Konten dari Pengguna

Air Laut yang Memeluk dan Mengobati Kondisi Fisik dan Mental

Rahmat Aiman
Pustakawan Rumah Baca Philosophia, Makassar Mahasiswa Pascasarjana di Universitas Brawijaya, Malang
18 Maret 2022 14:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmat Aiman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Orang yang pertama kali memberi tahu kami manfaat berendam air laut untuk kesehatan fisik dan mental adalah Pak Lutfi. Dia ahli akupuntur yang belajar langsung dari orang Tionghoa. Meskipun terlahir sebagai disabilitas netra, kemampuannya sangat luar biasa. Bukan hanya karena dia mampu menentukan titik-titik saraf dengan teknik meraba, tapi wawasannya juga sangat luas. Dia mampu menjelaskan mengapa dan bagaimana sebuah obat bisa mempengaruhi penyakit. Selain itu, Pak Lutfi juga bisa menjadi teman ngobrol yang bagus jika anda tertarik mendiskusikan beragam tema mulai dari filsafat, tasawuf, politik, psikologi, sampai kuliner.
ADVERTISEMENT
Selain Pak Lutfi, sepupu saya, yang menderita penyakit stroke, juga mendapatkan saran dari ahli fisioterapi yang juga mengobatinya. Menurutnya, akupuntur dan terapi air laut bisa dikombinasikan dengan metodenya. Gelombang air laut diharapkan mampu menstimulus otot-otot untuk melakukan gerakan yang bisa mempercepat kesembuhan penyakit stroke.
Itulah mengapa selama tiga bulan terakhir ini, saya, sepupu saya, dan seorang sepupu lagi, selalu rutin ke laut ditemani seorang driver. Jika cuaca sedang bagus, kami bisa berkunjung ke pantai tiga kali seminggu.
Sepupu saya kedatangan tamu yang melumpuhkan bagian tubuh sebelah kirinya itu di penghujung Oktober 2021. Kata dokter yang menanganinya, kadar kolestrolnya melebihi ambang batas. Subuh hari ketika dia hendak berangkat ke masjid, kaki kirinya tidak bisa digerakkan. Awalnya, dia mengira kakinya hanya kesemutan. Namun beberapa menit kemudian, dia menyadari kalau separuh badannya tidak bisa digerakkan. Dengan bantuan tetangga, dia segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Salah satu keluhan sepupu saya di minggu-minggu awal perawatan adalah kesulitan tidur. Kata Pak Lutfi, justru karena itulah dia harus ke laut. Berendam air asin tidak hanya membantu penyembuhan penyakit stroke tapi juga mampu memperbaiki kualitas tidur. Dan benar saja, insomnia sepupu saya segera menguap begitu kami rutin ke laut.
Saya yang niatnya hanya datang untuk menemani sepupu saya juga merasakan hal yang sama. Saya malah sering terkantuk-kantuk dalam perjalanan pulang dari laut ke rumah. Serasa ada pasir-pasir halus di dalam kelopak mata saya, yang hanya bisa dihilangkan jika saya memejamkan mata.
Berendam air laut di pagi hari. Sumber gambar: dokumentasi pribadi
***
Jika mengikuti metode hidroterapi, pasien yang dibawa ke laut harusnya ditemani oleh ahli terapi. Saat tinggi air sudah mencapai dada, pasien akan dilatih menggerakkan bagian tubuhnya dengan teknik-teknik tertentu. Namun karena kami tidak menemukan ahli hidroterapi, kamilah yang membantu sepupu kami melakukan gerakan-gerakan peregangan yang dipelajari dari ahli fisioterapinya.
ADVERTISEMENT
Salah satu peralatan yang selalu kami bawa adalah dua kursi plastik yang sudah ditumpuk. Pertama kali kami ke laut, sepupu saya sama sekali belum bisa menggerakkan kaki dan tangan kirinya. Oleh karena itu, dia hanya duduk di kursi sembari merasakan bagaimana gelombang air laut menggerakkan tungkai, lutut, tangan, dan menyapu dadanya.
Di bulan selanjutnya, karena sepupu kami sudah bisa berjalan jika dibantu bertumpu, kami mencoba menggunakan ban pelampung. Dengan begini, kami bisa mendorong sepupu kami agak ke tengah sampai kedua kakinya bisa berayun di dalam air. Cara ini tentunya lebih menyenangkan karena sepupu saya bisa bergerak lebih leluasa di dalam air. Namun, dua kursi plastik yang ditumpuk tetap harus dibawa. Jika ombak sedang tinggi dan menghempas cukup kuat, sepupu saya hanya duduk di pinggir laut sampai pada batas dia bisa menerima hempasan ombak.
ADVERTISEMENT
Di dua bulan pertama itu, waktu kedatangan kami sebenarnya kurang tepat. Karena beberapa hal, seperti ketersediaan driver dan beberapa rutinitas di pagi hari, kami selalu berangkat ketika matahari sudah mulai menyengat. Sesampai di pantai, matahari biasanya sudah meninggi. Padahal kata orang-orang, waktu terbaik untuk terapi di laut adalah setelah salat subuh.
Suatu hari, ketika kami bersiap-siap pulang ke rumah, salah seorang pemilik warung di pantai tersebut mendatangi kami. Dia punya kesaksian yang menurutnya penting untuk disampaikan. Namun sarannya satu, kami sebaiknya datang berenang lebih awal.
