebih besar dari calon mempelai pria.
Sementara di kalangan masyarakat juga beredar paham bahwa didalam suatu pernikahan, bagi seorang Istri maka "uangmu adalah uangku, sementara uangku adalah uangku", yang artinya kira-kira: meskipun istri bekerja maka penghasilan mereka untuk diri mereka sendiri, sementara seluruh penghasilan suami untuk dirinya. Ini pun masih kontroversial dan banyak pihak yang pro maupun kontra terhadap statement tersebut.
Karena tingkat populasi pemeluk agama Islam terbesar di Indonesia, secara otomatis jumlah perceraian terbesar juga terjadi pada pemeluk agama Islam. Bila anda tidak percaya coba cek di Pengadilan Agama dan Kantor Urusan Agama. Celakanya, good money habit and family money management tidak pernah diajarkan kepada calon pasangan yang akan menikah.
ADVERTISEMENT
Sementara, menurut sepengetahuan saya dari beberapa teman-teman yang beragama Nasrani, mereka harus ikut kedalam “Sekolah Calon Pengantin” untuk mempersiapkan diri menjadi calon pengantin, dan di dalamnya juga rata-rata diajarkan keterbukaan tentang pengaturan keuangan rumah tangga (menurut pengakuan mereka).
Nah, jadi sebenarnya seperti apa pengaturan keuangan rumah tangga yang benar? Siapa bertanggung jawab untuk apa di dalam rumah tangga? Ada beberapa sistem rekening yang bisa anda pakai dan terapkan dalam rumah tangga?
Akan kita bahas tuntas ditulisan berikutnya.
Tabik
Aidil Akbar Madjid
Perencana Keuangan
www.AidilAkbar.com