Ancaman Inflasi 2022 Tinggi, Apa Penyebabnya?

Sania Ain Aulia
Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang
Konten dari Pengguna
19 Januari 2022 19:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sania Ain Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.pexels.com/id-id/pencarian/gratis%20tanpa%20hak%20cipta/
zoom-in-whitePerbesar
https://www.pexels.com/id-id/pencarian/gratis%20tanpa%20hak%20cipta/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) inflasi dapat diartikan sebagai kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya jumlah uang beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang. Inflasi akan terjadi apabila terdapat kondisi dimana kenaikan harga berlangsung secara umum dan bersifat menyeluruh atau terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Artinya apabila harga masih bersifat fluktuatif atau harga masih suka berubah naik turun maka masih belum dikatakan sebagai inflasi.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2022 pemerintah Indonesia memproyeksikan tingkat inflasi mencapai dua hingga empat persen. Menurut Yusuf Rendy Manilet Ekonom Center of Return on Economics Indonesia (CORE) menyatakan bahwa “Dengan beragam kebijakan pemerintah, bukan tidak mungkin angka inflasi bisa menyentuh batas atas proyeksi inflasi kami, yaitu empat persen pada tahun 2022”.
Oleh karena itu bisa dikatakan penyebab tingginya inflasi 2022 adalah adanya rencana penyesuaian subsidi, tingginya harga komoditas bahan pangan atau energi, tingginya inflasi natural yang disebabkan oleh pemulihan permintaan dari konsumen, tingginya Pajak Pertambahan Nilai (PPN ). Menurut Radhika Ekonom Senior DBS menjelaskan bahwa “tingginya PPN ini kemungkinan akan mempengaruhi setidaknya setengah dari inflasi dan berpotensi menyebabkan kenaikan cukai tertentu”.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu pemerintah Indonesia harus bisa menangani tingginya inflasi dengan baik dan tepat, karena jika tidak ditangani dengan baik maka nilai mata uang rupiah negara Indonesia akan melemah. Tentu hal ini akan membuat masyarakat akan risau dengan keadaan ekonominya karena kebutuhan sehari hari akan sulit didapatkan.
Tidak hanya nilai mata uang rupiah yang akan melemah, namun jumlah ekspor yang dilakukan Indonesia juga akan menurun sehingga pendapatan negara juga akan turun dan membuat keuangan negara tidak seimbang. Tidak seimbangnya posisi keuangan ini disebabkan karena impor lebih mudah dan murah dibandingkan dengan ekspornya.