“Bulan lalu, ada seorang tentara yang selalu datang ke sini untuk terapi. Dia juga menderita stroke. Setelah rutin berendam air laut tiap hari selama sebulan, dia sembuh. Tapi dia selalu datang pagi-pagi sekali. Sebelum pukul 06.00, dia sudah di sini.”
ADVERTISEMENT
Setelah mendengar kesaksian tersebut, kami menyadari kekeliruan kami. Meskipun sebenarnya proses penyembuhan sepupu kami tidak bisa juga dibilang lambat. Di triwulan pertama, dia sudah bisa berjalan sendiri dengan menumpukan tangan kirinya (bukan ketiak) pada tongkat. Selain itu, gerakan kakinya juga semakin membaik. Jika di bulan kedua dia masih harus menggunakan kursi roda, di bulan ketiga dia sudah bisa mengayun kakinya sendiri di atas pasir yang menanjak .
Tapi di sisi lain, cerita bapak tersebut kembali membuat harapan kami melambung. Karena itulah kami membulatkan tekad untuk melakukan terapi setelah salat subuh juga.
***
Meskipun tidak banyak, terdapat beberapa penelitian yang bisa menjadi petunjuk mengenai manfaat air laut terhadap penyembuhan stroke. Salah satu di antaranya datang dari Universitas Manchester yang menyatakan bahwa kolam air asin, seperti yang ditemukan di laut mati, bisa membantu penyembuhan penyakit radang sendi dan stroke.
ADVERTISEMENT
Beberapa praktisi telah mencoba teknik pengobatan air laut tersebut. Alan Zammit, seorang ahli fisioterapi di Malta menyatakan bahwa selama 14 tahun, kandungan garam secara sukses mampu mengobati pasien yang menderita stroke. Seorang dokter dari Belanda, yang bernama Tjis van Bezeij, juga menyatakan bahwa stroke bisa disembuhkan dengan memanfaatkan air laut dengan jarak 100 meter dari garis pantai. Seperti kata Zammit, pengobatan dengan memanfaatkan air laut tersebut sebenarnya telah dilakukan sejak peradaban kuno.
Sejak melakukan beragam ikhtiar untuk sembuh dari stroke, kami juga telah mendengarkan banyak kesaksian. Di hari pertama kami ke laut, seorang penderita stoke yang saat itu juga sedang berendam bercerita kalau satu-satunya pengobatan yang dia lakukan sekarang adalah terapi air laut. Saat itu, dia sendiri sudah bisa berjalan normal.
ADVERTISEMENT
Saat kami memutuskan untuk membeli ban pelampung di jalan Bandang Makassar, beberapa orang di sana juga memberikan kesaksian kalau tetangga mereka juga sembuh dari stroke karena sering berendam air laut. Montir di bengkel langganan saya bahkan menjelaskan hal serupa tanpa saya tanya. Ditambah dengan kesaksian-kesaksian lain yang pernah kami dengarkan, kebenaran informasi mengenai manfaat air laut dalam menyembuhkan stroke seharusnya sudah mencapai derajat mutawatir.
Manfaat lainnya yang bisa kita dapatkan saat berendam air laut di subuh hari adalah perbaikan suasa hati. Suasana pantai yang tenang, angin yang bertiup pelan, air laut yang hangat, burung-burung camar yang sesekali terbang di atas kepala, serta ombak yang menggulung perlahan serasa beresonansi dengan detak jantung, Perasaan saya menjadi lebih tenang begitu saya masuk ke dalam air. Terutama sekali, ketika air laut mulai memeluk dan mengayun tubuh saya pelan-pelan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2014, Carly Rogers melakukan serangkaian pengujian untuk mengembangkan terapi air laut. Lusinan tentara pascaperang dibawa ke laut, berendam, berselancar, dan berdiskusi satu sama lain. Hasilnya, setelah tersapu beberapa ombak mereka mulai berbicara satu sama lain. Padahal sebelumnya, mereka hanya selalu diam dan terlihat murung.
Para tentara tersebut merupakan penderita PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) yang sering teringat dengan kejadian traumatis yang pernah mereka alami saat perang. Sejak Roger mengembangkan terapi tersebut lebih dari 1.000 orang tentara yang telah mendapatkan terapi air laut. Metode tersebut secara signifikan mampu menurunkan tingkat PTSD setelah 5 minggu.
Kemampuan air laut dalam menenangkan pikiran dan memperbaiki kondisi mental tentunya sangat penting untuk pasien manapun. Termasuk untuk penderita stroke, yang dalam beberapa kasus, terkadang mengalami depresi karena kehilangan kendali atas tubuh dan hidup mereka secara tiba-tiba. Dalam banyak pengobatan medis, ketenangan dan kesabaran selalu memegang peranan penting dalam penyembuhan pasien.
ADVERTISEMENT
Ibnu Sina, yang dijuluki sebagai Bapak Kedokteran Modern jauh hari telah merumuskan formula tersebut: “Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah awal dari kesembuhan.” Air laut tidak hanya mempercepat kesembuhan penderita stroke dengan kandungan garam dan gelombangnya, tapi juga memberikan persyaratan mental paling dasar dalam proses penyembuhan.
Jika tidak ada halangan, kami berencana untuk terus melanjutkan rutinitas berendam air laut di subuh hari. Kami percaya alam selalu bisa menyediakan pengobatan terbaik untuk manusia. Ditambah dengan metode pengobatan lain seperti akupuntur dan fisioterapi, semoga ikhtiar dan doa kami segera membuahkan hasil yang diinginkan dalam waktu dekat.