Konten dari Pengguna

Musik Sebagai Terapi: Gen Z dan Tren Playlist Pengubah Suasana Hati

aiman adzam
Saya adalah seorang mahasiswa teknik informatika di Universitas Muhammadiyah Surabaya
16 Oktober 2024 20:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari aiman adzam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: Dihasilkan menggunakan DALL-E dari OpenAI.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: Dihasilkan menggunakan DALL-E dari OpenAI.
ADVERTISEMENT
Streaming Serotonin: Fenomena Playlist sebagai 'Obat' Gen Z
Di era digital ini, musik tidak lagi sekadar hiburan, melainkan juga sarana untuk mengekspresikan diri dan mengatur suasana hati. Bagi generasi Z, musik streaming melalui aplikasi seperti Spotify, Apple Music, dan YouTube telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dari itu, fenomena playlist sebagai 'obat' untuk berbagai kondisi emosional telah muncul dan dikenal dengan istilah "Streaming Serotonin".
ADVERTISEMENT
Musik Sebagai 'Terapi' Digital
Generasi Z, yang tumbuh di tengah era teknologi dan media sosial, cenderung mengandalkan aplikasi musik untuk meningkatkan suasana hati mereka. Berbagai playlist seperti "Chill Vibes," "Sad Songs to Cry To," atau "Feel Good Hits" menawarkan lebih dari sekadar lagu; mereka menjadi pengalaman emosional yang dikurasi khusus untuk pendengar. Hal ini menciptakan ilusi seolah-olah playlist tersebut dapat bekerja sebagai 'obat' yang meningkatkan kadar serotonin—hormon kebahagiaan—di otak.
Dalam dunia di mana stres dan kecemasan kerap melanda kaum muda, streaming musik menjadi alat yang praktis untuk mengatasi masalah tersebut. Musik dapat merangsang bagian otak yang terkait dengan emosi dan memicu respons positif, mirip dengan efek yang dihasilkan dari meditasi atau olahraga. Karena itulah, tidak heran jika banyak remaja dan pemuda Gen Z menganggap playlist favorit mereka sebagai bentuk terapi digital yang murah dan efektif.
ADVERTISEMENT
Playlist dan Peran Emosionalnya
Fungsi playlist tidak hanya sebagai koleksi lagu, tetapi juga sebagai alat untuk mengelola emosi. Pengguna dapat memilih playlist berdasarkan suasana hati atau keadaan yang sedang mereka alami. Misalnya, ketika sedang merasa cemas atau tertekan, mereka akan mendengarkan playlist berisi lagu-lagu yang menenangkan, sementara saat merasa berenergi, mereka akan memilih lagu-lagu dengan tempo cepat untuk meningkatkan semangat.
Fenomena ini menunjukkan bahwa musik dapat digunakan secara strategis untuk memodulasi emosi. Penelitian dari berbagai jurnal psikologi juga mendukung gagasan ini, menunjukkan bahwa mendengarkan musik yang sesuai dengan suasana hati dapat memperbaiki kesejahteraan mental seseorang. Generasi Z pun sadar akan kekuatan ini, sehingga mereka terus mencari dan menciptakan playlist yang cocok dengan kebutuhan emosional mereka.
ADVERTISEMENT
Algoritma dan Personalisasi: Cara Platform Musik Memahami Gen Z
Tidak bisa dipungkiri bahwa popularitas playlist ini juga didukung oleh algoritma cerdas yang dikembangkan oleh platform musik streaming. Algoritma ini mempelajari preferensi pendengar dan merekomendasikan lagu-lagu yang relevan, sehingga playlist terasa lebih personal dan sesuai dengan kebutuhan emosional pengguna. Ketika seorang pengguna menyukai lagu-lagu tertentu, algoritma secara otomatis membuat playlist yang serupa untuk meningkatkan peluang pengalaman emosional yang serupa.
Algoritma ini menciptakan semacam 'cocoklogi' musik antara platform dan pendengar. Ini seolah-olah aplikasi musik tersebut mampu 'mengenal' penggunanya, sehingga menciptakan hubungan yang lebih intim dan personal antara pengguna dan teknologi.
Dampak dan Masa Depan Musik Sebagai 'Obat'
Meski fenomena "Streaming Serotonin" ini memberikan banyak manfaat, seperti meningkatkan kesejahteraan mental dan menjadi bentuk pelarian positif, penting juga untuk diingat bahwa musik bukanlah pengganti terapi profesional. Para ahli psikologi mengingatkan bahwa meskipun musik bisa menjadi alat bantu, jika seseorang merasa terjebak dalam emosi negatif yang berkepanjangan, mencari bantuan profesional tetap menjadi langkah yang penting.
ADVERTISEMENT
Ke depannya, fenomena ini diprediksi akan terus berkembang seiring kemajuan teknologi. Dengan integrasi kecerdasan buatan dan augmented reality, mungkin akan ada aplikasi musik yang mampu menyinkronkan playlist dengan detak jantung atau suasana hati pengguna secara real-time, menciptakan pengalaman musik yang benar-benar imersif dan sesuai dengan kondisi fisik dan emosional.
Kesimpulan
Fenomena "Streaming Serotonin" membuktikan bahwa musik telah menjadi bagian integral dalam kehidupan Gen Z, lebih dari sekadar hiburan. Bagi generasi yang sering kali dilanda tekanan sosial dan kecemasan, playlist menjadi semacam 'obat' yang mampu meningkatkan suasana hati dan memberikan ketenangan. Dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang, tidak ada batasan bagi musik untuk menjadi alat yang lebih efektif dan personal dalam membantu menjaga kesehatan mental generasi muda.
ADVERTISEMENT