Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Rewind Budaya Populer di Indonesia Tahun 2020
31 Desember 2020 11:08 WIB
Tulisan dari Devira Ailen I tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sering kali kita mendengar istilah budaya populer. Apa sebenarnya budaya populer itu?
ADVERTISEMENT
Menurut Raymond Williams (1983), budaya adalah proses umum perkembangan intelektual, spiritual, dan entitas. Budaya juga berarti pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode atau kelompok tertentu. Selain itu, budaya pun bisa merujuk pada karya dan praktik-praktik intelektual, terutama aktivitas artistik. Dengan kata lain, teks-teks dan praktik-praktik itu diandalkan memiliki fungsi utama untuk menunjukkan, menandakan, memproduksi, atau kadang menjadi peristiwa yang menciptakan makna tertentu (dalam Olivia M. Kaparang, 2013)
Sedangkan populer menurut Raymond Williams (1983), ada empat makna yakni : (1) banyak disukai orang, (2) jenis kerja rendahan, (3) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang, (4) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri (dalam Olivia M. Kaparang, 2013).
Ada pendapat lain tentang budaya populer menurut Strinati (2007), budaya populer adalah budaya yang dilahirkan atas kehendak media. Artinya akar muculnya budaya populer diakibatkan dari eksistensi media. Jika media mampu memproduksi sebuah budaya baru, maka publik ataupun audiens akan menyerapnya serta menjadikannya sebagai sebuah bentuk kebudayaan (dalam Adelia Septianti dkk, 2020)
ADVERTISEMENT
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bawa budaya populer mengacu pada kegiatan di semua lini kehidupan masyarakat yang dilakukan banyak orang dan didukung oleh keberadaan media sebagai sarana penyebarannya.
Budaya populer menjadi kajian penting dalam sosiologi komunikasi. Karena unsur-unsur pembangun budaya populer dikaji dalam sosiologi komunikasi. Seperti; manusia sebagai makhluk sosial, masyarakat sebagai penghasil kebudayan, interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat, teknologi atau media yang digunakan, serta kegiatan komunikasi itu sendiri.
Nah, budaya populer apa saja yang berkembang selama 2020 di Indonesia?
Karena pada tahun 2020 ini Indonesia bahkan seluruh dunia sedang menghadapi permasalahan yang sama yakni pandemi Covid-19, maka budaya populer yang berkembang tidak jauh dari keadaan saat ini.
ADVERTISEMENT
Pertama, sebagai usaha perlindungan terhadap virus corona, menggunakan masker adalah sebuah kewajiban. Walaupun saat awal-awal pandemi masker menjadi barang yang sulit didapatkan karena ulah oknum-oknum yang menimbun makser untuk dijual dengan harga mahal, masyarakat mulai memunculkan inovasi dengan membuat masker berbahan kain. Ada berbagai macam model dan motif yang dapat dipilih. Mulai dari masker polos yang dilengkapi kantong untuk menyisipkan tissu, masker sustainable (kain perca) yang ramah lingkungan dan tersedia berbagai motif, masker motif brokat, masker motif tie-dye, masker model evo, dan masker model duckbill.
Kedua, pola hidup sehat juga lebih digalakkan untuk menjaga imunitas tubuh. Salah satu olahraga yang marak dilakukan selama pandemi adalah bersepeda. Kegiatan ini dilakukan dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Ada yang bersepeda sendiri atau bahkan bersama teman-temannya. Beberapa orang yang saya ikuti ada yang menginstal sebuah aplikasi untuk merekam kegiatan bersepedanya, kemudian memposting di akun sosial media milik mereka.
ADVERTISEMENT
Ketiga, pemenuhan kebutuhan jasmani masyarakat didukung dengan adanya jualan online. Tidak hanya melalui aplikasi belanja online, tetapi juga melalui akun sosial media. Banyak orang yang menjajakan kebutuhan sehari-hari mulai dari makanan, bahan pokok, perlengkapan rumah tangga, hingga fashion baik di akun WhatsApp, Facebook, Twitter, dan Instagram. Jualan dan belanja online ini menjadi pilihan selain untuk menambah pemasukan juga meminimalisir intensitas bertemu dengan banyak orang.
Keempat, online class. Karena pembatasan interaksi sosial di masyarakat, sektor pendidikan terdampak pula. Terhitung 10 bulan sejak Maret 2020, pelajar dan mahasiswa melakukan kegiatan pembelajaran secara online. Selain dari pihak sekolah atau kampus yang sudah menyediakan website e-lerning, beberapa aplikasi untuk menunjang kelas online juga digunakan. Seperti aplikasi zoom meeting, google meets, microsoft teams, google class room, dan masih banyak lagi. Tidak sedikit pula pembelajaran secara daring ini juga dibagikan melalui sosial media sebagai sarana penyebarluasan informasi dan ilmu.
ADVERTISEMENT
Kelima, jumlah Youtuber bertambah. Tidak bisa dipungkiri bahwa wabah Covid-19 berdampak pada semua orang dan segala aspek kehidupan. Baik dari kalangan selebriti, tokoh publik yang berpengaruh, hingga masyarakat biasa mulai aktif di Youtube. Para selebriti yang semula kegiatan mereka aktif di televisi, semenjak adanya pandemi mulai ikut berpartisipasi mengisi konten-konten youtube. Begitu pula dengan para tokoh publik dan masyarakat biasa. Berbagai konten yang mereka sajikan mulai dari kegiatan sehari-hari di rumah, momentum bersama keluarga, wawancara sesama artis, dan juga wawancara tokoh publik. Selain itu, terdapat pula konten-konten vlog kuliner, volg review produk, dan vlog perjalanan.
Keenam, konten audio berupa podcast. Secara sederhana, podcast diartikan materi audio atau video yang tersedia di internet yang dapat secara otomatis dipindahkan ke komputer atau media pemutar portable baik secara gratis maupun berlangganan (Efi Fadhilah dkk, 2017). Menurut Geoghegan dan Klass, potensi podcast terletak pada keunggulannya; dapat diakses secara otomatis, mudah dan kontrol ada di tangan konsumen, dapat dibawa-bawa, dan selalu tersedia (Efi Fadhilah dkk, 2017).
ADVERTISEMENT
Seperti yang sudah dituliskan bahwa unsur-unsur pembangun budaya populer menjadi kajian dalam sosiologi komunikasi maka hal tersebut berhubungan dengan khalayak. Khalayak adalah audiens/komunikan/penerima pesan. Dengan begitu berbagai budaya populer yang ada, dipahami, diterima informasinya, bahkan diikuti kegiatannya karena khalayak memiliki akses terhadap media dan target audiensnya adalah masyarakat sebagai khalayak itu sendiri.