Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Santri Harus Bisa Literasi Media, Kenapa?
20 Juni 2022 21:27 WIB
Tulisan dari Aim Matul Azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Terlebih bagi masyarakat Indonesia. Semua orang mempunyai cara yang berbeda-beda untuk berkomunikasi. Terkadang ada seseorang yang menyukai cara berkomunikasi melalui pertemuan langsung. Namun, ada pula yang lebih menyukai cara berkomunikasi melalui sosial media.
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan sebuah negara yang mempunyai beraneka macam suku, budaya, ras, dan lain sebagainya. Jarak antara satu daerah ke daerah lainnya pun terbilang sangatlah luas. Hal tersebut yang terkadang membuat orang-orang sulit untuk berkomunikasi secara langsung.
Di zaman yang sudah modern ini, teknologi mulai tersebar luas diseluruh kalangan masyarakat. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua, semua mempunyai ponsel pintar untuk memudahkan berkomunikasi satu dengan lainnya.
Ponsel pintar mempunyai teknologi canggih yang dapat membantu penggunanya untuk melakukan apapun. Mulai dari media literasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan, media sosial sebagai hiburan dan tempat untuk berkomunikasi satu sama lainnya, ataupun media e-commerce yang memudahkan seseorang untuk berbelanja atau bahkan memulai sebuah bisnis penjualan dengan lingkup yang sangat luas.
ADVERTISEMENT
Literasi memberikan banyak sekali manfaat. Dengan literasi, kita bisa menambah wawasan, ilmu pengetahuan, serta pandangan hidup yang berbeda dengan biasanya. Selain itu, literasi juga dapat meningkatkan kinerja otak, menambah pembendaraan kata baru, menambah fokus, serta meningkatkan kemampuan seseorang untuk merangkai kata yang bermakna atau menulis.
Media literasi pun bermacam-macam jenisnya, mulai dari media elektronik, seperti ponsel, komputer, televisi, radio, dan lain-lain. Kemudian media cetak, seperti koran, majalah, buku, novel, dan lain sebagainya.
Era media sendiri, terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah era lisan, era tertulis, era elektronik, dan era komunikasi interaktif. Saat ini pun, media literasi berkembang pesat di masyarakat. Terlebih bagi para generasi milenial, seperti siswa maupun mahasiswa.
Untuk saat ini generasi muda, sudah dituntut untuk mulai melek media. Artinya secara perlahan mereka harus mulai melihat, mengenal, memahami, serta mempelajari sesuatu melalui media literasi yang ada. Banyak sekali sumber-sumber yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran bagi generasi muda itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Menuntut ilmu tidak hanya bisa kita dapatkan dari sekolah saja. Namun, masih banyak tempat lain yang bisa digunakan sebagai tempat menuntut ilmu. Seperti contohnya bimbel, sanggar, kursus, TPQ, pondok pesantren, dan banyak lainnya.
Pondok pesantren menrupakan tempat pendidikan nonformal yang diselenggarakan untuk pendidikan beragama dimasa depan. Di pondok pesantren tidak hanya digunakan sebagai tempat belajar ilmu agama dan kitab saja, tetapi juga pembekalan budi pakerti dan adab, serta kegiatan lainnya yang bisa digunakan untuk melatih dan meningkatkan potensi, dan minat bakat dari santri itu sendiri.
Pendidikan literasi di pondok pesantren juga sangatlah diperlukan. Hal tersebut bertujuan supaya para santri bisa melihat dunia luar melalui media massa yang positif, menambah ilmu serta pengetahuan baru, yang tidak hanya terdapat di pondok pesantren.
ADVERTISEMENT
Namun untuk saat ini, belum semua pondok pesantren melek media. Ada beberapa puluh persen pondok pesantren lainnya yang belum memanfaatkan media sebagai bahan pembelajaran untuk santri.
Ada banyak sekali bahan pertimbangan yang perlu dipikirkan oleh pemimpin dari pondok pesantren itu sendiri, sebelum menggunakan media literasi sebagai media ajar. Diantaranya adalah dampak yang akan terjadi pada pola pendidikan pondok pesantren itu sendiri, dan pola relasi antara para santri dengan masyarakat luar, selain dari pondok pesantren. Kemudian perubahan dari kegiatan internal yang biasanya lebih membiasakan santrinya belajar melalui kitab, mulai tergantikan dengan teknologi yang lebih canggih, seperti internet.
Media literasi bagi para santri, tidak selamanya berdampak negatif. Terdapat pula segelintir sisi positif yang bisa didapatkan. Media literasi bisa dijadikan sebagai media penyaluran dakwah yang dibagikan para santri kepada masyarakat luas. Dapat juga digunakan sebagai media pengenalan lingkungan serta tradisi di pondok pesantren, yang mungkin dapat memperkenalkan gambaran pesantren kepada calon santri dimasa datang.
ADVERTISEMENT
Upaya pemantauan dan manajemen pelaksanaan dari penggunaan media literasi di pondok pesantren sangat perlu diperhatikan. Pembatasan jam penggunaan ponsel, serta akses penggunaan media perlu di pantau supaya dampak negatif dari media literasi tidak terlalu parah.
Pendidikan wawasan tentang berita hoax dan bahaya media sosial pun perlu diajarkan agar para santri lebih waspada, dan tidak mudah termakan akan informasi yang belum jelas keberadaannya, serta lebih selektif dalam memberikan informasi kepada orang lain.
Sesuatu yang terlihat asing, tidak selalu bernilai buruk. Terkadang kita harus mulai ber- inovasi dan terbuka akan teknologi yang semakin berkembang dari masa - kemasa. Karena wawasan yang luas akan menambahkan relasi yang besar dan bermanfaat untuk masa kini dan masa nanti, di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Menjadi santri tidak akan membatasi seseorang untuk menjadi hebat. Namun jadilah santri yang hebat, dan dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik melalui media literasi yang ada.
Aim Matul Azizah_Mahasiswi Prodi PAI_UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto